Sanggar Manik Kencana Tampilkan Kisah Darmaning Ksatria Mahotama
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sanggar Manik Kencana Pratisentana Bandesa Manik Mas mempersembahkan Parade Topeng Prembon Inovatif dengan judul "Darmaning Ksatria Mahotama" di Pesta Kesenian Bali ke 39, di Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali, Rabu (28/06/2017)
Sendra tari Babad Bendesa Manik Mas ini mengisahkan Dalem Ketut Kresna Kepakisan menempati takhta kerajaan Bali tahun 1351 masehi, setelah Bali jatuh di tangan Majapahit tahun 1343 masehi.
Pada awal pemerintahnya, keadaan masih aman terkendali, namun selanjutnya mulai ada gesekan- gesekan kecil diberbagai tempat yang menimbulkan ketidak nyamanan Dalem Ketut menjadi Raja Bali.
Gesekan tersebut dilakukan oleh masyarakat Bali Mula yang dipimpin oleh Ki Kayu Selem. Hal ini terjadi karena kurang percayanya masyarakat Bali Mula, terhadap Dalem Ketut yang disebabkan beberapa hal.
Warga Bali Mula merasa ada ketidakadilan
karena beberapa pura yang menjadi keyakinan orang Bali Mula, seperti Merajan Slonding Dalem Puri, Pura Ulun Kulkul, Pura Goa Raja, dan Pura Pucak Penulisan tidak diperhatikan.
Gesekan ini menyebabkan Dalem Ketut ingin kembali ke tanah Jawa. Namun Kiyai Patih Wulung mencegah dan berjanji akan menyelediki mengapa orang Bali Mula bersikap seperti itu.
Penulis Skenario Wayan Sugama menjelaskan bahwa, parade topeng tersebut menceritakan tentang kiprah atau suatu peranan Kiyai Patih Wulung yang akhirnya membangun cikal bakal Bendesa Manik Mas.
Wayan mengatakan, sendra tari ini melibatkan 20 orang pemain. Ada beberapa pemain anak-anak yang ikut serta dalam pementasan tersebut. Proses penggarapannya membutuhkan waktu sekitar 10 kali latihan dalam satu bulan.
“Kami mencoba untuk memberikan nuansa-nuansa baru dalam penggarapan topeng prembon inovatif dan inovatifnya yang coba kami garap baik dari sisi di bondres atau di sisi pengaturan ceritanya,” ucapnya.
“Harapan saya semoga sanggar ini bisa berkembang. Selain itu, Saya ingin menampilkan sesuatu kolosal yang melibatkan ratusan orang di gedung Arda Candra. Itu keinginan kami di sanggar,” jelasnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Sukmana |