Glutera News

Hati-hati Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Jumat, 08 September 2017 - 20:50 | 426.93k
(Foto: Glutera)
(Foto: Glutera)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pembengkakan kelenjar getah bening(lymphadenopathy) adalah kondisi ketika kelenjar getah bening atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang berisi sel darah putih mengalami pembesaran.

Sebenarnya kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik disebabkan oleh bakteri, virus, atau lainnya. Biasanya ketika terjadi infeksi, kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda, kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya.

Meskipun begitu, Anda harus tetap mewaspadai pembengkakan kelenjar getah bening karena kondisi ini juga bisa disebabkan oleh kondisi yang tergolong serius. Temuilah dokter apabila:

•    Kelenjar getah bening terasa keras saat ditekan.
•    Kelenjar getah bening membengkak tanpa sebab yang jelas disertai badan yang terasa lemah.
•    Kelenjar getah bening telah membengkak lebih dari dua minggu dan/atau disertai dengan ukuran yang membesar.
•    Anda mengalami demam yang tidak kunjung mereda.
•    Anda selalu berkeringat di malam hari.
•    Anda mengalami penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
•    Anda mengalami sakit tenggorokan yang menyebabkan sulit menelan atau bernapas.

Pada dasarnya, kelenjar getah bening terdapat di seluruh tubuh kita, namun kondisi pembengkakan biasanya hanya terjadi di area ketiak, leher, di bawah dagu, dan di pangkal paha.

Penyebab Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Infeksi bakteri atau virus yang tergolong ringan merupakan faktor yang paling sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Beberapa contoh infeksi ringan tersebut adalah demam kelenjar, pilek, infeksi tenggorokan, radang amandel, infeksi gigi, infeksi telinga, dan infeksi kulit (selulitis). Kelenjar getah bening yang bengkak akibat infeksi-infeksi tersebut biasanya disertai rasa sakit. Selain itu, terkadang penderita juga mengalami demam, batuk, dan nyeri tenggorokan.

Pada kasus yang jarang terjadi, pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa disebabkan oleh:

•    Rheumatoid arthritis (penyakit autoimun yang menyerang jaringan pelapis sendi)
•    Penyakit lupus (penyakit autoimun yang menyerang sel darah, sendi, kulit, dan organ tubuh)
•    Campak (infeksi virus yang ditandai dengan gejala bintik-bintik merah pada kulit)
•    Sarcoidosis (penyakit dengan gejala munculnya gumpalan jaringan yang membengkak dan merah atau granuloma di dalam organ tubuh)
•    Tuberkulosis (infeksi bakteri yang ditandai dengan gejala batuk-batuk yang menetap)
•    Rubella (infeksi virus dengan gejala ruam kulit yang terdiri dari bintik-bintik kecil berwarna kemerahan)
•    Sifilis (infeksi bakteri yang ditularkan lewat hubungan seksual)
•    Cytomegalovirus (infeksi virus yang umumnya ditularkan melalui air liur atau urine)
•    HIV (infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh)
•    Kanker

Pada kasus pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan oleh kanker, biasanya pembengkakan tersebut terlihat tetap tidak mengempis hingga beberapa minggu, dan mungkin bahkan membesar secara perlahan-lahan. Selain itu, kelenjar terasa keras saat disentuh, namun tidak sakit. Penderita kondisi ini juga biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan sering berkeringat di malam hari.

Contoh jenis kanker yang bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening adalah leukemia limfositik kronis dan limfoma non-Hodgkin. Kedua jenis kanker ini menyerang sel darah putih. Pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa terjadi akibat jenis kanker lainnya yang tumbuh di organ tubuh mana pun, tapi kemudian menyebar ke kelenjar getah bening tersebut.

Komplikasi dapat terjadi jika infeksi penyebab pembengkakan kelenjar tidak segera diobati. Komplikasi tersebut antara lain:

•    Pembentukan abses. Abses merupakan kumpulan nanah akibat infeksi. Nanah itu sendiri terdiri dari sel darah putih, jaringan mati, bakteri dan cairan. Jika ini terjadi, maka perlu diberikan antibiotik dan dilakukan drainase untuk membebaskan cairan abses yang terjebak tadi. Abses yang terjebak di dekat organ vital dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan.

•    Bakteremia (infeksi dalam aliran darah). Infeksi yang tidak diobati akan meningkatkan risiko penyebaraan bakteri ke dalam aliran darah dan menyebabkan sepsis. Hal ini sangat berbahaya karena dapat berujung pada gagal organ dan kematian. Penderita yang mengalami sepsis perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi antibiotik melalui pembuluh darah.

Diagnosis Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Anamnesa gejala dan pemeriksaan fisik adalah hal utama yang perlu dilakukan dokter untuk mengetahui penyebab pembengkakan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan akan diawali dengan dokter menanyakan gejala yang menyertai di samping rasa sakit pada benjolan, misalnya demam, nyeri tenggorokan, penurunan berat badan, dan rasa lelah. Selain itu, dokter juga perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien, misalnya riwayat sakit kanker, obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat vaksin, dan aktivitas seksualnya.

Kemudian, dokter akan mengecek sifat benjolan, misalnya keras atau lembek, kecil atau besar, dapat bergeser atau tidak dapat digeser, dan apakah terasa sakit atau tidak sakit. Benjolan kelenjar getah bening yang sakit, lembek, dan dapat bergeser biasanya disebabkan oleh infeksi. Sedangkan benjolan kelenjar getah bening yang tidak sakit, keras, dan tidak dapat digeser biasanya disebabkan oleh kanker yang menyebar ke kelenjar tersebut.

Untuk bisa memastikan penyebab pembengkakan kelenjar getah bening, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:

•    Pemeriksaan darah lengkap. Metode ini dapat membantu dokter dalam mengevaluasi kesehatan pasien secara menyeluruh. Sejumlah kondisi (termasuk infeksi dan leukemia) bisa terdeteksi melalui pemeriksaan darah lengkap.
•    CT Scan dan pemeriksaan X-ray. Melalui kedua metode pemindaian ini, lokasi infeksi atau tumor yang menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening bisa terdeteksi.
•    Biopsi. Metode ini biasanya dilakukan jika dokter mencurigai kanker sebagai penyebab pembengkakan kelenjar getah bening. Dokter akan mengambil sampel kelenjar dan menelitinya di laboratorium.

Pengobatan Pembengkakan Kelenjar Getah Bening

Sebenarnya pembengkakan kelenjar getah bening bisa sembuh dengan sendirinya apabila penyebabnya masih tergolong ringan (misalnya pilek atau demam kelenjar). Anda hanya perlu istirahat dan minum banyak cairan. Untuk meredakan gejala nyeri, Anda dapat mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit yang bisa dibeli secara bebas di apotek, misalnya ibuprofen atau paracetamol.

Jika Anda memang perlu memeriksakan ke dokter, pengobatan pembengkakan kelenjar getah bening akan disesuaikan dokter dengan kondisi yang mendasarinya. Sebagai contoh, jika pembengkakan disebabkan oleh infeksi bakteri, maka dokter akan meresepkan antibiotik. Begitu pula jika pembengkakan disebabkan oleh penyakit autoimun, misalnya rheumatoid arthritis atau lupus, maka terapi akan difokuskan untuk mengobati penyakit yang mendasarinya. Contoh lainnya adalah penerapan prosedur bedah, kemoterapi, atau radiasi pada kasus pembengkakan kelenjar getah bening yang disebabkan oleh kanker.

Enam Tips Sehat ala Glutera:

1.    Minum Air Putih
Minum air putih sesuai rumusnya, berat badan 100 kg kebutuhan air minumnya 3 liter dalam 1 hari. Hiung dan sesuaikan dengan berat badan Anda. (misalkan berat badan 50 kg kebutuhan airnya 1,5 liter per hari).

2.    Oksigen
Paru paru kita tidak boleh kekurangan oksigen. Paling mudah, bangun tidur hirup udara dalam dalam kemudian tahan sebentar, hembuskan lewat mulut selama 10-15 detik. Ulangi beberapa kali.

3.    Makanan Kesehatan
Usia diatas 25 tahun sudah menjadikan kewajiban untuk mengkonsumsi makanan kesehatan. Sebagaimana dengan Rangkain Produk Glutera. Mulai Pagi hari sebelum aktifitas dengan Nitric Oxide, siang hari setelah aktifitas dengan Collagen, dan malam hari sebelum istirahat dengan Glutathione.

4.    Istirahat
Tidur sehari antara 7-8 jam maksimal dalam satu hari. Ada saatnya tubuh kita untuk istirahat.

5.    Olahraga
Kurang gerak atau kurang olah raga membuat fungsi tubuh kita tidak berkerja secara normal, terutama diatas usia 25 tahun dimana sistem metabolismenya sudah menurun. Perlu adanya aktifitas gerak. Minimal 45-60 menit. Jika tanpa aktifitas gerak, kalori tidak akan terbakar dan menjadikan lemak yang menumpuk.

6.    Berpikir Positif
Terlalu banyak memikirkan hal negatif membuat otak kita tidak bekerja secara sehat, energi terlalu penuh negatif menjadikan tubuh menjadi lemah dan menurunkan fungsinya. Selalulah berpikir positif untuk hidup yang lebih baik. Karena tubuh sehat adalah tubuh dengan energi positif.


Semoga bermanfaat.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES