Gaya Hidup

Fathorrazi Kolektor Tanaman Buah Langka dari Bondowoso

Sabtu, 22 Juli 2017 - 01:30 | 295.05k
Fathorrazi saat menunjukkan koleksi tanamannya kepada Times Indonesia. (Foto: Sofya/TIMES Indonesia)
Fathorrazi saat menunjukkan koleksi tanamannya kepada Times Indonesia. (Foto: Sofya/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekilas, nyaris tak ada yang spesial dari rumah Fathorrazi. Keculai pagar rumahnya yang megah, mirip kastil di kartun Disney. Namun siapa sangka, di rumah yang luasnya sekitar 400 meter tersebut, Fathorrazi mengoleksi puluhan tanaman yang kini sudah jarang ditemukan dan masuk kategori langka. 

Ditemui di rumahnya, di Desa Dawuhan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, Jawa Timur, Fathorrazi mengajak TIMES Indonesia berkeliling melihat koleksi tanamannya yang berajajar rapi disamping kolam ikan nila. Tepat disamping rumah utama, terdapat pohon jambu sukun yang terdiri dari beberapa varietas, salah satunya yang kini sudah sangat jarang ditemui, jambu sukun cokelat. 

tanamannyaFwe0Y.jpg

"Dulu ini adalah makanan saya waktu kecil. Sekarang sudah tidak ada, sudah jarang ditemui kan? Di pasar juga sudah tidak ada," tuturnya. 

Tanaman lain yang juga cukup sulit ditemukan lainnya adalah tanaman Bunga Teleng atau dalam bahasa latinnya disebut Chlitoria Ternatea. Kembang atau bunga telang adalah jenis tumbuhan merambat dan tergolong anggota suku polong-polongan ini berasal dari Ternate.

Selain itu, terdapat pula tanaman buah Mulwo atau dalam bahasa Madura biasa disebut Binuwa. Buah Mulwo sendiri bentuknya mirip srikaya. Kandungan kimia pohon mulwo antara lain, kulit dan batangnya mengandung saponin, tlavonoida, alkaloida, dan tannin. Daunnya berkhasiat sebagai obat bisul, encok, dan sakit kulit. Kulit batangnya berkhasiat sebagai obat diare.

"Dulu saya waktu kecil makanannya ya buah ini. Dengan teman-teman manjat pohon ini dimakan rame-rame," kenangnya. 

Kerinduan akan masa kecil itulah yang menjadi salah satu alasan Fathorrazi mengumpulkan dan merawat tanaman-tanaman yang saat ini mulai susah untuk ditemui tersebut. Bahkan untuk memenuhi kerinduannya, Fathorrazi berburu tanaman hingga ke Kabupaten Nganjuk hingga memesan ke Provinsi Papua. Tak heran, jika di halaman paling depan rumahnya tumbuh pohon Matoa yang berasal dari provinsi ujung Indonesia itu. 

"Saya kalau hunting paling jauh ke Nganjuk. Tapi kalau pesan sampai Papua, itu kan ada pohon Matoa di depan," katanya. 

Fathorrazi juga menceritakan pengalamannya ketika kedatangan tamu dari Filipina. Ketika disuguhi beberapa buah yang ada dipekarangan, tamunya terkesan dan takjub. Hal ini lantaran beberapa buah yang disuguhkan juga terdapat di daerahnya dan mempunyai nama yang hampir sama dengan nama dalam bahasa Indonesia.

"Ada saya suguhkan buah Dhuwet. Tamu Filipina saya kaget, kok ada juga disini. Lalu saya tanya, apa namanya dalam bahasa Filipina, ternyata namanya "Dhuha". Kan hampir sama," tutur Fathor yang juga seorang dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Jember (UNEJ) itu. 

Pengumpulan tanaman langka ini sudah dilakukan Fathor bertahun-tahun. Saat ini, sudah ada lebih dari 50 tanaman yang ia rawat dan ia lestarikan di pekarangan rumah yang luasnya sekira 400 meter.

Beberapa tanaman itu diantaranya ada pohon buah pepaya jeruk, manting, jambu Darsono, dan beberapa buah yang saat ini sudah jarang kita temui. Selain hobi mengumpulkan tanaman langka, Fathorrazi juga mempunyai rumah tinggal bagi anak yatim piatu yang sangat nyaman untuk ditinggali. 

Ke depan, pria keturunan Madura ini ingin membuka rumahnya sebagai sebuah sarana edukasi yang bagi masyarakat. Bahkan untuk mendukung itu, ia juga menyediakan sebuah penginapan yang bisa ditempati secara gratis bagi yang ingin menghabiskan waktu lebih lama di pekarangannya.

Menurutnya, jaman boleh saja terus bergerak maju, namun ada hal yang tidak boleh dilupakan termasuk tumbuhan masa lalu yang harus terus dilesatarikan. 

Memang, hobi kerap membuat larut seseorang untuk turut menjaga apa yang disukainya. Contohnya saja Fathorrazi. Komitmen untuk melestarikan flora langka terus ia gaungkan. Bukan hanya melalui mulut. Berbagai cara juga dijalankan untuk menjaga dan melestarikan keindahan flora asli Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Bondowoso

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES