Peristiwa Daerah

Festival Kebaya Pertama Indonesia Digelar di Green Airport Blimbingsari

Jumat, 21 April 2017 - 21:02 | 58.53k
Peragaan kebaya di Bandar Udara Hijau Blimbingsari. (Foto: Ahmad Su'udi/TIMES Indonesia)
Peragaan kebaya di Bandar Udara Hijau Blimbingsari. (Foto: Ahmad Su'udi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Festival Kebaya Banyuwangi merupakan festival kebaya pertama yang pernah digelar, semakin menarik karena dilaksanakan di Bandar Udara Blimbingsari.

Bandara kebanggaan Banyuwangi itu sendiri juga yang pertama dan satu-satnya di Indonesia yang memiliki konsep green building.

Bupati Banyuwangi, Jawa Timur Abdulah Azwar Anas menjelaskan, kebaya telah menjadi identitas nasional yang dipakai oleh seluruh lapisan masyarakat. Banyuwangi ingin mengambil kesempatan sebagai daerah yang pertama kali mengangkat kebaya sebagai bagian dari produk kreatif daerah selain batik.

"Kami ingin mendorong adanya kreativitas baru di Banyuwangi. Desainer lokal tidak hanya kami pacu untuk meningkatkan kualitas batik, tapi juga mendapatkan peluang bisnis baru lewat kebaya yang pangsa pasarnya sangat besar. Kaum perempuan kan setiap acara hampir pasti pakai kebaya, itu pasar yang sangat besar," kata Anas, Jumat (21/4/2017).

Untuk meningkatkan daya saing produk kebaya desainer lokal, pemerintah daerah menggandeng Indonesian Fashion Chamber (IFC) sebagai mentor pendamping. Workshop teknis pun telah digelar dengan materi seputar desain, proses pembuatan kebaya, dan manajemen pemasaran produk.

"Bandara sengaja dipilih sebagai venue, selain untuk mengenalkan green airport kami yang segera diresmikan dalam waktu dekat, juga karena lokasinya yang memang menarik sebagai catwalk peragaan busana,” jelas Anas.

festival-kebaya-2ZsQha.jpgPeragaan kebaya di Bandar Udara Hijau Blimbingsari. (Foto: Ahmad Su'udi/TIMES Indonesia)

Chairman IFC Ali Charisma mengatakan, selama ini memang belum ada event yang khusus menggarap kebaya secara menyeluruh. Padahal, kata Ali, kebaya ini bila digarap serius memiliki potensi yang sangat besar.

"Sebenarnya kebaya ini sudah tidak asing di Indonesia karena banyak acara terkait kebaya seperti fashion show. Namun semua masih dilakukan dalam skala kecil dan belum terorganisasi dengan baik. Banyuwangi adalah daerah pertama yang menggarapnya. Ini ujungnya ada di bisnis, biar perajin dan UMKM lokal terangkat, dan ini butuh fondasi yang kuat," terang Ali.

Di Banyuwangi, pondasi pengembangan budaya diwujudkan dengan mengerek kompetensi desainer dan perajin busana lokal dengan membuka workshop kepada 100 pelaku usaha dalam dua tahap.

"Para desainer dan perajin lokal diinjeksi materi tentang bagaimana pembuatan DNA brand, yakni mengajarkan agar fokus dan mengejar target pasar yang akan diambil, teknis pengerjaan kebaya, dan manajemen usaha. Besok mereka menampilkan puluhan kreasinya," tutur Ali.

Festival Kebaya Banyuwangi digelar selama dua hari, dilanjutkan besok di lapangan tenis indoor, Gelanggang Olahraga (Gor) Tawang Alun Banyuwangi. Selain menampilkan karya 100 desainer acara dijamin meriah dengan adanya exhibition, art installation, art performing, trunk show, dan fashion show. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES