Kopi TIMES

Catatan Kecil Kartini Masa Kini

Jumat, 21 April 2017 - 20:22 | 162.83k
Photo Courtesy by Curvilinea by Pia Haryono (Grafis: TIMES Indonesia)
Photo Courtesy by Curvilinea by Pia Haryono (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – DINGIN, berkabut dan gerimis. Begitu cuaca di kota Itacha saat ini yang membuat peringatan Hari Kartini saya pada tahun ini sangat berbeda. 

Hari ini, saya sedang menjalankan tugas sebagai duta Universitas Brawijaya di Cornell University, salah satu universitas terbaik di Amerika Serikat dan di dunia.  

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan mengemban tugas sepenting ini dalam hidup saya. Melakukan lobbying dan mempresentasikan profil lembaga saya adalah hal biasa dalam pekerjaan saya, tapi berdiskusi dengan para professor kelas dunia dan meyakinkan mereka tentang kualitas penelitian dan peneliti di Universitas Brawijaya membuat saya cukup nervous dan bangga secara bersamaan. 

Betapa tidak, tak mudah bagi seorang dosen dan peneliti muda seperti saya bisa bertemu mereka dan diterima oleh mereka dengan hangat dan terbuka.

Setelah menjalankan tugas, saya duduk di pojok ruang salah satu gedung Johnson Museum milik Cornell University yang sangat megah sambil memandang keindahan bangunan dan taman di kampus yang sudah ada sejak 1865 ini. Sejenak saya merenung betapa beruntungnya saya sebagai perempuan Indonesia bisa berada di posisi seperti ini. Lalu di dalam benak saya, apakah ini yang diinginkan oleh RA Kartini? 

Kartini dalam suratnya kepada sahabatnya Stella dan Ny Abendanon mengungkapkan ingin pergi ke Belanda dan mencari ilmu sampai ke jenjang yang lebih tinggi agar dia bisa menjadi guru bagi orang-orang kelas bawah. 

Kartini ingin bahasa Belanda harus bisa diajarkan kepada orang Indonesia agar orang Indonesia terutama kaum perempuan dari kalangan kelas bawah memiliki ilmu pengetahuan yang yang sama seperti masyarakat Indonesia kelas atas saat itu. 
Harapan Kartini akhirnya terwujud. Banyak perempuan-perempuan hebat di berbagai bidang muncul di masa setelah Kartini tiada. Perempuan Indonesia sudah mendapatkan kesempatan penuh untuk sekolah, bekerja, berpergian ke luar negeri, menyuarakan pendapat, dan menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Sambil menikmati hangatnya segelas teh, saya kembali merenung dan bertanya kepada diri saya sendiri apakah ini yang dimaksud dengan emansipasi perempuan? Apakah kata emansipasi begitu kuatnya untuk kesetaraan derajat perempuan dengan laki-laki? 

Saya bukan ahli dan aktifivis feminimisme. Bagi saya perjuangan Kartini tidak sekedar memperjuangkan hak-hak wanita. Peringatan hari Kartini juga harus digunakan sebagai moment untuk mengingatkan perempuan masa kini agar memiliki multi peran yang seimbang dalam hidupnya dan menjalankan kewajibannya sebagai perempuan.

Perempuan masa kini dituntut untuk memiliki lebih satu peran dalam hidupnya. Secara umum ada tiga peran yang kini dapat dimiliki oleh perempuan yaitu domestic roles sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, profession roles sebagai pekerja di bidangnya masing-masing, dan community roles sebagai seseorang yang mampu memberikan kontribusi kepada lingkungan di sekitarnya. 

Masing-masing perempuan boleh menentukan peran yang mana yang sesuai dengan kapasitas dirinya. Bagi saya pribadi, saya tidak terlalu membatasi peran mana yang ingin saya ambil. 

Saya lebih memilih bahwa saya harus memiliki pendidikan yang baik demi masa depan diri saya. Saya juga seorang perempuan yang ingin dicintai dan mencintai oleh seorang pria. Saya bahagia bisa menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak saya. Saya bangga bisa berkarir sebagai seorang akademisi. Dan saya ingin bermanfaat bagi orang banyak terutama kaum perempuan bertubuh besar atau plus size.

Emansipasi perempuan dalam pandangan saya tidak hanya sekedar memiliki hak yang sama dengan laki-laki, tapi saya cenderung lebih memilih sikap bahwa emansipasi juga berarti kesadaran akan harkat dan martabat sebagai perempuan yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai norma dan budaya yang kita ikuti. 

Saya tidak perlu malu mengatakan kepada teman Australia atau Amerika saya bahwa saya harus izin suami saya dulu ketika saya hendak bepergian dan menjalankan tugas tapi saya bisa memberikan pendapat saya dan terlibat dalam keputusan bersama dalam keluarga. 

Saya tidak perlu gengsi meski sudah bergelar tinggi tapi saya masih sibuk di dapur untuk memasak makanan kesukaan suami dan anak-anak saya. Meski saya sibuk di kantor, saya masih merindukan setiap saat untuk bergandengan tangan berdua atau hangout berdua saja dengan suami saya satu kali dalam seminggu. Dan saya harus tetap punya waktu untuk memberikan kontribusi kepada orang lain yaitu para perempuan plus size agar mereka memiliki pengetahuan tentang cara berbusana yang pantas bagi mereka yang bertubuh besar.

Indahnya kampus Cornell University menggoda saya untuk segera keluar dari gedung museum milik universitas bergengsi itu. Saya habiskan teh dan bergegas untuk menjalankan tugas berikutnya. 

Sambil berjalan menembus dinginnya udara musim semi di Ithaca, di dalam diri saya akan selalu memaknai peringatan hari Kartini sebagai peringatan bagi diri saya sendiri untuk menjadi perempuan Indonesia yang memiliki multi peran dan keseimbangan dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai seorang perempuan. Berguna bagi diri sendiri, keluarga, orang lain, bangsa dan negara dengan cara dan jalannya masing-masing. 

Selamat hari Kartini

Ithaca, New York, 21 April 2017

Maulina Pia Wulandari, Ph.D*
* Dosen Senior Public Relations dan Komunikasi Organisasi, FISIP – Universitas Brawijaya, Plus Size Fashion Designer, Istri, dan Ibu dari dua orang anak

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES