Kuliner

Soto Bukan Asli Indonesia

Minggu, 23 Juli 2017 - 04:10 | 192.94k
ILUSTRASI - Soto batok (Foto: okezone)
ILUSTRASI - Soto batok (Foto: okezone)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang terkenal hingga mancanegara. Beragamnya kuliner Nusantara didapat dari  hasil kreatifitas leluhur kita. 

Sebab tak semua makanan Indonesia adalah asli Indonesia. Ada pula makanan Indonesia hasil adaptasi dari makanan luar negeri. Baik yang ditularkan oleh penjajah maupun pendatang dari Cina,  Arab, maupun India. 

Berikut makanan hasil adaptasi dari luar negeri

1. Gado-Gado
Masyarakat luar negeri mengenalnya dengan sebutan "Indonesian Salad". Dan Salad sendiri aslinya merupakan makanan Perancis yang sudah dikonsumsi masyarakat di sana sejak abad 14. Pada awal kemunculannya, Salad merupakan makanan yang terdiri dari campuran sayur-sayuran segar, dan dikonsumsi mentah.

Dengan berkembangnya teknologi dan kemampuan manusia dalam mengolah makanan, maka salad pun mulai dikonsumsi dengan menggunakan beberapa sayur matang, serta dengan tambahan bumbu (dressing) seperti Mayonnaise dan Thousand Island.

Di Indonesia sendiri, tidak jelas siapa yang memberikan inspirasi dan sejak kapan orang Indonesia mulai memakan gado-gado. Berdasarkan catatan yang saya temukan, gado-gado pertama kali diperkenalkan secara komersil pada tahun 1947 di Jakarta. Karena itu, bisa dikatakan pada waktu itulah masyarakat Indonesia pertama kali mengenal gado-gado.

Meski pun memiliki konsep mirip salad di luar negeri, gado-gado memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan salad. Pertama dari bahannya. Meski pun mayoritas sayuran, namun sayuran yang digunakan adalah sayuran yang sudah diolah, bukan sayur mentah. 

Selain itu, gado-gado menggunakan tambahan tahu, tempe, telor, dan krupuk, serta penggunaan bumbu kacang sebagai "dressing" yang membuat gado-gado memiliki identitas "Indonesia Banget" yang sama sekali berbeda dengan Salad pada umumnya.

2. Soto
Meski makanan ini lahir di Semarang, namun menurut Dennys Lombard dalam bukunya "Nusa Jawa : Silang Budaya", makanan ini bukanlah produk asli Indonesia tapi merupakan asimilasi dari budaya India dan Tiongkok. 

Ide pembuatan sup kuning pekat ini adalah dari makanan India yang banyak menggunakan kuah kunyit bersantan. Pada waktu itu, masyarakat Tionghoa di Semarang mencoba membuat sup ini dengan menambahkan daging dan sayuran ke dalamnya. 

Hasilnya menjadi sebuah sup sayur daging bersantan kental yang dikenal dengan sebutan Cauto / Caudo. Karena sulit dilafalkan masyarakat pribumi, penyebutannya pun diubah menjadi Soto. 

Seiring berjalannya waktu, Soto mengalami banyak perubahan dan muncullah berbagai variasi rasa Soto yang kelak menjadi ciri khas masing-masing daerah seperti Soto Betawi, Soto Semarang, Soto Madura, Coto Makasar, dan lain-lain.

3. Bakso
Siapa tak kenal bakso? Hampir semua wilayah di Indonesia punya makanan yang menggunakan makanan berbentuk bola yang terbuat dari daging giling dan tapioka ini.

Berdasarkan buku kumpulan resep masak Apicius bakso adalah makanan khas bangsa Romawi yang sudah dikenal sejak abad ke-4. Namun berbeda dengan bakso yang kita kenal di masa kini, bakso Romawi berbentuk bola kasar berukuran besar. 

Begitu lezatnya makanan itu, banyak negara yang kemudian mengadapsi dan menjadikan bakso sebagai makanan negara mereka. 

Tiongkok adalah salah satu negara yang mengadopsi resep bakso dari Romawi tersebut dan membuatnya menjadi bentuk yang lebih halus dan lebih kecil, agar penampilannya menggugah selera dan lebih mudah dikonsumsi.

Pada abad 17, pedagang Tiongkok melakukan perjalanan ke Indonesia. Dan pada waktu itulah mereka mengajarkan metode pengolahan bakso kepada masyarakat Indonesia. Pengetahuan itu kemudian diajarkan secara meluas, sehingga pada hari ini banyak orang Indonesia yang bisa membuat bakso, bahkan memunculkan berbagai varian rasa, bentuk, dan bahan yang digunakan.

Nama Bakso sendiri berasal dari bahasa Hokkian (Bak : Daging Babi; dan So : Masakan). Pada awalnya, Bakso memang diolah dari daging babi. Karena masyarakat Indonesia tidak bisa mengonsumsi daging babi, maka digantilah menjadi daging sapi. 

4. Martabak
Meski Martabak Bangka adalah makanan yang sangat digemari dan ada di mana-mana, tapi percayalah kalau Martabak sendiri bukan makanan asli Bangka Indonesia.

Martabak aslinya adalah makanan asli India bernama Moortaba. Proses pembuatannya sama persis dengan proses pembuatan makanan khas India seperti Roti Cane, Mamosa, Chappaty, Nan, dan Purata, di mana Martabak dibentuk menjadi bentuk lingkaran besar, kemudian diisi daging dan sayuran, lalu digoreng.

Martabak pertama kali dipopulerkan dan dijual di Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah. Martabak yang pertama kali dijual tersebut adalah martabak yang dikenal publik sekarang sebagai "Martabak Asin". 

Makanan itu diperkenalkan seorang pedagang asal India bernama Abdullah bin Hassan Almalibary asal India. Awalnya, makanan tersebut dikenal dengan nama Moortaba, sesuai nama aslinya di India. Tapi karena sulit dilafalkan, jadilah berganti nama menjadi Martabak.

5. Sate
Sate Madura terkenal kelezatannya, hingga hampir selalu disajikan saat festival kuliner Indonesia di Luar Negeri. Meski sejarah menyebut Sate adalah makanan asli Indonesia, tapi sebenarnya sate bukanlah makanan asli Indonesia.

Sate merupakan adaptasi dari Daging Steak yang pertama kali dikenal masyarakat Scandinavia pada pertengahan abad 15. Proses mengolah daging dengan dibakar dan diberi bumbu ini kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk Eropa.

Ketika Belanda menjajah Indonesia, budaya memasak Steak dibawa ke Indonesia. Ide membakar daging di atas bara api ini menjadi inspirasi orang Indonesia untuk membuat modifikasinya.

Saat itu harga daging cukup mahal, maka masyarakat Indonesia mengakalinya dengan memotong daging itu kecil-kecil dan ditancapkan ke tusukan untuk kemudian dibakar. Dengan demikian, masaknya bisa lebih cepat matang, porsinya bisa lebih banyak, dan bisa dinikmati banyak orang.

Makanan ini kemudian dijual sebagai makanan kaki lima di awal abad ke-19 di Jawa. Nama "sate" atau "satai" sendiri diduga berasal dari bahasa Tamil. 

Tapi ada juga teori lain yang menyebutkan kalau Sate berasal dari bahasa Minnan, Tionghua yang menyebutkan daging yang dibakar dengan istilah Sa Tae Bak (Tiga Daging Bakar). 

Ada pula teori yang menyebutkan kalau "Sate" merupakan adaptasi dari kata "Steak" itu sendiri (apabila diucapkan dengan nada pelan, maka "Steak" akan terdengar mirip kata "Sate"/ "Sa Te Ik").(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : Berbagai Sumber

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES