Peristiwa Daerah

Kemiskinan Meningkat, Ini Instruksi Bupati Tantri pada Pendamping Sosial

Rabu, 05 Juli 2017 - 15:37 | 30.77k
Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari, dalam rakor dan evaluasi Program Keluarga Harapan bersama Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari, dalam rakor dan evaluasi Program Keluarga Harapan bersama Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (foto: Iqbal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bupati Probolinggo, P. Tantriana Sari mengintruksikan pendamping sosial meningkatkan kinerja. Instruksi disampaikan dalam rapat koordinasi dan evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) bersama Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) di Gedung Joyolelono, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (5/7/2017).

"Tingkatkan kinerja, memecahkan masalah sosial yang beraneka ragam," kata Tantri.

Terkait dengan instruksi itu, Tantri menyebut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo kepadanya sebagai kepala daerah. Laporan itu menyebutkan, kemiskinan di tahun 2016 mengalami kenaikan: 0,5-0,6 persen. 

"Sebagai bupati yang sudah berikhtiyar, saya kaget dan rasa-rasanya tidak sesuai dengan apa yang saya lihat dan dengar di lapangan," ujarnya. 

Dari pengamatan bupati, ada geliat ekonomi di masyarakat antara lain lewat program one village one product yang digagas 4 tahun lalu. Dengan program ini, setiap desa didorong agar memiliki produk unggulan.

Sebagai contoh, Tantri menyebut Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan. Di sana, ada sekelompok anak muda yang tertarik pada batik. 

"Dinas A, diminta melatih batik. Dinas B, memberi penguatan model agar produk lebih halus. Pemodalan dan pemasaran juga ada," terang istri politisi NasDem, Hasan Aminuddin ini di hadapan ratusan pendamping sosial.

Tantri mengaku, sempat menanyakan data kemiskinan itu kepada kepala BPS Kabupaten Probolinggo secara langsung. Menjawab pertanyaan itu, kepala BPS menyampaikan dua hal.
Pertama, angka orang miskin bertambah, tapi kedalaman kemiskinan berkurang.

"Jika dulu betul-berul miskin, sekarang sudah mampu menuju sejahtera," terang bupati perempuan pertama di Kabupaten Probolinggo itu.

Yang kedua, ada budaya masyarakat Kabupaten Probolinggo yang bangga dikatakan miskin dengan alasan takut tidak kebagian bantuan. "Masyarakat yang disurvey, tidak menyampaikan yang sesungguhnya," ujarnya.

"Kalau seperti itu, bupati siapapun, kadinsos siapapun, siapapun pendampingnya, secerdas dan secakang (giat) apapun, tidak mungkin bisa meningkatkan rapot kita," tambah Tantri.

Dalam moment itu, Tantri juga meminta para pendamping berbangga karena menjadi kaki tangan pemerintah dari 1. 250.000-an warga Kabupaten Probolinggo. "Jangan jadikan amanah yang diemban sebagai profesi, tapi sebuah jalan menuju ridha Allah SWT," katanya.

Tantri juga meminta pendamping menjalin silaturahmi, kerja sama dan sinergi dengan lingkungan untuk menyempurnakan kinerja. Karena hanya dengan kerja sama, keberhasilan akan diraih. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES