Kopi TIMES

Perjalanan Hijriyah Haji Ebiet G Ade...

Rabu, 20 September 2017 - 17:52 | 243.70k
Akhmad Bayhaqi Kadmi. (Grafis: TIMES Indonesia)
Akhmad Bayhaqi Kadmi. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sengaja saya memanggil juga Pak Haji pada seniman dan penyair satu ini. Karena sejak kecil saya mendengar suaranya nyaris bersamaan dengan suara Rhoma Irama. Meski dengan genre berbeda, syair keduanya menyelimuti telinga dan hati. Tentang cinta, kehidupan dan spiritualitas Illahi.

Sebut saja Haji Ebiet G Ade. Meski saya tak tahu di tahun berapa beliau pergi tanah suci. Tapi rasanya lebih akrab menyebut itu.

Pria bernama asli Abid Ghofar bin Aboe, atau Bin Abdoel Djalil yang terbaca G Ade sebagai nama ayahnya ini kemaren berkonser di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Ritmit rasa konser masih terasa. Ebiet berkolaborasi dengan penyair sekaligus budayawan NU, KH Mustofa Bisri. Meski mantan Rais Aam PBNU ini hanya 'hadir' dalam rekaman suara membacakan puisi. Rekaman suara dikumandangkan di atas panggung. Dilengkapi beragam ilustrasi multimedia dan tata cahaya panggung yang cantik. Ditambah tayangan lukisan pasir sebagai tanda mewakili kehadiran Gus Mus di panggung itu.

Ebiet merasa, puisi Gus Mus sangat meneduhkan. Kolaborasi itu ingin menyentuh hal-hal kecil seputar pesan damai, nilai kebersamaan, dan moralitas terpuji.

Menonton dan menyaksikan secara langsung lagu-lagu balada legendaris Ebiet G Ade, seolah sedang mendengarkan beragam petuah bijak tentang hidup dan bagaimana menjaga kehidupan.

Puisi bermusik Ebiet, menentramkan serta mampu membuka mata hati yang mendengarnya.

Maka tak salah, di ujung bulan ini Ebiet G Ade beroleh penghargaan atas amalnya bernyanyi. Penghargaan Bakrie atas dedikasinya menyentuh hati manusia, terutama di Indonesia terhadap nilai kebajikan dan seni cinta yang indah. Ebiet membangun mimpi sosial dan sujud  kekaguman pada Tuhan.

Jika boleh menyebut sitiran puisi lagunya. Pasti anda menyebut episode Camelia 1,2,3 dan 4. Bisa juga Titip Rindu Buat Ayah, Elegi Esok Pagi, Berita Kepada Kawan hingga Menjaring Matahari. Namun saya demikian tergugah dan terus berfikir tentang puisi Ebiet yang Maha dahsyat dalam lagu "Lelaki Ilham Dari Surga".

Lagu ini menceritakan seorang lelaki luar biasa. Setiap telinga boleh menduga siapa saja. Setiap orang beragama bisa menebak suka-suka.

Namun liriknya jelas merangkum sebuah perjalanan. Demikian liriknya. " Dia yang berjalan melintasi malam, adalah dia yang kemarin dan hari ini. Akan selalu menjadi ribuan cerita, karena telah menempuh semua perjalanan. Dia berjalan dengan kakinya. Dia berjalan dengan punggungnya. Dia berjalan perutnya. Dia berjalan dengan kepalanya, tetapi ternyata dia lebih banyak berjalan dengan fikirannya".

Sekilas sudah nampak, tokoh yang dimaksud seorang hamba Allah SWT yang sedang melakukan perjalanan. Perjalanan malam bisa jadi Isra' Miraj yang menembus langit ruang dan waktu. Perjalanan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Perjalanan Nabi dalam ibadah puasa. Perjalanan Nabi bekerja keras menegakkan agama dan perjalanan Rasul menerima Wahyu dan menyampaikan dengan akal fikirannya.

Di bait berikutnya, lagu itu menguak kalimat tentang keanggunan mukjizat Rasul. Seperti : " Batu-batu seperti menyingkir ketika dia datang, ketika dia lewat. Semak-semak seperti menguak ketika ia singgah ketika ia menyeberang.

Gambaran seperti itu kerap diceritakan para ulama saat mengaji tarikh Nabi. Ebiet menyajikannya dalam kilas puisi yang apik.

Satu lagi baitnya, menyajikan kekhasan. "Gadis-gadis selalu menyapa, karena dia tampan, meski pun penuh luka". Sebagian penyair mengira ini kiasan untuk Nabi Yusuf As atau pun juga Nabi Isa As. Tetapi tetap saja Ebiet menggugah penuh rahasia.

Sebuah zuhud mulia dari syairnya tertulis " meskipun dia lebih lapar dari siapa pun. Meski dia pun lebih sakit dari siapa pun. Meski pun dia lebih nista dari siapa pun".

Dan akhirnya Ebiet memuncak pada kesimpulan, pada bait akhir. " Kata-katanya tak bisa dimengerti, namun selalu saja akhirnya terbukti". Kata ini Nyaris seperti kekuatan kisah Nabi Khidir AS atas pertanyaan Nabi Musa AS.

Namun di ujung puisi ini, nampak terang dan jelas. Bait yang berbunyi " Dia lelaki gagah perkasa, dia lelaki ilham dari surga. Dia lelaki yang selalu berkata, bahwa kita pasti akan kembali lagi Kepada-Nya ".

Para pendengar bisa menyimak dan bisa menduga atas lagu spiritual ini. Namun saya merasakan, figur Nabi Muhammad SAW, paling kuat menjadi inspirasi lagu puitis ini. Ebiet menekankan makna perjalanan. Sesuatu yang membekas dalam sejarah hijrah yang merubah sebuah peradaban masa depan Islam. Juga perjalanan malam sekejap mata menembus langit, menjemput waktu shalat. Hingga perjalanan kita hari ini di setiap pertambahan waktu tahun Hijriyah, menuntaskan peradaban hingga hari kiamat. Dengan ibadah terus tanpa henti. Seperti sebuah perjalanan. Perjalanan dunia hingga akhirat. Perjalanan hijrah yang terus berubah jadi kebaikan. Seperti inspirasi perjalanan Hijiriyah Haji Ebiet. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES