Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Menulis: Meneguk Kemanfaatan Melalui Karya

Senin, 25 September 2017 - 07:12 | 19.40k
Hayat, Dosen Universitas Islam Malang, Peneliti Lakpesdam NU Kota Malang, Anggota Aliansi Kebangsaan (Grafis: TIMES Indonesia)
Hayat, Dosen Universitas Islam Malang, Peneliti Lakpesdam NU Kota Malang, Anggota Aliansi Kebangsaan (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTABANYAK yang berpandangan bahwa menulis itu sulit, ada juga yang mengintrepretasikan bahwa menulis itu gampang-gampang susah, ada pula yang mengungkapkan menulis itu mudah. Tapi apa pun alasannya tentang menulis, maka kesimpulannya bahwa menulis itu akan memberikan manfaat kepada dirinya sendiri sebagai penulis dan bagi orang lain yang membaca tulisannya.

Kemanfaatan itu bisa dirasakan secara langsung atau tidak langsung, dan berkelanjutan. Itulah dahsyatnya sebuah tulisan. Mak teruslah menulis, menulis dan menulis dalam kondisi apa pun dan dalam situasi bagaimana pun, dimana pun dan kapan pun, teruslah menulis. Menulis apa saja yang penting mempunyai pesaan moral yang dapat dipahami oleh pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan introspeksi diri dan inspirasi.

Menulis adalah aktifitas merangkai huruf menjadi sebuah kata, kata yang terbentuk diolah dalam kerangka kalimat untuk mendapatkan sebuah bahasa yang baik dan benar yang mempunyai makna esensi untuk menjelaskan tentang sesuatu yang diharapkan dalam kalimat. Kemudian kalimat disusun secara rapi dan menarik dengan berbagai kalimat membentuk sebuah paragrap dengan tujuan membahas tentang sesuatu hal. 

Paragrap per paragrap menjadi rangkaian lagi yang membentuk sebuah tulisan menarik, enak dibaca, dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimengerti secara mendalam tentang sebuah tujuan dari tulisan. 

Terbentuknya sebuah tulisan, tentunya mempunyai tujuan dan sasaran yang diharapkan oleh penulis. Aspek substansial pembahasan dalam tulisan menjadi hal yang paling berimplikasi bagi pembaca, baik secara kontekstual maupun tekstualnya. Aspek substansial tulisan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah tulisan.

Tulisan tidak akan menarik jika hanya berupa hurup, kata, kalimat dan paragraph tanpa ada nilai substantive di dalamnya yang menjadi ruh dari sebuah tulisan. Apapun bentuk tulisannya, ruh tulisan harus berinprovisasi dalam tulisannya. Sehingga tulisan seperti hidup yang memberikan makna dan tafsir secara nyata dan menjawab persoalan serta menjadi pengetahuan terhadap sesuatu hal.

Menyibak ruh sebuah tulisan yang dilakukan oleh Andrea Hirata dalam bukunya Sutejo (2010:78-82), yaitu sesuatu yang menarik yang perlu dilayari dalam tulisannya, antara lain: 

Pertama, ada lorong rahasia yang tidak dapat diprediksi oleh siapapun. Ketika tangan panjang Tuhan menjulur dalam bentang tempat dan ruang yang tak terbatas, maka sejarah hidup akan tercipta

Kedua bekal berpikir dan kemampuan akademik mempunyai andil dalam menulis. Kegagalan berpikir (akademik) akan menghambat karya dalam berkomunikasi dengan pembaca 

Ketiga kekuatan impresi akan menjadi bom investasi yang tak ternilai. Pengalaman Andrea Hirata dalam kepenulisan menjadikan etika dalam kepenulisan sebagai suatu kewajiban yang harus dihormati

Keempat kerendahan hari menjadi segara karya yang memesona. Menjadi seorang penulis namun tidak dijadikan sebuah pengakuan pembaca terhadap tulisannya menjadi semakin tinggi hati, namun lebih tidak populer dengan tidak  mau dikukuhkan sebagai sastrawan atau penulis dengan alasan normative

Kelima profesi apapun tidak ada alasan menjadikan hambatan seseorang untuk menjadi penulis yang sukses. Banyak kisah para penulis yang dilatarbelakangi oleh hal-hal yang menurut akal dan pikiran kita diluar nalar, namun pesan yang disampaikan dalam tulisan ini adalah apa yang menggerakkan mereka untuk menulis? Jawabannya adalah karena mereka bergaul dengan alat global; berprinsip belajar tidak harus formal; dan kesuksesan dalam kepenulisan yang tidak ditandai oleh kepakaran.

Tulisan yang hidup akan mampu menghidupkan matinya hati yang lama tak tersirami oleh air kehidupan. Bagitu pula mampu menyejukkan diri yang lagi bersedih dan mampu memberikan implikasi kebahagiaan bagi siap saja yang membaca. Memberikan pengetahuan-pengetahuan baru tentang suatu ilmu, suatu hal, dan memberikan kemanfaatan secara hirarkis dalam kehidupan nyata. 

Tujuan tulisan harus memperhatikan aspek kemanfaatan atas apa yang sudah ditulis. Hal itu menjadi pertanggung jawaban bagi penulis dalam tulisannya. Tulisan yang mempunyai nilai manfaat akan memberikan manfaat pula bagi pembaca dalam mengaktulisasikan bacaannya melalui tulisan yang dibacanya. 

Ngainun Naim memberikan pesan yang disampaikan melalui bukunya The Power of Writing (2015:23), ia mengatakan bahwa membaca dan menulis itu memiliki energy besar untuk merubah hidup kita. Jadi mari membaca, serap energinya, dan menjadi diri yang terus memiliki nilai tambah setiap hari. Setelah itu tulis dan kembangkan agar diri kita semakin berdaya.

Kemanfaatan sebuah tulisan diawali oleh kesungguhan penulis dalam melakukan proses tulisan. Menulis tidak hanya didasarkan pada kebiasaan dan hobby semata, namun lebih kepada nilai anfauhum dari sebuah tulisan akan memberikan pancara positif bagi tulisannya. 

Pancaran aura positif dalam tulisan berimplikasi bagi siapa saja yang membaca, pembaca nyaman dan menikmati tulisan yang ia baca, sehingga renyah dinikmati. 

Namun pada dasarnya menulis itu harus dilakukan secara ikhlas, tanpa ada keluh kesah maupu adegium lainnya dalam proses menulisnya. Kemalasan dalam menulis biasanya menjadi “ancaman” bagi penulis yang kerap kali menghampirinya.(*)

* Penulis Hayat, Dosen Universitas Islam Malang dan Peneliti Lakpesdam NU Kota Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES