Peristiwa Nasional

Majelis Dzikir Hubbul Wathon Apresiasi PBNU Terkait Perpres PPK

Selasa, 05 September 2017 - 19:17 | 68.38k
Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon, Hery Haryanto Azumi, saat bersama Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Istimewa)
Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon, Hery Haryanto Azumi, saat bersama Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB-MD Hubbul Wathon) mengapresiasi komunikasi antara pemerintah dan PBNU terkait Perpres Peningkatan Pendidikan Karakter (PPK) peserta didik.

"Secara kelembagaan, Hubbul Wathon apresiasi pemerintah dan PBNU terkait PPK," ungkap Sekretaris Jendral MD Hubbul Wathon, Hery Haryanto Azumi, saat dihubungi, Selasa (5/9/2017).

Ia pun menganggap Perpres Peningkatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai solusi yang tepat terkait masalah pendidikan di Indonesia saat ini. PPK sendiri diyakini banyak kalangan tidak akan mengesampingkan madrasah diniyah.

"PPK membuat madrasah diniyah mempunyai nilai tawar lebih ketimbang sekolah umum," tambahnya kemudian.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj ke Istana Negara untuk membahas Perpres Peningkatan Pendidikan Karakter. 

Meskipun belum ada keterangan resmi yang dikeluarkan PBNU terkait Perpres tersebut, sudah muncul kabar bahwa PBNU sepakat terkait Perpres PPK karena hal tersebut diyakini bisa mengakomodir antara pendidikan formal dan madrasah diniyah.

"Dengan begitu, akan ada pengakuan yang serius terhadap madrasah diniyah. Dan, alhamdulillah harapan kami terwujud," ungkapnya lagi.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB-PMII) 2005-2008 tersebut menanggapi isu Full Day Scholl (FDS) yang terus menjadi komoditas dikalangan masyarakat. Ia pun berharap ada komunikasi langsung antara pemerintah dan PBNU.

"Agar tidak berkembang liar dan tidak produktif, sebaiknya presiden segera mengundang para stakeholder pendidikan karakter agar dapat menyerap aspirasi secara langsung. Jika salah menangani gejolak dan kontroversi ini, dikhawatirkan kaum Nahdliyin merasa ditinggalkan oleh pemerintah," ujarnya, Minggu (13/8/2017).

Ia pribadi mengapresiasi kegigihan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin yang terus memperjuangkan keberlangsungan madrasah diniyah. Sehingga terjadi dialog yang konstruktif dan membangun dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

"Ke depan banyak permasalahan bangsa yang dapat diselesaikan dengan kegigihan dan dialog dengan semangat mencari jalan keluar," tandas Hery.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES