Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Menginfuskan Semangat HUT KE-72 Kemerdekaan RI ke Ruang Kelas

Kamis, 17 Agustus 2017 - 06:45 | 78.28k
Muhammad Yunus (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTAHIDUP itu harus sambung. Tanpa sambungan yang jelas berarti hidup akan berjalan tanpa arah. Manusia dituntut beribadah kepada Allah agar dirinya terus sambung pada Tuhannya. Seorang penganut setia juga dianjurkan sambung dengan utusan-Nya dengan memperbanyak shalawat.

Selain itu dimana bumi dipijak disana langit dijunjung, maka sebagai warga negara yang baik kita semua juga harus sambung dengan Indonesia ini. Ketidaksambungan dengan NKRI berarti melawan kodrat manusia yang hidup di tanah air ini.

Itulah kenapa cinta tanah air sama ulama dianggap sebagai sebagian dari keimanan seseorang. Karena hanya dengan damainya negara ini maka kehidupan beragama dan menjalankannya terasa tenang dan damai. Tidak terlepas dari momentum perayaan dirgahayu ke-72 kemerdekaan Republik Indonesia ini.

Semangat rakyat harus dibangkitkan sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang sudah diberikan kepada bangsa ini berupa kemerdekaan dalam mengelola seluruh isi bumi dan pemerintahan dalam wilayah NKRI ini.

Tema utama perayaan kemerdekaan ini adalah Indonesia Kerja Bersama. Sebuah tema yang begitu fundamental dan filosofis. Kenapa tidak, kalau kita cermati sejak kecil masyarakat indonesia ini sudah dididik untuk memiliki kesadaran akan pentingnya menjadi makhluk sosial yang saling hidup berdampingan dan berinteraksi melibatkan individu lainnya.

Selain itu kerja bersama bermakna semangat gotong royong dimana gotong royong ini adalah akar kebudayaan Indonesia. Gotong royong merupakan wujud dari kebersamaan, wujud dari makhluk sosial berinteraksi satu sama lain.

Gotong royong berarti menegasikan perbedaan dan mengusung semangat kebersamaan diatas keanekaragaman, baik ras, suku, dan agama untuk mencapai tujuan yang luhur.

Semangat inilah dipandang perlu untuk diinfuskan pada proses pembelajaran di ruang kelas. Mengapa ruang kelas, karena ini merupakan tempat interaksi utama selain keluarga dan masyarakat dalam penyampaian nilai-nilai fundamental dari berbangsa dan bernegara ini.

Tanpa implementasi yang jelas di ruang kelas maka semangat Kerja Bersama dalam dirgahayu RI ini akan terasa sia-sia. Lantas bagaimana mewujudkan semangat kerja bersama itu di ruang-ruang kelas

Jawabannya adalah semangat pendidikan yang melihat siswa itu sebagai subjek bukan objek. Semangat bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan, tapi masih banyak sumber yang harus dicari dengan ketersediaan teknologi yang ada. Semangat yang melihat semangat pembelajaran bukanlah one way tetapi two ways. Salah satunya dapat dilakukan dengan SALTAS ( Students active learning under teachers active scaffolding).

Konsep SALTAS

SALTAS merupakan perwujudan dari konsep pembelajaran aktif. Pembelajaran ini menjelaskan pendekatan pembelajaran dimana peserta didik aktif dalam proses membangun pengetahuan dan pemahaman dalam merespon pembelajaran yang dirancang oleh guru. 

Pembelajaran ini berbeda dengan model lama dimana pengetahuan ditransfer oleh guru kepada siswanya. Maknanya bukan berarti peran guru dinafikan, melainkan mengembalikan tugas guru sebagai seorang pembimbing, perancang pembelajaran, dan memandang peserta didik sebagai subjek untuk membangun pemahaman bersama-sama. Dari sinilah lahir konsep student-centred.

SALTAS dalam praktik pembelajaran di kelas dapat berupa kegiatan yang berpusat pada masalah yang disebut dengan problem based learning, dapat berupa proyek yang dikenal dengan project based learning, experiential learning, inquiry based learning, task based learning, theme based learning, cooperative learning, dan paikem gembrot (pembelajaran aktif inovatif kreatif menyenangkan gembira berbobot).

Yang tidak kalah pentingnya adalah memadukan pembelajarn tersebut dengan teknologi (technology based),misalnya dengan edmodo, blog, media sosial, Flipped classroom model, dan sebagainya.

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menerapkan itu semua? Jawabannya tidak lain adalah upgrading dari guru-guru yang ada. Guru harus membuka diri untuk tidak status quo. Mempertahakan yang lama tanpa menerima perubahan bukanlah sikap seorang yang kratif dan inovatif.

Guru harus melihat kanan dan kiri untuk turut serta membangun pendidikan ini. Bukankah kita sudah sepakat bahwa pembangun pendidikan harus diatas segala-galanya agar kemerdekaan ini terus berkesinambungan. Kita tidak boleh statis dalam melakukan inovatif dan kratifitas. Sikap guru haruslah dinamis.

Semoga dengan semangat dirgahayu ke-72 kemerdekaan Republik Indonesia dengan tema utama Indonesia Bekerja Bersama ini dapat membawa perubahan proses pembelajaran dikelas.

Pembelajaran yang membawa perubahan. Pembelajaran yang senantiasa beraroma inovatif dan kreatif. Sehingga pendidikan berkontribusi nyata dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia ini.(*)

* Penulis Muhammad Yunus, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Unisma Wakil Dekan III FKIP Unisma

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES