Peristiwa Daerah

Mantan Napi Teroris Ikrar Cinta dan Setia NKRI

Jumat, 21 Juli 2017 - 20:47 | 69.32k
Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi menerima piagam dari Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius usai Dialog Kebangsaan di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jumat, (21/7/2017) (Foto: Ardiyanto/ TIMES Indonesia)
Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi menerima piagam dari Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius usai Dialog Kebangsaan di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jumat, (21/7/2017) (Foto: Ardiyanto/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – "Bersama cegah terorisme, kami cinta Indonesia, merawat ukhuwah, merajut perdamaian, hidup Indonesia." Kalimat ini dibacakan oleh Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian yang juga mantan kombatan Ali Fauzi.

Ini diucapkan Ali saat memandu belasan rekannya mantan kombatan dan napi terorime (napiter) mengucap sumpah setia pada Negara Kesatuan Indonesia (NKRI), Jumat (21/7/2017).

Ikrar setia itu dibacakan saat Dialog Kebangsaanan pada Peresmian dan Penggunaan Ibadah di Komplek Masjid Baitul Muttaqien Desa Tenggulun, Solokuro. Diantara mantan teroris yang hadir adalah Kh Ghozali, komandan perampokan Bank CIMB, Rambo yang dua kali masuk penjara karena menembak polisi, Yudi mahasiswa IPDN dan Sofyan penembak polisi yang oleh Ali Fauzi di sebut sebagai anggota polisi murtad.

Mantan-Napi-Teroris-BilRTO.jpg

“Ini adalah sebuah upaya merubah mindset, perilaku. Dulu berlawanan dengan polisi sekarang berkawan. Dulu ingin runtuhkan NKRI, sekarang ingin bangun NKRI bersama sama,” kata Ali Fauzi.

Ali Fauzi mengungkapkan Yayasan Lingkar Perdamaian, didirikan mantan napi terorisme (napiter) dan mantan kombatan berawal dari keprihatinan. Mereka prihatin dengan napiter yang keluar penjara, namun masih melakukan tindakan teror lagi.

“Yayasan Lingkar Perdamaian, yayasan pertama di Asia Tenggara yang didirikan mantan napi terorisme (napiter) dan mantan kombatan,” ujarnya.

Ali Fauzi menilai, mereka begitu karena ketika keluar penjara, masih bergabung dengan komunitas lama. “Yayasan ini menjadi bagian dari alternatif pembinaan napiter. Tidak mudah mengubah mindset dan ideologi kekerasan. Tapi sekarang kami cinta dan setia pada NKRI,“ kata dia.

Menurutnya, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik, meski masa lalunya suram. Sebab, ditambahkannya, tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu, dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan.

“Seseorang yang hampir pernah membunuh Rasulullah, sekarang berbaring di dekat makam baginda Rasulullah - Umar bin Khotob. Seseorang yang pernah berperang memerangi Rasulullah, banyak membunuh sahabat, di kemudian hari dia menjadi pedang Allah, Khalid bin Walid. Percayailah kami yang punya jejak rekam buram, untuk bisa menjadi manusia yang baik, untuk indonesia yang baldatun thoyyibatun wa robun ghofur,” tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES