Peristiwa Daerah

Sanggar Seblang, Menjaga Batik Banyuwangi Selama Empat Generasi

Sabtu, 01 Oktober 2016 - 13:08 | 295.90k
Sejumlah koleksi kain batik motif banyuwangian milik Sanggar Batik Seblang, Banyuwangi. (foto: Ahmad S/TIMESIndonesia)
Sejumlah koleksi kain batik motif banyuwangian milik Sanggar Batik Seblang, Banyuwangi. (foto: Ahmad S/TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Kesetian menjaga tradisi kuno membuat Sanggar Batik Seblang menjadi sanggar batik yang spesial di Banyuwangi, Jawa Timur. Selama empat generasi, sanggar yang berada di wilayah Mojopanggung, ini setia menjaga motif kuno banyuwangian sehingga batik ini tetap langgeng di Bumi Blambangan.

Seperti pendahulunya, Umi Sukaisih Indah sebagai generasi ke-empat Sanggar Batik Seblang memegang prinsip hanya memproduksi batik tulis. Umi tidak ragu untuk menolak pesanan batik cap dan sablon atau motif baru meski membuatnya untung dalam waktu yang cepat.

Kepada setiap pelanggannya, Umi menegaskan, dirinya hanya menyediakan 20 motif kuno batik Banyuwangi karya leluhurnya. Motif-motif kuno diantaranya Sisik Papak, Kembang Lintang, Kopi Pecah, Kelabangan, Oling Paras Gempal, Kangkung Setingkes, Garuda Mungkur dan Galaran.

"Saya memang berjanji pada diri sendiri untuk mempertahankan budaya leluhur. Jadi sampai sekarang kami hanya membuat batik tulis motif kuno Banyuwangi," ungkapnya ketika ditemui TIMES Indonesia di sanggar batiknya di Jalan Agus Salim RT 02 RW 01 Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri Banyuwangi, Sabtu (1/10/2016).

Mengusung nama Seblang pada nama sanggar batik miliknya, Umi bercerita, jika keluarganya memang memiliki hubungan keluarga dengan penari Seblang Bakungan, khususnya Anjani, Penari Seblang Bakungan periode 1965-1986.

"Mbah Anjani itu adik ipar nenek saya," tutur Umi lagi.

Produk batiknya yang dibandrol Rp 500 ribu hingga Rp 2,5 juta, tergantung tingkat kesulitan pada masing-masing motif, telah terkenal di kalangan pejabat dan turis asing. Umi mengaku dirinya mampu menjual 4 hingga 8 helai kain batik tulis dengan nilai transaksi Rp 3 juta hingga Rp 6 juta per bulan.

Ada cerita seru yang terjadi tahun 2012, di mana seorang warga negara Inggris, Andrew, berkunjung ke sanggarnya untuk membeli dua helai selendang gendong batik. Laki-laki yang tinggal di London tersebut mendadak kepincut selendang batik setelah melihat wanita-wanita Desa Wisata Kemiren Banyuwangi menggendong bayi mereka dengan selendang tradisional.

"Lucu sekali, dia laki-laki, orang asing, tapi ingin menggendong anaknya seperti ibu-ibu di Desa Kemiren menggendong bayi," ucap Umi sambil menahan tawa.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES