Peristiwa Daerah Indonesia Berkurban

Wajib Makan di Rumah Tetangga saat Idul Adha

Jumat, 01 September 2017 - 19:53 | 40.06k
Suasana selamatan di Lingkungan Papring, saat Hari Raya Idul Adha, Jumat (1/9/2017) (Foto: Ahmad Su'udi/ TIMES Indonesia)
Suasana selamatan di Lingkungan Papring, saat Hari Raya Idul Adha, Jumat (1/9/2017) (Foto: Ahmad Su'udi/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Indonesia Berkurban

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hari Raya Idul Adha bagi warga suku Madura di Lingkungan Papring, Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur selalu dirayakan dengan meriah. Bahkan lebih meriah daripada perayaan Idul Fitri.

Sebagaimana kemeriahan Lebaran Fitri, setelah sholat Ied, mereka berziarah ke kuburan orang tua, bertamu ke tetangga untuk bermaaf-maafan, dan disediakan berbagai makanan di meja tamu. Tambah meriah dengan diadakannya selamatan keliling tetangga dalam kelompok kecil 4 atau belasan keluarga.

Kepala keluarga mengikuti selamatan di setiap rumah dan harus makan hidangan yang disediakan di rumah-rumah itu.

Kepada TIMES Banyuwangi (TIMES Indonesia Network), sesepuh Kampung Papring Minhaju (65) mengatakan selamatan keliling tetangga itu mereka gelar setiap Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dia menjelaskan sebagian warga menggelar selamatan malam takbiran, sebelum lebaran, lainnya yang tidak kebagian waktu menggelar selamatan setelah shalat lebaran.

"Pertama di rumah saya, kemarin sore ada 10 orang tetangga. Nanti rebutan mengajukan diri dapat giliran selanjutnya. Karena kalau dapat giliran terakhir, tetangga makannya sedikit karena sudah kenyang, " kata Minhaju, Jumat (1/9/2017).

Biasanya hidangan yang disiapkan adalah ketupat dengan sambal goreng dan nasi uduk yang rasanya gurih. Sebagian warga memanfaatkan selamatan itu untuk syukuran atas berbagai rizky seperti baru membeli kebun, anak lulus sekolah atau yang lain.

"Masyarakat sini tidak bisa tinggalkan tradisi nenek moyang, tidak bisa diubah. Doanya minta selamat, panjang umur dan murah rizki," imbuhnya.

Dia menjelaskan warga Kampung Papring merupakan masyarakat yang sederhana dan ikhlas menerima pemberian Tuhan YME. Dan percaya bahwa kaya-miskin merupakan takdir Ilahi.

"Masalah kaya atau tidak itu nasib dari Yang Maha Kuasa. Kalau nasibnya jadi orang kecil ya tetap jadi orang kecil," pungkas Minhaju. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Pasuruan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES