Peristiwa Daerah

Di Desa Penolih, Sabut Kelapa Disulap jadi Sapu Lantai

Sabtu, 15 Oktober 2016 - 20:13 | 286.29k
Aryati, sedang merajut sapu lantai dari sabut (tepes) buah kelapa, di rumah produksinya, di Desa Penolih. (foto: Sinnangga Angga/Purbalingga TIMES)
Aryati, sedang merajut sapu lantai dari sabut (tepes) buah kelapa, di rumah produksinya, di Desa Penolih. (foto: Sinnangga Angga/Purbalingga TIMES)

TIMESINDONESIA, PURBALINGGA – Berawal dari sabut (tepes) kelapa, sisa dari pengolahan minyak kelapa yang tak terpakai, para wanita di Desa Penolih, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tertarik untuk memanfaatkannya sebagai sapu lantai.

Salah satu perajin sapu tepes di Desa Penolih, Aryati (45), menceritakan, dulunya pada tahun 1960an, sabut kelapa hanya dibuat menjadi tali sandat atau alat angkut barang dengan cara dipikul. Tali sandat banyak digunakan untuk mengangkut padi dari sawah, menuju rumah ketika panen tiba.

Lalu tali sandat tergeser oleh kendaraan angkutan bermotor. Dan banyak juga masyarakat yang tidak lagi menggunakan tali sandat.

”Maka pada tahun 1990-an, penduduk Desa Penolih, mulai merubah sabut kelapa menjadi kerajinan sapu tepes,” jelasnya, pada Purbalingga TIMES, ketika ditemui di rumah produksinya, Sabtu (15/10/2016).

Aryati menambahkan, di wilayah Desa Penolih, sudah berkembang home industri sapu tepes. Ibu-ibu rumah tangga bisa menghasillkan pendapatan tanpa harus pergi dari rumah, seperti wanita-wanita lain yang bekerja di pabrik-pabrik rambut.

"Tiap hari bisa bekerja sambil menunggui atau menemani anak-anak bermain di sekitar rumah. Setelah sapu tepes sudah terkumpul banyak, sapu diambil oleh para pedagang untuk dipasarkan di berbagai daerah. Bahkan pemasaran sapu tepes produksi desa Penolih sudah melebar hingga luar kota Purbalingga," kata Aryati.

Adapun cara pembuatan sapu lantai dari tepes cukup sederhana. Pertama sabut kelapa direndam air di kolam, kemudian ditumbuk dengan kayu atau batu hingga halus, kemudian dijemur sampai kering. Setelah kering, barulah dirajut dengan tali ijuk atau tali plastik, dan diikatkan pada sebilah bambu atau rotan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : Purbalingga TIMES

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES