Kuliner

''Riyoyo Kupat'', Tradisi Khas Indonesia

Kamis, 29 Juni 2017 - 01:35 | 212.97k
ILUSTRASI: Ketupat (Foto: Dok. TIMES Indonesia)
ILUSTRASI: Ketupat (Foto: Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam Islam, hanya ada dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Yang menarik, di samping kedua hari raya tersebut, di Indonesia dikenal juga hari raya Ketupat. Tradisi hari raya Ketupat ini dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Di Jawa, tradisi ini sering disebut "Riyoyo Kupat".

Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan tradisi ini. Dia membudayakan 2 kali "bakda", yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat.

Nah, untuk tradisi bakda Kupat, keinginan Sunan Kalijaga saat itu sebenarnya adalah bersyukur setelah diberi kekuatan dan kesempatan untuk mengamalkan hadist Rasulullah yang mengatakan "Barang siapa yang berpuasa enam hari di bulan Syawal maka dia seperti berpuasa satu tahun".

Perlu diketahui, saat itu sajian ketupat (kupat) bagi sebagian orang Jawa dan di beberapa negara Asia masih disakralkan. Sunan Kalijogo berupaya menggeser kesakralan ketupat tersebut dangan cara yang sangat asimilatif. Daia tidak menolak tradisi tersebut bahkan mendorong tradisi tersebut berkembang namun dengan merubah niat dan maknanya.

Yang dulu Ketupat adalah hal sakral, Sunan Kalijaga mengubahnya menjadi ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT setalah berpuasa 6 hari di bulan Syawal.

Mengapa Sunan Kalijaga memilih Ketupat sebagai ungkapan syukur dengan membuat dan membagikannya?

Ketupat ternyata memiliki simbol dan dan makna yang dalam. Dalam filosofi Jawa, Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat

Di dalam tradisi Jawa, bentuk "ngaku lepat" adalah  berbentuk tradisi "Sungkeman". Prosesi "sungkeman" yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini. "Sungkeman" mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua, ulama atau yang dituakan.

Laku Papat

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah: Lebaran; Luberan;Leburan; dan Laburan.

Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Adapun Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Sedangkan Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Dalam tradisi Lebaran Ketupat yang dimulai seminggu sesudah lebaran itu hampir semua rumah di tanah Jawa saat itu membuat anyaman ketupat dari daun kelapa muda. Kemudian anyaman ketupat tersebut diisi dengan beras dan dimasak.

Bersama penganan lainnya, Ketupat tersebut sedekahkan ke kerabat, sebagai simbol kebersamaan.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Sukmana
Sumber : Berbagai Sumber

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES