Peristiwa Daerah

Garam Tahun Ini Terasa ‘Manis’ bagi Petani

Jumat, 21 Juli 2017 - 13:15 | 42.73k
Petani panen garam produksi petani Kecamatan Brondong, Lamongan (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)
Petani panen garam produksi petani Kecamatan Brondong, Lamongan (Foto: Ardiyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Semua orang pasti tahu, garam tentu rasanya asin. Namun petani garam di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, merasakan garam terasa ‘manis' pada tahun ini.

Panen garam produksi petani Kecamatan Brondong, Lamongan, pada pertengahan tahun Juli hingga Agustus ini, membuat petani garam menangguk untung.

"Kami bersyukur, bisa merasakan harga garam yang lebih baik, baru kali ini harga garam tinggi," ucap petani garam asal Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Arifin, Jumat (21/7/2017).

Pada puncak panen garam, harga garam pada musim panen tahun ini melambung tinggi, hingga menembus Rp 3.000 per kilogram  Padahal, pada musim panen biasanya harga garam hanya Rp 500 per kilogram.

garam12QRn.jpg

“Musim panen biasanya harga garam satu kilogram Rp 500 tapi musim panen ini harganya sampai Rp 3.000 per kilogram,” ujar Arifin.

Namun, meski sedang panen raya, Ia mematok harga berbeda untuk nelayan dan petani, dibandingkan untuk kebutuhan industri. “Kalau garam yang dibutuhkan nelayan sama petani, saya kasih harga cuma Rp. 2.000,” tutur Arifin.

Arifin menuturkan, selama bulan Juli ini sudah menghasilkan sebanyak 5 ton garam. Garam tersebut banyak diserap industri dan kebutuhan pengasinan ikan. “Jumlah panen itu dari 14 petak tambak garam. Targetnya semoga bisa sampai 20 ton sampai akhir Juli nanti,” tuturnya.

garam26uJCP.jpg

Di sisi lain, di tingkat pengecer, harga garam sampai saat ini masih melambung tinggi. “Tiga bulan ini naik terus, dari harga cuma Rp 30.000 naik terus mulai dari Rp 60.000 sampai Rp 125.000 per sak,” ujar pemilik Toko Sahabat, di Kecamatan Turi, Ismiati.

Tak hanya harganya yang melambung tinggi, ketersedian garam juga disebut Ismiati langka. “Barangnya susah, yang ngirim garam juga jarang. Kalau ada juga barangnya jelek,” katanya.

Ismiati mengaku, sejumlah pengecer juga takut untuk menyediakan banyak garam di tokonya. “Kita takut ambil banyak, karena takut harga turun. Saya gak berani ambil banyak, cuma ambil sedikit 10-20 sak,” tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES