Peristiwa

Hujan Deras, Kalibrasi Arah Kiblat Gagal Dilakukan

Minggu, 28 Mei 2017 - 21:30 | 39.42k
Pengamatan menggunakan teropong di SMAN 5 Malang, dipandu Rektor Ma Chung, Dr Chatief Kunjaya. (Foto: Tika/TIMES Indonesia)
Pengamatan menggunakan teropong di SMAN 5 Malang, dipandu Rektor Ma Chung, Dr Chatief Kunjaya. (Foto: Tika/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rencana Universitas Ma Chung, Kota Malang, Jawa Timur bersama dengan ekstrakurikuler astronomi SMAN 5 Malang untuk mengkalibrasi arah kiblat, Sabtu (28/5/2017), gagal dilakukan.

Hal ini karena cuaca mendung kemudian hujan deras di wilayah Kota Malang. Alhasil, pengamatan arah kiblat yang memanfaatkan cahaya matahari ini terpaksa diganti dengan pengamatan mengunakan teropong astronomi.

"Kalau sedang panas, bisa menggunakan batang yang diletakkan di atas bidang datang dan melihat bayangannya. Kemana bayangan itu, kebalikannya adalah arah kiblat. Tapi kami tidak bisa melakukan sekarang, karena terkendala cuaca," tutur Rektor Ma Chung, Dr Chatief Kunjaya, kepada TIMES Indonesia, Minggu (28/5/2017).

Laki-laki yang akrab disapa Kun itu menjelaskan, pengamatan dilakukan hari ini karena posisi matahari tepat berada di atas Kota Makkah.

"Kalau tadi cerah, kita bisa melakukan pengamatan pukul 16.18 sayang tadi hujan deras," urai salah satu ahli astronomi kawakan Indonesia itu.

Kun menjelaskan, kalibrasi kiblat yang paling tepat dilakukan dengan pengamatan terhadap bayangan matahari.

Bisa menggunakan kompas, namun kekurangannya adalah, kompas menunjuk ke kutub utara magnet. Setiap tahun, lanjut dia, kutub utara berubah hingga 50 kilometer.

"Biasanya menarik garis dari Makkah ke kawasan yang diinginkan, metode ini kurang tepat. Secara astronomi, kiblat Indonesia antara barat dan barat laut," kata dia.

Kegiatan kalibrasi kiblat di SMAN 5 Malang diganti dengan pengamatan benda jauh. Para siswa yang dipandu oleh Kun tidak bisa mengamati benda langit.

"Langit mendung, jadi tidak ada benda angkasa yang diteropong," tegas dia.

Kepala SMAN 5 Malang, Anis Isrofin, menyambut positif kegiatan ini karena para siswa peserta ekskul astronomi bisa belajar langsung ke pakarnya.

"Bisa langsung praktik, tadi mereka juga belajar menghitung hasil pengamatan. Menambah wawasan dan pengalaman, apalagi selama ini mereka belum pernah praktik," beber Anis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES