Kopi TIMES

Indahnya Hidup dengan Saling Menghormati

Jumat, 21 Juli 2017 - 11:31 | 458.13k
Noor Shodiq Askandar (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketika mengemudikan mobil, saya tiba-tiba membayangkan betapa nikmatnya seandainya para pengendara kendaraan itu saling menghormati tanpa berusaha untuk mendahului dengan berbagai cara. 

Memberi kesempatan orang yang mau menyeberang, menghormati kendaraan lain yang mau berbelok arah, dan lain sebagainya. Kalau ini terjadi, Insyaallah tidak akan ada keruwetan jalan yang sulit diurai, tidak akan ada lagi kekacauan antrian kendaraan, dan tidak ada lagi hal-hal yang mengganggu perjalanan secara tidak normal.

Namun yang demikian ini sepertinya hanyalah hayalan yang tidak tahu kapan dapat diwujudkan.Setiap hari yang kita lihat, orang berebut saling mendahului dengan berbagai cara. Sekecil apapun peluang mendahului, itulah jalur yang harus dipilih.

Seakan semua orang diburu waktu untuk sampai di tempat tujuan. Perilaku yang sebetulnya benar, menjadi salah karena kondisi ini. Memberi kesempatan orang menyeberang, terkadang malah menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan, seperti laka lantas, dimarahi karena dianggap tidak becus mengemudi, dan lain sebagainya.

Kalau sudah demikian, apa yang menjadi penyebabnya. Sulit untuk menjawab secara pasti, karena kompleksnya persoalan. Namun demikian, setidaknya ada satu hal yang menjadi kunci, yaitu hilangnya rasa saling menghormati, hilangnya rasa kasih sayang, dan sejenisnya.

Semua serba ingin menang, semua serba ingin berkuasa, semua ingin dipandang sebagai yang nomor satu, dan lain sebagainya. 

Inilah sepertinya yang disebut penyakit hati sebagaimana dijelaskan dalam surat At Taubah 125 ; orang yang dalam hati mereka terdapat penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka disamping kekafirannya yang telah ada. 

Begitu juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Buchori dalam setiap diri manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati. 

Indahnya Hidup Saling Menghormati
dalam kehidupan sehari hari, Rasulullah SAW adalah contoh nyata bagaimana kehidupan itu dijalani dengan saling menghormati baik sesama muslim maupun dengan yang lainnya. 

Bahkan ketika Rasulullah SAW diperlakukan dengan penghinaan yang luar biasa, malah mendoakan kebaikan bagi yang berlaku lalim. Begitu juga ketika menaklukan Mekkah, bukan balas dendam atas kekejaman mereka, akan tetapi justru ajakan untuk hidup saling menghormati, saling menghargai dalam kedamaian yang hakiki. 

Tidak ada kekerasan, tidak ada penghinaan, tidak ada pelecehan, dan berbagai tindakan yang mengkerdilkan salah satu fihak. Maka damailah kota Mekkah, dan kota-kota lain yang dalam penguasaan pemerintah yang dipimpin oleh kaum muslim.

Rasulullah SAW juga memberikan ajaran dalam kehidupan untuk saling menghormati. Dalam sebuah hadits dituliskan Barang siapa yang tidak menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua, maka bukan termasuk golonganku.

Sungguh indah hadits ini kalau diterapkan dalam kehidupan kita semua. Saling menghormati dalam segala aspek kehidupan, akan membuat keadaan lebih tenang dan lebih tenteram. 

Pemimpin berempati kepada mereka yang dipimpinnya, yang kuat berbagi kepada yang lemah, yang punya peluang lebih memberi kesempatan yang kekurangan, yang kaya berbagi kepada yang miskin. 

Begitu juga sebaliknya, yang dipimpin taatlah kepada pemimpin dalam jalan baik, manfaatkan peluang dalam aksi nyata, gunakanlah kekayaan untuk hal-hal yang bermanfaat dan bernilai tambah, dan lainnya. 

Dengan demikian, akan terjadi kehidupan yang saling melengkapi, saling mengisi, saling menutupi kekurangan dan lainnya. 
Kalau semua ini terjadi, sungguh indah kehidupan ini. 

Tidak ada lagi usaha saling menjatuhkan, bahkan yang ada adalah saling memberikan kesempatan dan saling tolong menolong dalam kebaikan. 

Ajaran yang patut kita renungkan adalah tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam kejelekan. Wallahu a’lam bisshowab. (*)

 

*Noor Shodiq Askandar, Wakil Rektor II Universitas Islam Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES