Ekonomi

Produksi Gamelan Blambangan Terus Meningkat

Kamis, 10 Agustus 2017 - 13:35 | 201.26k
Kayan Suartana Produksi Gamelan Blambangan. (Foto: Dian Efendi/TIMES Indonesia)
Kayan Suartana Produksi Gamelan Blambangan. (Foto: Dian Efendi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Efek Banyuwangi Festival dan komitmen Bupati Abdullah Azwar Anas melestarikan kesenian lokal Bumi Blambangan mulai terwujud. Ini setidaknya tergambar dari meningkatnya produksi gamelan tradisional di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Dari segi peningkatan kesejahteraan para perajin pun nyata mulai terasa. Kayan Suartana (33), pemilik home industry gamelan ‘Lascarya’ Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari menyebut, dalam sebulan, ia menerima pesanan hingga dua set gamelan. 

“Untuk menyelesaikan satu set gamelan dibutuhkan waktu lebih dari dua bulan dengan enam orang pekerja,” jelas Kayan Suartana, Kamis (10/8/2017).

Pekerjaan yang paling memakan waktu, menurut Kayan adalah proses pengukiran rangka dan finishing. Selain itu, dibutuhkan ketelitian agar gamelan yang ia produksi memiliki nada sesuai dengan karakter musik tradisional Banyuwangi.

Dari karakter suara, jenis gamelan Blambangan atau biasa disebut gamelan daerah berbeda dengan gamelan Jawa. Saat di tabuh, gamelan Blambangan mengeluarkan suara yang keras dan rancak, ciri khas itu jauh berbeda dengan karakter gamelan jawa yang bernada lembut.

“Gemelan Blambangan memakai bahan besi, sehingga suaranya keras. Jika gamelan Jawa memakai perunggu,” tandas Kayan.

Untuk harga satu set Gamelan yang terdiri dari 4 buah Saron, 2 set Gong, 2 set Kendang, 2 set Angklung, 2 buah Saron kecil, 2 set Pantus, dan 2 buah Kempul, Kayan mematok harga berkisar Rp 20 juta hingga Rp 35 juta, tergantung jenis bahan yang dipakai.

“Bahan kayu Nangka kualitas super harga Rp 30 juta hingga Rp 35 juta. Yang termurah memakai bahan kayu Bayur, sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta,” jelas pria yang juga berprofesi sebagai Wiyogo ini.

Pemesan gamelan produksi Lascarya kebanyakan datang dari sanggar tari, sekolah, dan pemerintah desa di Kabupaten Banyuwangi. Kebanyakan mereka tertarik memesan gamelan berbahan kayu nangka super dengan harga yang jauh lebih mahal.

“Contohnya, Desa Gintangan memesan gamelan seharga Rp 30 juta,” jelasnya.

Menurut Kayan, peningkatan pesanan itu tak terlepas dari persaingan dan semangat untuk melestarikan kesenian lokal yang dimiliki Banyuwangi. Bahkan, lanjutnya, hampir seluruh sekolah dan pemerintah desa di Banyuwangi mulai menyiapkan anggaran untuk membeli alat kesenian.

“Dampak dari Banyuwangi Festival sangat luar biasa. Dimana-mana banyak berdiri sanggar seni. Hal itu berdampak terhadap peningkatan order gamelan Blambangan,” tandas Kayan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES