Kopi TIMES

Al Quran Tidak Perlu Dibela

Jumat, 02 Desember 2016 - 16:30 | 491.64k
Busri Toha. (Foto: TIMES Indonesia)
Busri Toha. (Foto: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SUMENEP – Islam merupakan agama universal. Kehadirannya, mengajarkan kejujuran spritual, kebebasan nurani, dan penghormatan terhadap seluruh umat manusia. Islam menebarkan cinta ke sekelingnya, melampaui sekat-sekat kesukuan sebagai penghargaan terhadap seluruh makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad. Beliaulah kemudian dikenal sebagai proklamator Islam. Salah satu perangkat penting dalam Islam adalah Al Quran. Al Quran diturunkan Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur. Al Quran turun sesuai dengan kondisi masyarakat Arab. Tetapi, relevan dengan seluruh masyarakat dunia.

Namun, kehadiran Muhammad bersama dengan Al Quran mendapatkan pertentangan dari kaum kafir Quraiys secara ketat. Bahkan, Saiyidina Umar ibn al-Khatthab, sampai akan membunuh Rasulullah. Nabi akhir itu, dianggap telah merusak tatanan masyarakat Arab. Satu-satunya cara menghentikan gejolak di masyarakat ialah dengan membunuh Muhammad.

Namun, sikap kelembutan, akhlak mulia dan cinta yang dicontohkan Muhammad ibn Abdillah, mudah memaafkan meluluhkan hati Umar ibn Al Khattab. Umar yang dikenal tokoh pemuda yang tegas dan keras kala itu, berubah menjadi teman karib dan pejuang Islam bersama Rasulullah. Kelembutan sikap Rasulullah, membuat Umar masuk Islam tanpa ada paksaan dan siksaan, apalagi cercaan.

Suatu ketika, Rasulullah pernah memarahi salah satu sahabatnya, Usamah ibn Zayd. Sebab, sahabat itu membunuh orang kafir Quraiys yang telah meminta maaf. Usamah tidak terima karena diejek oleh salah satu suku Bani Murrah karena kepeminpinannya dalam ekspedisi itu, yang masih sangat muda. Usamah dikirim oleh Nabi Muhammad dalam ekspedisi ke suku-suku Badui di sebelah utara, terutama Bani Murrah.

Dalam pertempuran itu, salah satu anggota dari Bani Murrah melarikan diri. Namun, Usamah ibn Zayd yang kadung naik pitam tetap mengejar. Ketika kodisi terdesak, salah satu suku Bani Murrah itu, menyatakan “Tiada Tuhan selain Allah”. Tetapi Usamah tetap membunuhnya.

Sepulang dari pertempuran, ia menemui Nabi. Usamah mendapatkan sambutan hangat dari sang Rasulullah. Pada saat Usamah menceritakan mengenai duel antara Usamah dengan Bani Murrah, sikap Rasulullah menampakkan ketidaksetujuannya.

”Usamah, apakah kau membunuhnya setelah ia mengucapkan “Tiada Tuhan selain Allah” (La ilaha illah). Usamah memberikan jawaban kepada Rasulullah, bahwa orang Badui mengucapkan keberimanan kepada Allah, hanya karena agar ia tidak dibunuh.

Nabi memarahi Usamah. Mestinya pengakuan keberimanan orang Badui, tidak mengharuskan Usamah membunuhnya. ”Apakah engku telah membelah hatinya untuk mengetahui ia berkata benar atau dusta?” tanya Nabi kepada Usamah. (Tariq Ramadan, Biografi Intelektual-Spritual Muhammad, 13 ; 283).

Tindakan Usamah untuk mempertahankan kehormatan di dunia, karena telah diejek, tidak dapat dibenarkan. Justru, membuat Nabi Muhammad tidak bersepakat sehingga memarahinya. Rasulullah adalah satu-satunya contoh sikap kehati-hatian dalam segala hal.

Nabi Muhammad tidak gampang memvonis orang lain. Bahkan, kondisi demikian pun, tindakan ketidak-hati-hatian Usamah, menilai hati non muslim hingga merenggang nyawa, masih tetap dimaafkan oleh Rasullah. Rasullah sungguh benar-benar pemaaf.

Sebab, Hanya Allah yang bisa membolakbalikkan hati manusia. Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya, Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. (Quran. 8 : 61).

***

Di Indonesia kini, energi warga terkuras dengan kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Gubenur DKI Jakarta (Non Aktif) itu, dinilai telah menghina kitab suci umat Islam. Ahok dianggap telah melecehkan Al Quran dengan kata-kata yang tidak pantas terhadap kitab suci umat muslim itu.

Atas tindakan tersebut, Ahok kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh umat Muslim di Indonesia. Tiada yang tahu apakah Ahok benar-benar mau menghina Al Quran. Atau karena ia tidak tahan dengan berbagai kritikan dan serangan yang mengatasnamakan ayat Al Quran untuk mendiskreditkannya sehingga dia berucap kata-kata yang dianggap menghina Al-Quran, Surat al-Maidah: 51. Semua tidak ada yang tahu kebenaran hatinya.

Begitu juga, penjelasan Ahok bahwa tidak ada maksud menghina umat muslim, tetapi ia tetap meminta maaf kepada umat Islam. Namun, sekali lagi, permintaan maafnya, tidak ada yang tahu, apakah murni alias ikhlas atau dusta. Sekali lagi tetap tidak ada yang tahu.

Akan tetapi, tidak salahnya umat muslim memafkan hal itu. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah yang memarahi Usamah karena tidak memberi ampun kepada badui tadi, dan maaf Rasulullah kepada Usamah.

Memaafkan tidak berarti mengurangi kemuliaan Al Quran. Sikap memaafkan dengan lapang dada sebagaimana KH Mustofa Bisri terhadap salah satu pemuda yang telah berkata tidak pantas dalam akun twitternya, Pandu Wijaya, kepada ulama itu, tidak mengurangi kehormatan beliau. Bahkan, justru menambah wibawa tokoh NU itu.

Kembali pada soal Ahok, hati kecil penulis kadang timbul tanya. Sebagian umat muslim masih tidak rela dengan permintaan maafnya. Memberi maaf barangkali dinilah melemahkan Islam. Memberi maaf dianggap rela agama dijajah. Padahal, lapang dada memberikan maaf adalah sikap dari Islam itu sendiri.

Karena tidak gampang memberi maaf, akhirnya antar satu dengan yang lain saling lapor polisi. Beda sedikit lapor polisi. Saling memaafkan tidak berlaku. Negeri ini berisi tukang lapor. Perbedaan sebagai rahmat, bukan lagi menjadi pendoman. Bahkan, berubah menjadi petaka.

Sebagai tindakan tidak bisa memberikan maaf, Ahok ditekan dengan tekanan luar biasa. Demo besar-besaran dikerahkan oleh umat beragama mayoritas. Ingin menunjukkan kekuatan umat Islam. Mempertahankan kehormatan agama yang tidak boleh diremehkan. Ahok harus diproses hukum lalu ditetapkan sebagai tersangka.

Masih belum puas dengan tekanan itu, sebagian umat muslim kembali menggelar aksi demo lagi, Jumat (12/02/2016). Kata-kata kotor, seperti bunuh, darahnya halal, dan lain-lain, terlontar dalam aksi sebelumnya, Jumat (4/11/2016).

Mereka barangkali lupa bahwa Ahok adalah manusia. Sama-sama makhluk Tuhan dan keturunan Nabi Adam-Siti Hawa. Bedanya, Ahok belum mendapatkan hidayah untuk masuk Islam. Apa karena belum memperoleh hidayah, lalu kita membencinya?.

Sikap berlebihan sebagian umat Islam yang katanya membela Al Quran, hingga mengeluarkan kata-kata kotor dan menjijikkan, sungguh tidak mencerminkan sikap sebagaimana diajarkan dalam Al-Quran, menggunakan kalimat paling bagus.

***

Tekanan terhadap Ahok masih belum selesai. Ancaman pembunuhan ramai terutama di media sosial. Mereka menyebut Jihad Medsos. Padahal, Islam tidak mengajarkan agar berkata kotor. Namun, dengan bangga, mereka menyebut dirinya sebagai pembela Al Quran. Akhlak Nabi adalah Al Quran, dan beliaulah memberikan contoh hidup rukun dengan umat agama lain.  Hinaan dan ocehan non muslim, selalu beliau maafkan.

Peristiwa ini, sepertinya mirip pada zaman Rasulullah,  Islam mulai berkembang. Islam sudah hampir menyeluruh di semenanjung Arab. Namun, kemudian, masih terdapat pula orang-orang yang ternyata hanya pura-pura membela Islam. Mereka mau mendirikan masjid, padahal hakikatnya mereka memiliki keinginan untuk mengusai Islam dan menjerumuskan kembali umat Islam pada kekufuran.

”Dan orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan, untuk kekafiran untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasullnya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah : kami tidak akan menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Janganlah kamu shalat di dalam Masjid itu selama-lamanya”. (Q.9: 107-108)

Islam di Indonesia semakin berkembang. Islam Nusantara. Salah satu pesan penting dari misi profetik Nabi Muhammad ialah menyebarkan pemahaman Islam yang menjadi rahmat untuk seluruh alam. Meskipun Islam hadir di tengah-tengah masyarakat Arab, namun pesan universal yang dibawa Rasulullah tidak terbatas secara lokal. (Dr Ali Masykur Musa, Membumikan Islam Nusantara, 9).

Kendati Islam di Indonesia semakin berkembang, selalu mendapatkan hambatan dari orang-orang muslim sendiri -- untuk tidak mengatakan kaum munafik. Rasulullah bersabda : Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR Bukhari).

Hakikatnya, Al Quran dalam kondisi apapun tidak akan pernah hina. Penghinaan orang-orang non muslim, jika dianggap menghina, tidak akan mengurangi kemuliaan dari Al Quran. Bahkan, dari dahulu, jangankan hanya menghina, membuat Al Quran tandingan sudah pernah dilakukan. Namun, hasilnya, pembuat sendiri terhina dan Al-Quran semakin mulia.

Kita jangan mudah terjebak bahwa sedang membela Al Quran. Sementara sikap dan tindakannya masih jauh dari cerminan kitab suci. Jangan mengaku berjuang membela Al Quran. Sedangkan keseharian kita masih jauh dari pesan profetik Al Quran, agar tidak masuk golongan kaum munafik.

Yang sangat penting dibela adalah menjaga kerukunan umat. Hindari pertengkaran dan permusuhan. Hapus pertikaian dan kebencian. Realisasikan hidup ala Rasulullah saling memaafkan.

Membela Al Quran yang sebenarnya adalah mengaplikasikan pesan-pesan universal Al Quran. Jangan mengaku membela Al Quran jika masih suka menebar kebencian dan tidak menghargai perbedaan. Jangan mengaku membela Al Quran jika tidak bisa menghargai umat manusia, sebagai ciptaan Tuhan, hanya karena beda keyakinan.

Al-Quran tidak perlu dibela. Sebab, Allah telah menjaganya, baik kemurnian maupun kemuliaan. Penjagaan Allah melampoi akal manusia. Apalagi, yang membela adalah hanya kaum munafik. Al-Quran sama sekali tidak butuh pembelaan kaum munafik. Siapakah orang munafik itu? Ialah orang yang mengaku membela Al-Quran tetapi sikap dan tingkah lakunya bermadzhab setan. (*)

Oleh : Busri Toha

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES