Wisata

Festival Dandang Sewu, Wujud Kemandirian Desa di Banyuwangi

Sabtu, 05 Agustus 2017 - 12:09 | 63.35k
Bupati Anas memberikan sambutan di Festival Dandang Sewu Kecamatan Kalibaru. Foto : Humas Pemkab Banyuwangi for TIMES Indonesia
Bupati Anas memberikan sambutan di Festival Dandang Sewu Kecamatan Kalibaru. Foto : Humas Pemkab Banyuwangi for TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tahun ini masyarakat Kecamatan Kalibaru ikut ambil bagian dalam kemeriahan Banyuwangi Festival dengan mengadakan Festival Dandang Sewu.

Gagasan acara didapat dari produk unggulan masyarakat Kalibaru, kususnya Lingkungan Sayangan, Desa Kalibaru Wetan adalah dandang dan berbagai perabot dapur yang terbuat dari logam.

Dari yang semula ada 2 pengrajin saja di tahun 1970-an, kini berkembang hingga ada 34 pengrajin. Produknya tak hanya dijual di Banyuwangi saja, melainkan juga di luar daerah seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Irian Jaya.

"Ini adalah bentuk Kami untuk mendukung adanya desa-desa yang mandiri dan berdaya seperti ini. Di sini, hampir seluruh warganya jadi pengrajin peralatan dapur, menarik sekali. Maka, kami akan dorong agar produk-produk mereka bisa mendapatkan pasar yang lebih luas. Salah satunya, kita kenalkan produk unggulnya melalui festival semacam ini,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat (4/8/2017).

Anas juga mengaku terpesona dengan panorama tempat gelaran Festival Dandang Sewu tersebut yang berada di tengah sawah di bawah perbukitan hijau Kalibaru. Tak hanya hamparan padi, Kalibaru juga memiliki perkebunan kopi yang luas dan tanah berbukit-bukit yang indah.

Kecamatan yang berada di bawah Gunung Gumitir itu juga selalu menyediakan udara dingin nan segar tanpa bangunan-bangunan tinggi menjulang.

Panggung yang disediakan juga sangat tradisional mengandalkan bambu dan dilapisi jerami kering bak karpet tebal. Dekorasi panggung benar-benar mengandalkan pemandangan alam dengan background bukit hijau yang mulai diselimuti awan hujan.

"Semangat sekali masyarakatnya kompak datang meski gerimis, ada anak-anak berseragam pramuka dan di sini kopinya enak sekali," kata Anas.

Mulisab (45) warga Sayangan yang telah 60 tahun menjadi produsen peralatan memasak mengaku merupakan generasi ketiga dalam usaha keluarga tersebut. Selain menjual produknya di Banyuwangi dan daerah sekitar, dia juga pernah mengirim produknya ke beberapa daerah di luar Jawa.

"Dari sejak kakek saya, sudah menjadi pembuat dan penjual peralatan masak. Saya sendiri meneruskan dari bapak saya," katanya.

Mulisab mengatakan omsetnya per bulan rata-rata Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Namun khusus di momen hari raya omset itu bisa naik hingga puluhan kali lipat hingga sampai Rp 30 juta dalam waktu tujuh hari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES