Peristiwa Daerah Konflik Rohingya

Gerakan Umat Islam Bersatu Jatim Soroti Genocida Muslim Rohingnya

Minggu, 10 September 2017 - 11:42 | 43.82k
ILUSTRASI. Muslim Rohingnya
ILUSTRASI. Muslim Rohingnya
FOKUS

Konflik Rohingya

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gerakan Umat Islam Bersatu Jatim (GUIB), Provinsi Jawa Timur, (Jatim), menggelar pertemuan terbatas terkait tragedi kemanusiaan dan genosida/etnis cleansing muslim Rohingya pekan lalu, Selasa (5/9/2017) di Surabaya.

Hasil pertemuan tersebut diedarkan melalui surat pernyataan GUIB Jatim yang ditanda tangani oleh Koordinator GUIB Jatim, KH Nuruddin A Rahman, SH, Sekretaris Jenderal, Mochammad Yunus, mengetahui Dewan Pimpinan MUI Jatim, Ketua Umum KH Abdusshomad Buchori, dan Sekretaris Umum MUI Jatim, Ainul Yaqin.

GUIB Jatim merupakan sebuah lembaga di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jatim yang beranggotakan organisasi massa Islam dan lembaga ke-Islaman di Jatim.

Pertemuan yang diikuti oleh 75 organisasi masyarakat (ormas) Islam itu menghasilkan 25 pernyataan sikap.

Sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, untuk terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik, toleran, harmonis , menjunjung tinggi harkat - martabat dan hak azasi manusia serta nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan dan berkeadaban - universal baik yang bersifat nasional , regional maupun internasional.

"Maka kami mendesak kepada pemerintah dan instansi terkait agar melakukan langkah strategis, koordinatif, independen, tegas dan menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan, supremasi hukum, dalam rangka melakukan pencegahan agar tragedi kemanusiaan berupa kekerasan, pemerkosaan, pembakaran rumah dan tempat ibadah, pengusiran, pembunuhan dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya diwilayah Rachine State," jelas salah satu pembukaan dalam surat sebanyak sembilan lembar tersebut.

GUIB Jatim juga menilai bahwa tragedi ini terjadi lantaran adanya persekongkolan jahat pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi peraih “Nobel Perdamaian” dengan Rezim Militer Myanmar dan Biksu Paranoid pimpinan Ashin Wirathu.

Mereka menghimbau agar kejahatan kemanusiaan yang semakin biadab dan brutal ini segera dihentikan dan tidak akan terulang kembali. Di antara isi surat tersebut adalah sebagai berikut.

GUIB Jatim sangat menyesalkan pernyataan pimpinan majelis-majelis agama Buddha Indonesia. Bahwa konflik yang terjadi di Rohingya “tidak terkait dengan agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan”. 

Statement yang mengklaim bahwa tragedi kemanusiaan berupa kekerasan, pemerkosaan, pembakaran rumah dan tempat ibadah, pengusiran, pembunuhan dan pembantaian terhadap Muslim Rohingya diwilayah Rachine State, yang dilakukan para biksu dan militer Myanmar serta pembiaran yang dilakukan oleh pemimpin de facto Myanmar - bukanlah konflik SARA.

Namun merupakan bagian dari upaya manipulasi dan pengaburan fakta dan bertentangan dengan sikap serta pernyataan para biksu Buddha Myanmar sendiri. 

Bahwa membangun misi kerukunan beragama di atas kebohongan dan manipulasi bisa berdampak buruk bagi kerukunan yang telah dibangun. Kejujuran justru akan membuka peluang positif bagi perbaikan hubungan dan kerukunan antar umat beragama.

Selanjutnya, mengutuk keras tindakan biadab rezim penguasa Myanmar yang bersekongkol dengan para biksu radikal – paranoid yang dipimpin oleh Ashin Wirathu. Karena telah membantai bayi, anak-anak, remaja, kaum perempuan, dan orang tua.

Selain melakukan perusakan, pembakaran dan pembumi hangusan masjid, rumah dan tempat tinggal muslim Rohingya pada saat kaum Muslimin diseluruh belahan dunia khidmat merayakan hari besar Islam Idul Adha 1438 H.

Krisis Rohingya dinilai merupakan tragedi kemanusiaan terparah di kawasan Asia Tenggara saat ini, yang dilakukan oleh negara, baik militer, aparat keamanan, kepolisian maupun pemerintahan Myanmar secara sistematis, terstruktur, masif, dan memiliki pola serangan terencana terhadap desa-desa yang dihuni oleh etnis Muslim Rohingya. 

Dengan perencanaan matang untuk dibumihanguskan, ini memperkuat sinyalemen adanya genocida/pembersihan etnis (etnic cleansing) secara terencana dikawasan tersebut, oleh karena itu upaya kemanusiaan yang harus dilakukan oleh masyarakat dunia adalah menyelamatkan Muslim Rohingnya (Save Moslem Rohingya).

GUIB juga mendesak Komite Nobel untuk mencabut penghargaan yang telah diberikan kepada Aung San Suu Kyi. Menuntut organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa - bangsa (PBB), Mahkamah Kejahatan Internasional (International Criminal Court – ICC), Organisasi Konferensi Islam (OKI), agar segera bertindak tegas. Karena Myanmar telah melakukan kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan (Crimes Againts Humanity).

Pernyataan tersebut merupakan sikap bersama 75 ormas Islam dan lembaga keislaman di Jawa Timur dibawah koordinasi MUI Jatim. Seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Hidayatullah, Perhimpunan Al Irsyad, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Front Pembela Islam (FPI), dan sebagainya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES