Indonesia Positif

Unisla Gelar Pesantren di Lapas Selama Sebulan

Sabtu, 07 Januari 2017 - 21:36 | 41.68k
Para warga binaan Lapas Klas IIB Lamongan khusuk mendengarkan kultum saat menerima Pembinaan Kerohanian Berbasis Pesantren. (Foto: Khoiroh Ummu Rodhiyah/TIMES Indonesia)
Para warga binaan Lapas Klas IIB Lamongan khusuk mendengarkan kultum saat menerima Pembinaan Kerohanian Berbasis Pesantren. (Foto: Khoiroh Ummu Rodhiyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Universitas Islam Lamongan (Unisla) bersama Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Lamongan menggelar Pembinaan Kerohanian Berbasis Pesantren.

Pengabdian selama satu bulan dijalankan Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Lamongan, Dwi Aprilianto beserta dua rekannya, bertujuan untuk melatih dan membangkitkan semangat ibadah warga binaan.

Dalam pembinaan Kerohanian Berbasis Pesantren, Dwi Aprilianto menjelasakan bahwa pembinaan secara fisik itu tidak banyak berpengaruh pada perubahan seseorang. 

"Yang paling penting dalam sebuah perubahan, seseorang harus menanamkan jiwa kerohanian dalam dirinya, sehingga keimanan untuk kembali kepada Tuhan akan meningkat," ucapnya. 

Adapun pembinaan yang dilakukan adalah sholat Dhuha yang dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB dan dilanjitkan dengan membaca surat Al-Waqiah bersama. 

Shalat dhuhur dan kuliah tujuh menit (kultum) dengan materi yang berbeda dalam setiap pertemuan dilanjutkan dengan Shalat Ashar dan pengajian kitab. Dalam sepekan, pembinaan ini dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. 

“Para peserta binaan juga diberikan latihan dasar tata cara berwudhu dengan benar dan adzan, materi setiap kultum juga disesuaikan dengan kebutuhan kondisi mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ia mengatakan, Lapas merupakan tempat yang cocok karena di sana memerlukan pembinaan agama. Selain pembinaan agama, warga binaan juga diberikan binaan kemandirian, kenegaraan, pertanian, dan juga perikanan. 

"Peserta sangat antusias untuk mengikuti pembinaan, ada sekitar kurang lebih 300 tahanan yang mayoritas laki-laki mengikuti kegiatan yang bertempat di masjid Lapas Lamongan,” ujar Dwi.

Dwi berharap, program-program pembinaan yang dilakukan di Lapas Klas IIB menjadi program yang berkelanjutan, sehingga warga binaan menganggap program tersebut sebagai suatu kebiasaan dan kebutuhan mereka. 

“Seorang tahanan tidak berarti jahat, mereka sama seperti kita, hanya saja pernah melakukan kesalahan. Semoga program ini bisa menyadarkan dan meningkatkan keimanan mereka, dan akhirnya bisa bermanfaat untuknya saat ini hingga ketika kembali ke masyarakat,” tuturnya berharap. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-4 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES