Peristiwa Daerah

Lestarikan Lukisan Batuan, Anak-anak Desa Batuan Ikuti Kursus Melukis

Kamis, 11 Mei 2017 - 15:45 | 204.79k
Anak-anak desa Batuan belajar melukis bersama di alam bebas, halaman Museum Arma.(foto: M Khadafi/TIMES Indonesia)
Anak-anak desa Batuan belajar melukis bersama di alam bebas, halaman Museum Arma.(foto: M Khadafi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lukisan gaya batuan adalah salah satu jenis lukisan yang tumbuh dan berkembang di Bali. Disebut gaya batuan karena seni lukis ini lahir berkembang di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Di Bali sendiri ada banyak sekali gaya lukisan yang hadir dan berkembang di masyarakat, contohnya adalah Seni Lukis gaya Kamasan, gaya Ubud, gaya Sanur, gaya Singaraja, gaya Tanah Lot, gaya Keliki atau gaya Kapal. 

Untuk melestarikan lukisan gaya batuan, anak-anak kecil di Desa Batuan sejak kecil dikenalkan dengan gaya lukisan ini. Mereka juga kerap diajak untuk melakukan studi seni rupa ke museum seni. 

Kepala Desa Batuan Nyoman Netra mengatakan, studi seni untuk anak Batuan ini merupakan kelanjutan dari program pelestarian seni lukis gaya batuan. 

Bentuk program berupa les melukis gaya batuan melibatkan anak-anak SD di Batuan. Les sejak tahun 2015 ini diprakarsai Komunitas Pelukis Tradisonal Batuan Batur Lelangun diketuai pelukis, Made Sujendra.

"Studi seni melibatkan sekitar 80 anak-anak kelas 3 sampai 6 SD dari 17 banjar yang ada di Desa Batuan. kami ajak mereka mengunjungi Museum Arma Desa Peliatan, Ubud, beberapa waktu lalu, guna  meregenerasi lukisan gaya batuan karena karya seni ini merupakan aset satu-satunya di dunia,” tutur Nyoman Netra, Kamis (11/04/2017)

lukis2dafi_-_Copyqu6G1.jpg

Lebih lanjut, Ia mengatakan, selama kegiatan anak-anak diajak menyaksikan langsung lukisan gaya batuan yang diwariskan para tetuanya pelukis Batuan zaman dulu. 

Anak-anak juga dilibatkan belajar melukis bersama di alam bebas, halaman Museum Arma. Anak-anak yang diangkut dengan tiga bus besar itu dipandu para pelukis senior dari Batuan. Di antaranya, pelukis yang juga Ketua Komunitas Pelukis Tradisional Batuan Batur Lelangun,  Made Sujendra, dan rekannya Wayan Diana, ketua Sadia, dan lainnya.

Netra mengakui, belakangan ini, kemunculan pelukis- pelukis modern makin marak yang besar kemungkinannya dapat mengancam kepunahan lukisan gaya batuan ini.

Maka dari itu, upaya pelestarian yang dilakukan pemerintahan Desa Batuan bekerja sama dengan tokoh-tokoh terkait dibukalah pelatihan, sejenis ‘sekolah’ lukis tradisonal gaya Batuan.

Pelatihan ini digelar dua kali seminggu selama setahun atau 56 kali pertemuan, melibatkan pembina 24 pelukis Batuan.

Para pelukis gaya batuan yang karya-karyanya terkenal hingga ke manca negara antara lain, Made Jata, Ida Bagus Togog, I Nyoman Ngendon, I Ketut Tomblos, I Wayan Taweng, DN Tjita, Made Budi, Ida Bagus Wija, Wayan Bendi, Ketut Murtika, Made Tubuh, Ketut Sadia, Wayan Diana, dan lainnya. 

“Kami di desa segera akan membuat galeri seni untuk menampung lukisan gaya batuan yang berkualitas karya anak-anak Desa Batuan," katanya.

Galeri yang menyatu dengan areal Kantor Desa Batuan ini, lanjut Netra, sebagai wahana untuk memperkenalkan karya seni-anak anak kepada tetamu ke desa. Selama ini, Desa Batuan kerap menjadi objek studi banding desa-desa lain se-Indonesia khususnya dalam bidang pemberdayaan anak-anak desa.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES