Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Meruwat Tradisi "Membaca": Berguru Kepada Gus Dur

Senin, 21 Agustus 2017 - 00:13 | 49.10k
Abdul Halim Fathani (Grafis: TIMES Indonesia)
Abdul Halim Fathani (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTABANYAK pilihan aktivitas yang bisa kita lakukan dalam sehari-hari. Mulai dari aktivitas yang ringan, sedang, hingga aktivitas berat. Tergantung bagaimana perspektif kita masing-masing. Salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan, adalah membaca. Ya, membaca apa saja. Tergantung kita masing-masing, apakah aktivitas membaca itu termasuk kategori aktivitas ringan, sedang, atau berat.

Membaca itu aktivitas yang luar biasa. Wahyu pertama kali yang diterima Rasulullah saw adalah perintah untuk membaca, Iqra’. Bukan perintah yang lain. Demikian juga, Ir. Soekarno, Presiden RI yang pertama, berwasiat "Jika ingin mengetahui isi bumi, membacalah. Jika ingin menaklukkan isi bumi, membacalah. Jika ingin apa saja, membacalah".

Membaca apa saja akan dapat memperluas dan memperkaya kemampuan kita. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Khaldun, "Cara hebat untuk memperhebat kemampuan kita adalah membaca".

Masih ingat Presiden RI ke empat, Gus Dur?

Greg Barton penulis buku Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid dalam beberapa bagian bukunya menegaskan tentang kegandrungan Gus Dur dalam membaca buku. Gus Dur terbiasa membaca di mana saja, apa saja, dan di mana saja, tanpa memilih tempat. Di rumah maupun di tempat menunggu bus ia membaca. Tak ada buku, potongan koran pun ia baca.

Prinsipnya, tidak ada ruginya bagi kita, jika menjalani aktivitas membaca. Membaca koran akan dapat memperkaya informasi tentang berbagai kejadian yang sedang terjadi. Membaca buku biografi, akan dapat memperkaya informasi tentang kehidupan seseorang yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup.

Membaca buku matematika, akan dapat meningkatkan kecerdasan matematik, membaca buku resep masakan akan dapat memperkaya pengetahuan tentang aneka resep masakan, demikian seterusnya.

Membaca apa saja. Membaca objek apapun, yang penting dapat memberikan kontribusi positif bagi kehidupan kita. Karena, saking banyaknya objek yang dapat dibaca, lebih-lebih pada zaman digital sekarang, bahan bacaan secara mudah dan cepat dapat kita dapatkan. Hanya saja, kita harus cerdas untuk memfilter bahan bacaan mana yang dapat berkontribusi positif bagi kehidupan kita. Sungguh, membaca itu ampuh. Dengan membaca, hidup kita semakin hebat.

Memang benar, saat ini, membaca buku tidak hanya bisa dinikmati di dalam gedung perpustakaan ansich. Sudah banyak fasilitas yang bisa kita manfaatkan untuk membaca -bukan hanya- buku. Bahkan di beberapa warung makan, bengkel sepeda-mobil, sudah banyak yang juga menyediakan buku bacaan. Termasuk juga kehadiran smartphone.

Kalau kita menelusuri informasi di laman http://www.nu. or.id, kita akan menemukan salah satu informasi menarik, berjudul "Gus Dur Tak Jadi Beli Buku". Dalam informasi tersebut, dikisahkan bahwa KH Ahmad Mutofa Bisri menceritakan, di antara kecerdasan dan kehebatan Gus Dur yang lain adalah kecepatannya membaca dan memahami isi buku.

Pada suatu ketika, Gus Mus menemani Gus Dur mengunjungi sebuah toko buku. Kedua sahabat ini ditemani putri pertama Gus Dur, Alissa Wahid. "Gus Dur bilang, mau membeli buku".

Begitu sampai di toko, Gus Dur dengan seksama melihat-lihat buku di toko tersebut. Bila ada buku yang menurutnya menarik, Gus Dur langsung membukanya. Dia membaca lembar demi lembar dengan sangat cepat. Berbeda ketika Gus Dur melihat ada sesuatu yang menarik di dalam buku, ia membacanya sedikit lebih lama. Begitu dirasa cukup, Gus Dur meletakkannya kembali di tempat semula.

Tiba-tiba, Gus Dur mengajak Gus Mus dan Alissa Wahid pulang. Hal ini mengherankan mereka berdua karena tujuan awal Gus Dur membeli buku.

"Lah Pak, enggak jadi beli buku, toh?" tanya Alissa Wahid. "Aku sudah tahu isinya," jawab Gus Dur spontan bikin Gus Mus dan Alissa terkesima. Demikian kisah yang dinukil dari laman http://www.nu.or.id. Mari mengambil hikmah, mari membaca buku, atau membaca apa pun.(*)

* Abdul Halim Fathani, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang. Anggota Forum Literasi Matematika (forLIMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES