Peristiwa Daerah

Gebyar Kacang Unting, Falsafah Kerukunan dari Banyuwangi

Minggu, 30 Juli 2017 - 23:56 | 68.71k
Beberapa wanita paruh baya memisahkan kacang dari pohonnya di acara Gebyar Kacang Unting Lulian. (Foto Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)
Beberapa wanita paruh baya memisahkan kacang dari pohonnya di acara Gebyar Kacang Unting Lulian. (Foto Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menggelar Gebyar Kacang Unting Lulian, Minggu (30/7/2017) malam.

Acara yang dikerjakan pemuda desa dan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi itu dihadiri ratusan warga dalam dan luar desa, tua maupun muda.

Dalam sambutannya Camat Glagah Astorik menyampaikan makna dari kacang untilan itu. Kacang untilan adalah sebutan warga untuk kacang rebus yang masih dengan batangnya diikat kecil-kecil, dan biasa dijajakan penjual keliling itu.

Astorik mengatakan, kacang ikat itu menggambarkan kesatuan dan persaudaraan warga Desa Olehsari yang juga biasa disebut Desa Lulian itu. Ada kacang kecil, besar, bahkan kacang jelek, namun kebersamaan tetap dijaga.

"Begitu juga kita, beda pikiran, beda watak dan kelakuan tapi tetap harus hidup bersama dengan rukun. Kita harus mau menerima orang lain dan bersosialisasi dengan baik," kata Astorik dalam acara yang mengandalkan hidangan kacang unting itu.

Sementara itu Kepala Bidang Pemasaran Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Dwi Marhen Yono mengatakan semakin tahun acara masyarakat harus ditingkatkan. Sebagai wakil Pemkab Banyuwangi, dia berpesan harus ada nilai tambah baru yang dituju dalam gelaran acara masyarakat seperti itu.

"Misalnya yang diangkat adalah kacang, maka setelah digelar acara Gebyar Kacang Unting ini harus ada inovasi penjualan kacang. Mau diolah asam, asin, pedas atau bagaimana sehingga yang tadinya satu genggam kacang dijual Rp 1000 bisa jadi Rp 4000," kata Marhen.

Acara kemudian dilanjutkan dengan menampilkan berbagai kebolehan seni pemuda-pemudi Desa Lulian. Mulai dari tari tradisional, fashion show bahan bekas, hingga drama tari bertemakan kacang yang dibawakan secara jenaka oleh pemuda-pemudi setempat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES