Peristiwa Daerah

Rumah Garam Prisma, Solusi Atasi Kelangkaan Garam

Senin, 31 Juli 2017 - 14:17 | 76.44k
Petani garam Lamongan, Arifin Jamian mengumpulkan garam yang sudah mengkristal, di lahannya, di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Senin (31/7/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Petani garam Lamongan, Arifin Jamian mengumpulkan garam yang sudah mengkristal, di lahannya, di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Senin (31/7/2017). (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Biasanya petani garam selalu bergantung pada musim kemarau untuk bisa tetap memproduksi garam. Kondisi panas tanpa adanya hujan akan membuat produksi garam berjalan lancar.

Namun cuaca yang tidak menentu menjadi salah satu sebab hasil garam menurun dan menyebabkan kelangkaan garam.

“Pemerintah sudah seharusnya sudah memikirkan itu, jangan sampai ada kelangkaan garam,” kata petani garam Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Arifin Jamian.

BACA JUGARumah Garam Prisma, Inovasi Tambak Garam Tanpa Terpengaruh Cuaca

Kelangkaan, sambungnya takkan terjadi apabila menggunakan hasil inovasi yang ciptakannya, yakni metode ‘Rumah Garam Prisma’. “Karena dengan rumah garam prisma, satu tahun mutar terus produksinya, gak berhenti,” ucapnya.

Apabila semua petani garam di Indonesia menggunakan metode ini, Arifin yakin swasembada garam akan terwujud. “Jadi pemerintah kita tidak perlu impor garam," tutur Arifin.

Lebih lanjut, Arifin menuturkan, rumah garam prisma menjadikan petani garam tidakk lagi harus bergantung pada musim kemarau atau panas marahari.

“Kalau tanpa prisma, ada hujan hilang, begitu ada hujan, garam hilang, air tua hilang,” ujarnya. Tetapi, dengan menggunakan prisma, petani tak oerku khawatir diterjang hujan.

Meski demikian, sambung Arifin, masa panen menggunakan rumah garam prisma ini lebih lama, bila dibandingkan pertanian garam konvensional. Kalau tanpa prisma rata 5 sampai 6 hari bisa kita panen. Namun, dengan menggunakan rumah garam prisma, petani juga bisa mengatur masa panen.

“Bisa panen 2,5 bulan sekali, caranya saya isi ketinggian air 20 centimeter, kalau kita isi 3-5 centimeter bisa panen satu minggu, kalau 10 centimeter 1 bulan kita panen,” ucapnya.

Dengan menggunakan rumah garam prisma, Arifin mengklaim dalam satu tahun bisa memproduksi garam sebanyak 400 ton per hektar, tanpa harus khawatir terkena hujan, di saat cuaca tak menentu seperti sekarang ini.

Angka berbeda jauh apabila hanya dengan metode tambak garam konvensional dan semi intensif.

“Jumlah produksi, kalau manual tidak pakai geomebran 60-70 ton per hektar, setelah menggunakan geomembran rata-rata 120-125 ton per hektar, itu kalau musim normal,” ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES