Wisata

Menikmati Nuansa Jawa Tempo Dulu di Lereng Gunung Anjasmara

Sabtu, 09 September 2017 - 19:44 | 158.77k
Kampoeng Djawi, serasa menyusuri suasana pedesaan tempo dulu. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kampoeng Djawi, serasa menyusuri suasana pedesaan tempo dulu. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di lereng pegunungan Anjasmara, terdapat sebuah pedesaan kecil nan asri, dikenal dengan nama Kampoeng Djawi. 

Terletak pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut dengan udara yang sejuk serta dikelilingi pegunungan dan hamparan sawah. Begitu asri dan alami.

Memasuki Dusun Gondang, Carangwulung, Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur (Jatim), pelancong akan disuguhi kemegahan Jawa kecil tempo dulu.

Bangunan khas rumah adat yang luas di tepi sungai kecil, menjadi daya tarik tersendiri. Suasana pegunungan berkabut, suara burung - burung berpadu gemericik air, serta hijau pepohonan.

Karapan-SapiDf9Vu.jpgKarapan kambing Kampoeng Djawi, memotivasi masyarakat sekitar sebagai peternak kambing etawa

Lahan seluas satu hektar disulap oleh Rudi Ermawan Yulianto, penggagas sekaligus Founder Kampoeng Djawi, menjadi sebuah perkampungan layaknya suasana keraton. Dan hampir 99 persen aset wisata tersebut memberdayakan masyarakat sekitar.

"Kawasan ini merupakan tempat wisata sekaligus penginapan bernuansa Jawa kental yang menitik beratkan pemberdayaan masyarakat," terang Agus Widodo, selaku Manajer Operasional Kampoeng Djawi.

Berbagai fasilitas bisa dinikmati di sini. Seperti kolam renang luas dengan view perbukitan. Bagi yang suka kegiatan outdoor, Anda bisa mencoba out bond training, high rope, flying fox, tracking hutan pinus, rafting di Kali Boro, off road, motor cross, dan mountain bike.

Jika lelah dengan aktivitas outdoor, di Kampoeng Djawi juga tersedia penginapan dengan nuansa yang unik dan dijamin bakal membuat Anda betah selama berada di sana. Dilengkapi modern ampi theater, arena shooting target, serta pendopo joglo,  

Kampoeng Djawi memiliki tujuh tipe penginapan, antara lain Griya Dorogepak berjumlah 2 unit dengan kapasitas tiap unit 20 orang, kemudian Griya Joglo 1 unit dengan kapasitas 8-14 orang, Griya Majapahit berjumlah 2 unit yang tiap unit mampu menampung 4-8 orang, dan terakhir Griya Jineman 2 unit berlantai 2 dengan kapasitas 32 orang.

Warga di sekitar Kampoeng Djawi, sebagian besar adalah penghasil sapi perah dan kambing etawa. Setiap tahun bertepatan pekan kemerdekaan, mereka juga menggelar lomba karapan kambing yang telah menjadi aset wisata Kabupaten Jombang. Tujuannya, tentu saja memotivasi para peternak dan menarik wisatawan.

Kampoeng-Djawi-2NhdS7.jpgSalah satu sudut penginapan Kampoeng Djawi, kental dengan ornamen Jawa

Pesertanya dari warga setempat, dengan jenis kambing lokal atau etawa, baik jantan maupun betina. Tahun ini, peserta lomba mencapai 25 regu dengan total 50 kambing. 

Satu orang peserta menjadi joki bagi dua ekor kambing, berlari melaju menuju garis finish sejauh 45 meter, layaknya karapan sapi. Selain karapan kambing, tiap Maret saat musim panen durian juga diselenggarakan Jazz Kampoeng Djawi.

"Memang kita buat sedemikian rupa dengan wajah berbeda," pungkas Agus. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES