Kuliner

Lewat Festival Kuliner, Desa Banjar Kreatif Kembangkan Ekonomi

Sabtu, 08 Juli 2017 - 14:16 | 54.56k
Warga menyediakan Sego Lemang dan Kopi Uthek di tenda makanan  (Foto : Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)
Warga menyediakan Sego Lemang dan Kopi Uthek di tenda makanan (Foto : Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Warga Desa Banjar punya cara seru untuk meramaikan lingkungannya. Mereka menggelar Festival Desa Banjar yang mengandalkan sajian Sego Lemang dan Kopi Uthek sebagai menu khas lokal, di tengah sawah Dusun Puthuk, Desa Banjar, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Meskipun hujan turun deras, semangat penonton tetap tinggi tercermin pada raut ratusan wajah yang hadir, dari kalangan pejabat, warga sekitar hingga mahasiswa dalam dan luar daerah. Festival desa yang masuk dalam rangkaian Festival Banyuwangi 2017 ini digelar sebagai promosi potensi desa seperti indahnya persawahan dan perkebunan, home stay dan berbagai produk lokal.

"Letak Desa Banjar ini dilewati wisatawan yang menuju Kawah Ijen. Sehingga potensi desa kita promosikan, wisatawan bisa mampir untuk menikmati Sego Lemang dan Kopi Uthek," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda, Sabtu (8/7/2017).

Sego Lemang sendiri merupakan nasi yang dimasak seperti nasi uduk menggunakan santan, lalu dibungkus daun pisang layaknya lontong dengan isian. Isian bisa terbuat dari daging ayam atau jamur, tuna hingga sayur yang telah dilumat dengan bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, laos, serai, merica, garam dan sedikit vetsin yang telah dihaluskan. Nasi yang telah terbungkus daun pisang kemudian dimasukkan ke satu ruas potongan bambu dan dibakar di tungku atau kompor.

"Zaman dulu, penambang belerang yang ke Ijen itu bawa bekal Sego Lemang karena tahan hingga dua hari, di Ijen kan dulu tidak ada yang jual makanan. Bahkan kalau dihangatkan bisa tahan lebih dari dua hari," papar Bram, sapaan Muhammad Yanuar Bramuda.

Sementara Kopi Uthek adalah kopi hitam pahit yang disajikan bersandingan dengan gula aren produksi Desa Banjar sendiri. Cara meminumnya, makan dulu gula aren, dikunyah, lalu minum kopinya sehingga bercampur dengan rasa manis gula aren di dalam mulut. Bunyi 'tek' saat gula aren patah tergigit itulah yang menjadi sumber gagasan warga setempat menamainya Kopi Utek.

"Kopi Utek ini merupakan bentuk kreasi warga Desa Banjar yang luar biasa. Tentu kita berharap semua desa membangun wilayah masing-masing dengan kreatifitas dan inovasi yang menarik, baik menyasar sektor pariwisata, perdagangan hingga ekonomi kreatif," kata Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, dalam sambutannya.

Sego Lemang dan Kopi Uthek dijual di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) setempat dan warung-warung warga Desa Banjar. Di Desa Banjar yang memiliki udara segar itu juga tersedia belasan home stay yang siap menjadi tempat peristirahatan wisatawan yang akan ke Puncak Ijen. Selain pertanian, ada juga beberapa industri kecil menengah pengolah makanan khas dan oleh-oleh yang terus beroperasi setiap harinya hingga pertumbuhan ekonomi tercapai secara mandiri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES