Peristiwa Daerah

Kisah Heroik Kadet Soewoko, Ikon Pahlawan di Lamongan

Rabu, 16 Agustus 2017 - 19:14 | 523.88k
Sosok monumen Patung Kadet Soewoko berdiri kokoh di jalan poros Lamongan-Surabaya, Rabu (16/8/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Sosok monumen Patung Kadet Soewoko berdiri kokoh di jalan poros Lamongan-Surabaya, Rabu (16/8/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Patung Kadet Soewoko sedang mengacungkan senjata laras panjang yang berdiri kokoh di jalur poros Lamongan-Surabaya mengingatkan pada kisah heroiknya di masa perang Kemerdekaan Republik Indonesia.

"Berdasarkan catatan sejarah Kodim 0812 Lamongan, kisah heroik perjuangan Kadet Soewoko terjadi pada Minggu, 9 Maret 1949 menjelang siang," ucap Komandan Kodim (Dandim) 0812 Lamongan, Lektol Inf Sutrisno Pujiono mengawali cerita.

Pada masa itu, dituturkannya, saat istirahat di sebuah langgar (mushola) di Desa/Kecamatan Laren, regu Kadet Soewoko menerima laporan dari penduduk setempat bahwa ada truk milik Belanda yang mengangkut 12 tentara Belanda sedang terperosok ke parit di Desa Parengan, Kecamatan Maduran.

Tugu-lamongan-2TQdF7.jpg

"Anggota regu jumlahnya 8 orang, tapi hanya memiliki 7 pucuk senjata yang itu pun peninggalan Jepang," ujarnya.

Meski kalah jumlah dan hanya membawa senjata seadanya, regu Kadet Soewoko tetap nekat untuk menyerang tentara Belanda dengan meninggalkan 1 anggota, Soemarto  karena tak memegang senjata.

"Mereka lalu naik perahu menyusuri tangkis Bengawan Solo sebelah Utara menuju lokasi serdadu Belanda yang kemudian diketahui dari Pasukan Gajah Merah," katanya.

Regu Kadet Soewoko lantas merayap melewati kebun bengkoang mendekati lokasi tentara Belanda yang ada di tengah sawah. Pada saat sudah mencapai jarak tembak, lalu melakukan serangan.

Tugu-lamongan-308xMa.jpg

"Saat mendekati sasaran tembak, tiba-tiba datang truk berisi penuh serdadu Belanda untuk membantu truk yang terperosok parit itu, sehingga kekuatan Belanda menjadi lebih banyak, 37 orang," tambahnya.

Meski kekuatan musuh berlipat ganda, namun tak membuat regu Kadet Soewoko gentar. Mereka tetap menyerang dan berhasil menjungkalkan beberapa serdadu Belanda. Namun, karena kalah jumlah personil, regu Kadet Soewoko terdesak dan berencana mundur namun gagal karena sudah dikepung tentara Belanda.

"Akhirnya, Kadet Soewoko menerobos kepungan musuh menuju Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran, 2 orang anggota regu berhasil menerobos kepungan musuh, satu orang pura-pura mati," ujarnya.

Nahas dialami Kadet Soewoko. Dia tertembak di ke dua bahunya dan tergeletak tidak mampu memberikan perlawanan ke tentara Belanda. Namun, sambungnya, Kadet Soewoko, masih berusaha melakukan perlawanan ketika hendak dibawa ke pos Belanda di Sukodadi.

"Saya tidak mau menyerah, bunuh saya..!" ujar Sutrisno menirukan ucapan Kadet Soewoko.

Mendengar ucapan tak takut mati dari Kadet Soewoko, tentara Belanda marah, lantas menusuk dada kiri dan menembak pipi Kadet Soewoko, hingga gugur.

"Kadet Soewoko sama tiga anggota regunya yang yang gugur dalam pertempuran langsung dimakamkan oleh warga setempat di Desa Gumantuk, tanpa dimandikan karena mati syahid," ucapnya.

Seiring berjalannya waktu, kini makam Kadet Soewoko bersama 3 temannya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Kabupaten Lamongan.

Kisah heroik Kadet Soewoko itu kemudian diabadikan dengan dijadikan monumen patung Kadet Soewoko pada 1975. Dan kata-katanya terakhirnya dan perjuangannya juga dipahatkan di patung yang terletak di pintu masuk sebelah timur Kota Lamongan.

Kadet Soewoko yang menjadi simbol pahlawan lokal di Kabupaten Lamongan tak hanya dijadikan monumen, namun juga diabadikan sebagai nama jalan di Kota Lamongan.

Bahkan, untuk mengenang semangat kepahlawanan Kadet Soewoko, setiap tahun di Kabupaten Lamongan juga digelar napak tilas perjalanan Kadet Soewoko dari Desa Gumantuk ke Patung Kadet Soewoko.

Untuk diketahui, Kadet Soewoko sebenarnya bukan putra asli Kabupaten Lamongan, melainkan berasal dari Desa Lumbangsari, Kecamatan Krebet, Malang.

Setelah lulus sekolah Kadet di Malang, Kadet Soewoko kemudian ditugaskan menjadi komandan regu I seksi I kompi I pasukan tamtama Kodim Lamongan. Ia meninggal pada 9 Maret 1949 dalam sebuah pertempuran sengit melawan tentara Belanda di Desa Gumantuk, Kecamatan Sekaran. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES