Kopi TIMES

Andalan dan Harapan Rakyat (Balada Kemunafikan)

Senin, 18 September 2017 - 05:49 | 45.73k
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). (Grafis: TIMES Indonesia)
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kubuka jendela, kutatap langit, dan aku bergumam:

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang merasa punya Negara. Padahal Negara yang mereka maksud adalah Perusahaan. Yang memperniagakan kedaulatan mereka, menjual tanah dan air dan harta benda mereka. Untuk kepentingan kumpulan orang yang mereka mandati untuk mengurusi Negara. Yang kemudian dijadikan Perusahaan.
 
Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang tidak pernah mau belajar tentang beda antara Negara dengan Pemerintah. Kemudian rakyat itu secara berkala dan terus menerus memilih dan mengangkat Pemerintah, yang secara sengaja membangun kerancuan antara Negara dengan Pemerintah. Sehingga sewaktu-waktu kalau punya kepentingan, Pemerintah itu mengaku dirinya sebagai Negara.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang tiap hari, tiap minggu, bulan dan tahun, selalu menitipkan harapan kepada kumpulan orang yang tidak pernah bisa diharapkan. Yang sepanjang masa mengandalkan kelompok orang yang terbukti tak pernah bisa diandalkan. Yang menghabiskan waktunya untuk mempercayai gerombolan orang yang tidak pernah membuktikan bahwa mereka bisa dipercaya.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang selalu sangat bersemangat memilih pemimpin dan pemimpin. Yang kemudian ternyata bukan pemimpin, melainkan penguasa. Yang kemudian ternyata tidak hanya penguasa, melainkan penipu-penipu yang mengelabuhi rakyat dengan demokrasi, pameran nasionalisme, sesumbar janji yang diingkari, kemajuan gincu dan berbagai kostum Agama untuk manipulasi. Sampai akhirnya rakyat itu sendiri kelelahan menghitung jumlah pencuri di antara mereka yang dipercaya dan diamanati.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang melihat korupsi hanya pada urusan harta benda. Dan tidak pernah mau belajar kepada korupsi yang tersembunyi di balik kata-kata pidato dan pernyataan. Korupsi yang sebenarnya sangat transparan tampil bersama pola pikir, cara melihat masalah, atau sikap ketika memperlakukan kenyataan. Korupsi yang bersembunyi di belakang aturan, kebijakan, ketetapan, keputusan, bahkan juga rekomendasi dan fatwa.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang terlalu mudah diperdaya oleh pencitraan. Terlalu gampang ditipu oleh penampilan. Terlalu tidak punya kontrol terhadap kelaliman di balik kesantunan. Terlalu tidak seimbang antara kemampuan analisis mereka terhadap bentuk-bentuk kemunafikan, dengan semakin membengkak dan maraknya jenis-jenis dan formula kemunafikan yang mengepung mereka.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang semakin hari semakin tipis kadar kewaspadaan mereka terhadap berbagai arus besar maupun kecil penindasan yang menimpa mereka. Semakin rendah kepekaan mereka terhadap lalulintas dan mekanisme pencurian halus atas hak milik mereka, penghinaan yang bertahap atas harga diri mereka, serta pelecehan yang terukur atas kedaulatan dan martabat mereka sebagai rakyat.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang pengetahuannya hanya kepingan-kepingan dan eceran-eceran atas penganiayaan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menguasai mereka. Rakyat yang tidak belajar mengerti bahwa mereka sedang ditelanjangi kerakyatan, kebangsaan dan kemanusiaan mereka. Rakyat yang tidak mengerti dan tidak ada tanda-tanda bahwa meraka akan pernah mengerti bahwa mereka tidak mengerti.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang tidak punya pertahanan pengetahuan tentang urusan mereka. Tidak punya kedaulatan ilmu tentang hak dan kewajiban mereka. Tidak punya resistensi akal dan nalar atas bahaya yang menindih mereka. Tidak punya saringan apapun yang memadai untuk membedakan antara arus yang menyejahterakan atau memiskinkan mereka. Yang menyelamatkan atau menghancurkan mereka. Yang membawa mereka ke gunung tinggi kemashlahatan atau yang menyorong mereka ke jurang kehancuran.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang bersedia bermusuhan satu sama lain demi membela organisasi atau tokoh-tokoh yang menipu mereka. Rakyat yang siap bertengkar siang malam mempertahankan kepentingan lembaga atau idola-idola yang memanfaatkan mereka, menginjak pundak bahkan kepala mereka demi mencapai kepentingannya. Rakyat yang siaga bertempur dan berani mati membela sesuatu yang mereka tidak pahami, mempertahankan nilai yang mereka tidak mengerti, bahkan membarikade pertahanan bagi orang-orang yang mereka sangka pemimpin, padahal penghancur nasib mereka.

Apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari rakyat yang karena dikuasai maka mereka pun ingin bergabung dalam kekuasaan. Yang hartanya dicuri maka merekapun ingin turut mencuri. Yang hak miliknya diserobot maka merekapun mencari peluang untuk juga bisa menyerobot. Yang karena jalannya dipotong maka merekapun belajar memotong. Yang karena hidupnya dicurangi maka merekapun melatih naluri dan spontanitas untuk juga berbuat curang, sejak keluar dari pintu rumah, di jalanan, di kantor, di gedung-gedung, di segala urusan, termasuk di rumah-rumah ibadah, bahkan menyelipkan kecurangan di dalam doa-doa mereka.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES