Glutera News

Anda Sering Mendengar Kata Alergi, Ternyata Ini Penjelasannya

Selasa, 08 Agustus 2017 - 07:15 | 236.86k
ILUSTRASI:Tubuh (Desaign: Glutera News)
ILUSTRASI:Tubuh (Desaign: Glutera News)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak berbahaya. Ini bisa berupa substansi yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh

Alergen atau substansi pemicu alergi hanya berdampak pada orang yang memiliki alergi tersebut. Pada orang lain, alergen tersebut tidak akan memicu reaksi kekebalan tubuh. Beberapa jenis substansi yang dapat menyebabkan reaksi alergi meliputi gigitan serangga, tungau debu, bulu hewan, obat-obatan, makanan tertentu, serta serbuk sari.

Saat tubuh pertama kali berpapasan dengan sebuah alergen, tubuh akan memproduksi antibodi karena menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Jika tubuh kembali kontak dengan alergen yang sama, tubuh akan meningkatkan jumlah antibodi terhadap jenis alergen tersebut. Hal inilah yang memicu pelepasan senyawa kimia dalam tubuh (histamin) dan menyebabkan gejala-gejala alergi.

GEJALA-GEJALA YANG MUNCUL SAAT ALERGI

Ada beberapa gejala alergi yang umum terjadi, antara lain: 

•    Bersin-bersin.

•    Batuk-batuk

•    Sesak napas.

•    Ruam pada kulit.

•    Hidung beringus.

•    Terjadi pembengkakan di bagian tubuh yang berpapasan dengan alergen, misalnya wajah, mulut dan lidah.

•    Gatal dan merah pada mata.

•    Mata merah,  berair.

•    Sakit perut, muntah-muntah, atau diare

Tingkat keparahan alergi juga berbeda-beda pada tiap orang, ada yang mengalami reaksi alergi ringan dan ada yang parah sampai berakibat fatal yang disebut dengan anafilaksis. Jika mengalami anafilaksis, Anda membutuhkan penanganan medis darurat.

Cara paling ampuh dalam mencegah alergi adalah menghindari diri dari substansi pemicunya atau alergen. Tapi jika gejala-gejala alergi terlanjur muncul, ada beberapa obat anti-alergi yang bisa membantu.

Gejala reaksi alergi biasanya muncul beberapa menit setelah kontak dengan alergen. Gejala ini juga  dapat berkembang secara bertahap dalam beberapa jam. Gejala-gejala alergi yang kita alami umumnya tergantung kepada jenis alergen dan cara kita melakukan kontak dengan alergen. Misalnya gejala alergi akibat makanan akan menyebabkan gejala pada mulut atau sistem pencernaan, sedangkan alergi debu akan menyebabkan gejala pada sistem pernapasan. 

Berikut ini adalah penjelasan detailnya.

• Alergi Karena Gigitan Atau Sengatan Serangga
Selain pembengkakan pada bagian yang digigit, jenis alergi ini dapat menyebabkan munculnya gatal-gatal di seluruh tubuh, batuk-batuk, sesak di bagian  dada, sesak napas, serta reaksi alergi yang parah (anafilaksis). 

• Alergi Karena Substansi dari Udara
Jika Anda memiliki alergi terhadap substansi di udara seperti debu, serbuk sari, atau tungau debu, gejala utama yang akan Anda alami biasanya adalah bersin-bersin. Gejala tersebut dapat berkembang menjadi hidung berair atau mampet yang memicu kesulitan bernapas. Gatal-gatal pada hidung, mata yang merah, berair, dan bengkak juga dapat muncul. 

• Alergi Akibat Makanan
Alergi karena makanan tertentu dapat menyebabkan sensasi geli atau gatal dalam mulut. Pembengkakan pada bibir, lidah, mata, tenggorokan, atau wajah juga bisa terjadi. Selain itu, alergi ini juga dapat mengakibatkan ruam gatal dan merah pada kulit, mual-mual, sakit perut, serta diare. 

• Alergi Akibat Obat
Obat juga dapat mengakibatkan reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa gatal-gatal pada kulit, ruam, pembengkakan pada wajah, kesulitan bernapas serta anafilaksis.
Selain gejala-gejala di atas, alergi juga dapat muncul saat kulit tersentuh substansi tertentu. Misalnya sabun, sampo, parfum, atau bahan karet alami (latex). Alergi jenis ini akan mengakibatkan sejenis peradangan pada kulit yang dikenal sebagai dermatitis atopik. Dermatitis atopik menyebabkan gejala gatal-gatal, ruam kemerahan, dan bersisik.

Jika pernah merasakan gejala-gejala di atas, Anda sebaiknya mencari tahu penyebabnya agar dapat didiskusikan dengan dokter sehingga alergi Anda dapat ditangani. 

Mengenali Gejala Anafilaksis
Beberapa alergi terkadang dapat menyebabkan reaksi yang parah dan berakibat fatal, yaitu anafilaksis. Reaksi ini umumnya akan terjadi pada seluruh tubuh dan menyebar dengan sangat cepat. Gejala-gejala anafilaksis antara lain: 

•    Pusing.

•    Sesak napas yang parah.

•    Pingsan akibat tekanan darah yang turun.

•    Mual-mual.

•    Muntah.

•    Ruam pada kulit.

•    Denyut nadi yang cepat, tapi lemah.

•    Kulit dan bibir berwarna biru.

•    Pingsan atau kehilangan kesadaran.

Penderita anafilaksis membutuhkan penanganan medis darurat. Reaksi anafilaksis dapat ditangani dengan suntikan atau obat epinefrin.

Substansi penyebab alergi atau alergen biasanya tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan gejala alergi pada orang lain. Beberapa jenis alergen yang umumnya dapat menyebabkan alergi meliputi: 

•    Gigitan serangga, misalnya sengatan lebah.

•    Makanan tertentu, misalnya kacang-kacangan, makanan laut, serta susu.

•    Substansi di udara, misalnya bulu hewan, tungau debu atau serbuk sari.

•    Obat-obatan, misalnya antibiotik penisilin.

•    Alergen yang bersentuhan dengan kulit secara langsung, misalnya bahan kimia pada parfum, sabun, sampo atau bahan lateks.

Reaksi alergi muncul saat sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap alergen yang dianggapnya berbahaya, walau sebenarnya tidak. Karena itu, terbentuklah antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). Saat kontak antara tubuh dan alergen kembali terjadi, tubuh akan memproduksi lebih banyak IgE. Kemudian IgE akan memicu pelepasan zat-zat kimia alami seperti histamin yang menyebabkan gejala-gejala alergi.

Risiko seseorang untuk mengalami alergi juga dapat meningkat karena faktor keturunan serta lingkungan. Hal ini umumnya terjadi pada anak-anak. Jika ayah atau ibu Anda memiliki alergi tertentu, anak juga berisiko tinggi memiliki alergi, meski jenis alerginya tidak selalu sama.

Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi risiko alergi. Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama dan sering seseorang terpajan alergen tertentu maka risikonya untuk memiliki alergi akan makin tinggi. Hal lain yang dapat menjurus pada alergi adalah merokok, polusi, infeksi, dan hormon.

Pada tahap awal, dokter akan menanyakan detail gejala, frekuensi serta waktu kemunculan, dan pemicu alergi yang Anda alami. Dokter juga akan memeriksa bagian tubuh yang terkena dampak alergi. Jika alergen Anda belum diketahui dengan pasti lewat pemeriksaan awal, dokter biasanya akan menganjurkan beberapa tes untuk evaluasi lebih lanjut. 

• Tes Tempel (Patch Test)
Tes tempel (patch test) merupakan salah satu tes untuk mendiagnosa alergi yang cukup aman dan tidak bersifat invasif. Dalam test tempel, satu jenis alergen akan diletakkan pada tempat tertentu, lalu ditempelkan pada kulit selama dua hari sambil memantau reaksi kulit. Tes tempel digunakan untuk mengevaluasi dermatitis kontak. 

• Tes Tusuk Kulit
Pada tes tusuk kulit, kulit pasien akan ditetesi cairan alergen yang umum lalu ditusuk secara halus dan pelan-pelan dengan jarum untuk melihat reaksinya. Jika pasien mengalami alergi terhadap substansi tersebut, benjolan merah dan gatal akan muncul di kulit dalam waktu 15 menit.
Tes tusuk kulit ini biasanya digunakan untuk memeriksa jenis alergi pada makanan dan obat-obatan tertentu, alergen di udara, serta racun dari serangga. Tes ini termasuk aman dan dapat digunakan pada semua orang.
Selain tes tusuk kulit, tes tempel juga bisa dilakukan. Dalam test tempel, satu jenis alergen akan diletakkan pada tempat tertentu, misalnya plester, lalu ditempelkan pada kulit selama dua hari sambil memantau reaksi kulit. Tes tempel digunakan untuk mengevaluasi dermatitis kontak. 

• Tes Darah
Jenis tes darah yang digunakan adalah radioallergosorbent tests (RAST) yang akan mengukur kadar jenis IgE tertentu dalam darah. Tes darah mungkin dianjurkan bersamaan dengan atau untuk menggantikan tes tusuk kulit.
Selain memeriksakan diri ke dokter, Anda juga dapat mengevaluasi pemicu alergi yang Anda atau anak Anda alami dengan memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan reaksi alergi yang ditimbulkannya terhadap tubuh.
Jika alergi Anda dicurigai sebagai alergi makanan, maka tes lain yang dianjurkan adalah tes eliminasi. Tes ini dilakukan dengan menghindari jenis makanan yang diduga menjadi alergen untuk melihat perbedaan reaksi dari gejala yang dialami. Lalu jenis makanan yang sama dicoba kembali setelah beberapa minggu untuk menantikan reaksi berikutnya. Dalam beberapa kasus, dilakukan juga tes tantangan makanan untuk melihat reaksi penderita dengan pengawasan ketat dari dokter. Selama tes ini, alergen diberikan  pada penderita secara bertahap. Meski berisiko mengalami reaksi alergi yang parah, cara ini termasuk paling akurat dalam menentukan alergi makanan.

Selain memeriksakan diri ke dokter, Anda juga dapat mengevaluasi pemicu alergi yang Anda atau anak Anda alami dengan memerhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan reaksi alergi yang ditimbulkannya terhadap tubuh.

PENGOBATAN ALERGI 
Selain menghindari alergennya, penanganan medis alergi dengan obat juga bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala alergi yang muncul. Jenis obat-obatan untuk  alergi adalah: 

• Antihistamin
Obat ini bekerja dengan menghambat efek senyawa histamin dalam alergi.  Antihistamin dapat digunakan dalam bentuk tablet, krim, cair, tetes mata, atau semprot hidung, tergantung dari area yang terkena alergi. Beberapa jenis antihistamin akan menimbulkan rasa kantuk setelah dikonsumsi. Maka dari itu hindari mengonsumsi antihistamin yang menyebabkan kantuk sesaat sebelum mengemudikan kendaraan atau mesin.

• Obat semprot kortikosteroid
Obat ini efektif untuk menangani peradangan pada kasus alergi. Obat steroid ini bisa didapat dalam bentuk semprot hidung, tetes mata, krim, inhaler, dan tablet.  Efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit dibandingkan kortikosteroid dalam bentuk tablet, karena hanya bekerja di satu area tertentu dan sedikit yang terserap tubuh.

• Dekongestan
Selain tablet dan kapsul, obat ini juga tersedia dalam bentuk obat tetes atau semprot hidung. Dekongestan berguna untuk membantu melegakan hidung tersumbat. Obat ini hanya dianjurkan untuk pemakaian jangka pendek (kurang dari satu minggu).

• Penghambat leukotriena
Leukotriena adalah senyawa yang dapat menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan saat terjadi reaksi alergi. Obat ini berfungsi untuk menghambat efek leukotrien. Obat ini dapat digunakan dalam bentuk tablet.

Jika menderita alergi yang parah atau yang tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan lain, dokter dapat menganjurkan imunoterapi alergen (desentilisastion). Dalam terapi ini, dosis alergen dalam jumlah kecil diberikan pada pasien melalui suntikan, tetesan (drop) atau tablet yang ditaruh di  bawah lidah. Pemberian alergen ini dilakukan selama beberapa tahun. Tujuannya adalah membiasakan tubuh dengan alergen tersebut sehingga tidak bereaksi berlebihan. Meski tidak menyembuhkan secara total, ini akan membuat gejala alergi semakin ringan. 

Penanganan Untuk Anafilaksis
Jika alergi Anda memiliki kemungkinan untuk menyebabkan serangan anafilaksis, Anda dianjurkan untuk selalu membawa suntikan epinefrin yang diresepkan dokter dan gunakan suntikan tersebut dalam keadaan darurat. Anda juga bisa mengenakan gelang atau kalung penanda alergi jika memungkinkan supaya jika anafilaksis terjadi, orang-orang disekitar akan tahu penyebabnya dan bertindak secepat mungkin.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES