Peristiwa Daerah Bondowoso Republik Kopi

Kreatifitas Warga Binaan Lapas Bondowoso Butuh Sentuhan Pemerintah

Selasa, 08 Agustus 2017 - 17:25 | 47.33k
Ade Kusmanto menunjukkan replika Ikan Arwana, Hasil Karya Warga Binaan lapas kelas 2B Bondowoso (Foto: Wahet/TIMES Indonesia)
Ade Kusmanto menunjukkan replika Ikan Arwana, Hasil Karya Warga Binaan lapas kelas 2B Bondowoso (Foto: Wahet/TIMES Indonesia)
FOKUS

Bondowoso Republik Kopi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketika mendengar kata lembaga pemasyarakatan (lapas), orang akan berpikir tentang orang yang sedang menajalani hukuman. Yang ada di dalam benak mereka paling tidak, wajah menyeramkan seorang penjahat.

Mungkin itu dulu ketika lembaga pemasyarakatan masih dikenal dengan istilah penjara. Penulis menganggap istilah penjara berkonotasi negatif sehingga isi di dalamnya pun juga (dalam pikiran orang) cenderung negatif.

Sekarang, ketika istilah penjara yang diucapkan orang berganti menjadi lembaga pemasyarakatan. Orang pun akan diajak untuk berpikir itu adalah sebuah lembaga. Kira-kira sebuah lembaga pemberdayaan semacam LPM dan lain –lain.

Warganya pun diberdayakan dengan berbagai macam kreativitas. Mulai dari keterampilan kerajinan tangan hingga keterampilan jasa.

binaan-lapas-bondowosowahe5e6jx.jpg

Seperti warga binaan Lapas kelas 2B Bondowoso. Dihuni sekitar 337 warga binaan, lapas ini memiliki bidang bimbingan kerja (bimker).

Siang itu, Selasa (8/8/2017) TIMES Indonesia berkesempatan melihat kegiatan warga binaan Ade Kusmanto ini (Kepala Lapas 2B Bondowoso).

Ada sekitar 10 orang yang dilatih berbagai keterampilan kerja di ruangan yang tepat berada di tengah-tengan kompleks lapas.

Keterampilan yang diajarkan mereka bervariatif. Mulai dari kerajinan tangan (handycraft), meubeler hingga keterampilan pangkas rambut.

Khusus untuk kerajinan tangan hasil kreasi para napi ini kendalanya terletak pada pemasaran hasil karya.

lapas-binaaanxojbX.jpg

“Kita masih punya kendala pada sisi modal dan pemasaran mas. Kalau instruktur sebenarnya juga butuh. Sementara menggunakan tenaga seadanya,” ungkap Ade Kusmanto.

Karena masih terkendala pemasaran, maka para warga binaan lapas ini hanya membuat kerajinan dari kayu bekas ini setelah menerima pesanan. Karena ini juga berkaitan dengan modal.

Selain itu, hasil karya yang ada di dalam lapas dijual bebas dengan harga bervariasi mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 250 ribu.

Melihat potensi yang dimiliki anak asuhnya ini, Ade Kusmanto berharap ada sentuhan pemerintah, terutama Pemerintah Kabupaten Bondowoso terhadap kreasi santri Pesantren At taubah ini.

lapassss-binaanwahetQhSOK.jpg

Ade ingin agar penghuni lapas ini dilatih oleh yang berpengalaman. Tidak hanya itu, Ade juga ingin pemerintah menfasilitasi pemasaran karya warganya.

Ade juga ingin, setelah bebas dari lapas nanti, mereka bisa punya rutinitas yang bernilai ekonomis. Dengan begitu peluang kembali melakukan kejahatan juga bisa ditekan

“kami berharap ada uluran tangan pemerintah untuk memberikan pelatihan bagi warga binaan kami,” tutur Ade. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Bondowoso

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES