Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Spirit di Balik Hijrah Rasulullah SAW

Kamis, 21 September 2017 - 07:00 | 34.64k
Noor Shodiq Askandar, Wakil Rektor 2 Unisma, Ketua PW Lazisnu Jatim. (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar, Wakil Rektor 2 Unisma, Ketua PW Lazisnu Jatim. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Hari ini tepat 1 Muharram 1439. Ummat Islam pun merayakannya sebagai tahun baru hijriyah, tahun pergantian dengan tahun sebelumnya. Peringatan tahun ini juga terlihat lebih meriah, karena semangat menyemarakkan terus meningkat bagi kalangan muslim. 

Suasana ini bisa jadi sebagai semangat baru, setelah puluhan tahun lebih suka merayakan tahun baru masèhi yang notabene tidak bersumber dari sejarah peradaban Islam itu sendiri.

Peringatan tahun baru hijriyah, puluhan tahun tenggelam oleh hingar bunga perayaan tahun baru masèhi, yang seringkali dipenuhi oleh hura hura dan miskin dengan acara yang bermanfaat. Jadi, kalau dalam beberapa tahun terakhir telah muncul kesadaran untuk berubah, tentu bagus. 

Namun demikian, juga harus terus difikirkan untuk membuat kegiatan yang jauh lebih manfaat dan berdaya guna untuk masa yang lebih panjang. Tahun baru hijriyah, peringatannya harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas hidup ummat manusia dalam tiga pola hubungan : hubungan dengan Allah swt, hubungan dengan sesama manusia, serta hubungan dengan alam.

Spirit Hijrah Rasulullah saw

Ketika Rasulullah saw mengalami berbagai kesulitan berdakwah di Mekkah, Rasulullah saw pun kemudian berfikir untuk mencari tempat yang jauh lebih memungkinkan untuk mensyiarkan ajaran Islam kepada ummat manusia di dunia ini.

Singkat cerita, sebagian sahabat diberangkatkan menuju Madinah. Rasulullah saw menyusul kemudian. Cerita berangkat dan saat tiba di Madinah ini yang ternyata memberikan pembelajaran pokok dalam kehidupan dan perjuangan ummat Islam di dunia ini. 

Namun demikian, justru ini yang jarang dikaji secara mendalam. Pertama, keputusan hijrah Rasulullah saw adalah untuk kebaikan dalam berdakwah. Dengan demikian, perubahan itu bukan barang yang dilarang, akan tetapi justru sunnah rasul. Berubah ke arah yang lebih baik adalah sebuah keniscayaan yang seharusnya muncul pada setiap ummat. Bagi ummat Islam tentu ini mengajarkan untuk selalu mencari cara terbaik dalam berdakwah. 

Jangan monoton atau tetap dengan satu cara, padahal zaman sudah berubah. Bisa jadi tidak hanya ditolak, tapi bisa jadi malah memunculkan pertentangan yang tidak jelas akhirnya. Kedua, keputusan untuk membuat atau membangun masjid di tempat saat unta yang ditumpangi pertama berhenti. Keputusan ini mengajarkan kepada kita untuk memperkuat ideologi sebagai prioritas utama. 

Masjid adalah pusat penguatan ideologi sekaligus majelis ilmu. Melalui masjid pula bisa digodok strategi perjuangan yang lebih sesuai dengan zamannya. Kini kita bisa melihat banyak masjid yang justru menjelma menjadi pusat peradaban dan keilmuan. 

Masjid Sabilillah di Malang, masjid Istiqlal di Jakarta, adalah sebagian masjid yang telah menjelma menjadi pusat pemenuhan kebutuhan baik rohani maupun kebutuhan lainnya. Masyarakat tidak lagi dihindari, tetapi justru didatangi untuk memenuhi kehausan hati ummat manusia. Ketiga, para sahabat yang tidak berkenan diberi harta, akan tetapi justru minta ditunjukkan tempat berusaha. Ini mengajarkan spirit kemandirian. 

Kehidupan yang tidak boleh bergantung, tetapi saling melengkapi diantara sesama ummat manusia. Sejarah kemudian dapat membuktikan, bahwa kaum muhajirin mampu hidup dan berkembang memenuhi kebutuhan. 

Sebagai contoh, sahabat Abdurrahman bin Auf yang kemudian berhasil menjadi saudagar besar di Jazirah Arab. Keempat, kaum Ansor yang menyambut dengan antusias dan kemudian membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan para muhajirin. 

Kejadian ini mengajarkan betapa pentingnya membangun kerja sama. Dengan bekerja sama akan dapat meningkatkan nilai tambah. Itu yang dalam dunia industri sekarang disebut "bersinergi". Satu ditambah satu bagi pebisnis hasilnya harus lebih dari dua. 

Dalam dunia bisnis, tidak boleh satu ditambah satu sama dengan dua, karena berarti tidak ada manfaat lebih yang tercipta. Masih banyak spirit lain yang bisa digali oleh ummat Muslim. Setiap kejadian pasti banyak hikmahnya bagi orang yang mau berfikir. Bagaimana dengan anda? (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES