Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Menguatkan Tugas Mahasiswa

Selasa, 15 Agustus 2017 - 20:02 | 48.90k
Zainal Muttakin (Grafis: TIMES Indonesia)
Zainal Muttakin (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, JAKARTAJALAN pengabdian yang dilalui seorang mahasiwa tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan selalu menyertai. Kondisi zaman yang dinamis, mengharuskannya memilki bekal berupa tingkat keimanan, kecerdasan, kesadaran, dan komitmen yang tinggi.

Realitas zaman perlu disikapi dengan tindakan positif untuk bertahan di posisi yang dapat menjadi penyeimbang dan penyelamat bagi kondisi sosial, ekonomi, dan politik bangsa.

Diakui atau tidak, mahasiswa merupakan aktor penting penentu arah laju negara. Tugasnya sebagai agent of change, agent of social control, dan iron stock sangat berarti. Eksistensinya dapat menjadi predator yang memangsa bagian sendi-sendi kehidupan yang bermasalah. Maka tidak heran jika ada yang menyebutnya sebagai generasi emas. Generasi hebat. Generasi harapan bangsa.

Jika menelusuri kembali sejarah, maka dapat ditemukan rekam jejak mahasiswa yang sangat mengagumkan. Langkah-langkah strategis melumpuhkan keterpurukan tidak dapat disangsikan. Dulu, persatuan disadari sebagai obat yang dapat menyembuhkan kondisi yang kurang sehat.

Pembagian peran dijadikan pisau ancaman guna mengupas keadaan. Alhasil, terciptalah perubahan besar yang diidamkan.

Akan tetapi, agak berbeda dengan yang terjadi sekarang ini. Kobaran semangat  mengukir prestasi dalam konteks melanjutkan pembangunan meredup. Kemauan mengisi posisi sebagai aktor perubahan besar positif dalam kehidupan praktis kurang diamini.

Kerelaan mengoreksi dan mengevaluasi difabelitas realitas menurun. Rutinitas kehidupan sehari-hari lebih sering dihiasi dengan kesibukan-kesibukan yang lebih condong mengarah kepada hal-hal kurang berarti. Globalisasi kurang disadari sebagai "hipnotis" yang merugikan.

Menyikapi hal tersebut, maka penting kiranya dikuatkan kembali peran Mahasiswa. Tiga element pokok pendidikan berupa sekolah, keluarga, dan masyarakat harus saling berperan dan menjadi penyokong. Sinergitas interaksi tersebut dibangun dengan harapan dapat memberikan teguran dan pengarahan kepada mahasiswa untuk kembali ke jalan yang benar dan baik.

Menurut hemat penulis, gairah membaca perlu ditingkatkan. Buku harus disadari sebagai warisan harta ilmu pengetahuan yang berharga. Kekayaan inteletual  dapat ditumbuhkan melalui rutinitas belajar dan membaca. Semakin banyak membaca, maka peluang menguasai dunia semakin besar.
Kedua, berpikir kritis perlu didukung.

Daya kritis harus dipahami sebagai proses kewajaran kinerja otak yang baik setiap individu. Kemampuan berpikir seseorang membuatnya mampu memahami keadaan. Kebangkitan berpikir kritis dapat dijadikan alat untuk menemukan solusi yang segar.

Interpretasi dapat dijadikan alat menganalisa dan mengevaluasi suatu masalah yang dapat disalurkan melalui lisan dan tulisan.

Ketiga, kebiasaan berdiskusi perlu didongkrak. Berdiskusi harus diakui dan ditampilkan sebagai interaksi yang menyenangkan.

Keberanian menyampaikan pengalaman, pemikiran, dan pendapat di depan orang lain memilki cita rasa tersendiri. Diskusi dapat dijadikan sebagai media untuk mengukur sekaligus menambah pundi-pundi kekayaan intelektual dan relasi.

Menguatnya semangat belajar untuk membaca, berpikir kritis, dan berdiskusi tentu sangat baik. Implikasinya, perlahan akan mengubah pola pikir, cara pandang, arah jalan mahasiswa. Kerinduan mengentaskan pekerjaan rumah berupa tumpukan keterpurukan bangsa akan terbayar lunas oleh soliditas aksi-aksi konkrit.

Gerakan perubahan sosial dengan dasar pemahaman "sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat" akan berbuah manis berupa mahasiswa yang bermanfaat.

Hal ini tentu relevan dengan apa yang diimpikan salah seorang aktor penting kemerdekaan negeri ini. Bahwa "Jika kaum muda yang berpendidikan merasa tinggi untuk melebur dengan masyarakat yang hanya memegang cangkul dan memilki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. (*)

* Penulis Zainal Muttakin, Mahasiswa Program Studi Ilmu Adinistrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES