TIMESINDONESIA, JAKARTA – Soal mimpi, selipin mimpinya bahwa kita menjadi penghafal Quran, di antara sekian mimpi, sekian keinginan, sekian cita-cita, masukin keinginan, cita-cita, impian menjadi seorang penghafal Quran, lalu memiliki anak-anak yang hafal Quran, memiliki istri yang hafal Quran, memilliki suami yang hafal Quran, memiliki keluarga yang hafal Quran. Nanti individu-individu yang seperti ini kelak akan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang hafal Quran. Bila omongan kita cuma dunia, maka kelak kita nanti akan merindukan lahirnya pemimpin yang bukan cuma menguasai dunia.
Maju itu jangan tanggung-tanggung. Jangan cuma dunia. Tapi juga akhirat. Visi misi jangan tanggung-tanggung juga. Hanya untuk 5, 10, 15 tahun atau 1-2 abad ke depan doangan. Tapi lebih dari itu. Visi misi saat berjumpa dengan Allah. Visi misi kehidupan akhirat yang abadi. Ini lompatan. Ga keukur sebagai sesuatu yang sifatnya “masa depan” belaka.
Apalagi jika maju sendirian bersama kelompoknya. Orang miskin ga boleh ada. Orang susah ga boleh ada. Atas nama ketertiban dan kemajuan, orang-orang miskin dan orang-orang susah, jadi kayak bukan orang Indonesia yang layak tinggal di Jakarta dan di manapun. Ga boleh ini terjadi. Kalo ini terjadi, maka kemajuannya juga ga berkah. Sebab ada kesedihan dan kepedihan orang-orang susah, lemah, kecil, miskin.
Dan semua itu ga bermula dari siapa-siapa. Dan ga usah nyalah-nyalahin siapa-siapa. Bermula dari kita koq. Siapa kita, maka itu bisa jadi akan melahirkan tipe pemimpin buat kita. Ngeri kan? Kalo hanya duniawi belaka.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
| Publisher | : Rochmat Shobirin |
| Sumber | : YusufMansur.com |
