Peristiwa Daerah

Mata Air ‘Mistis’ Sumber Penawar Pengobat Berbagai Penyakit

Sabtu, 11 Juni 2016 - 18:00 | 429.54k
Kholid, warga Dusun Pakistaji, Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, sedang mengambil air dari mata air 'Sumber Penawar'. (Foto: Syamsul Arif/BanyuwangiTIMES)
Kholid, warga Dusun Pakistaji, Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, sedang mengambil air dari mata air 'Sumber Penawar'. (Foto: Syamsul Arif/BanyuwangiTIMES)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bukan Banyuwangi jika tak kaya dengan nuansa mistis nan ajaib. Seperti yang masih kental terasa di sebuah sumber mata air di Dusun Pakistaji, Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat. Oleh masyarakat sekitar, mata air tersebut dinamai Sumber Penawar.

Disebut Sumber Penawar karena air sumber diyakini mampu menjadi obat berbagai macam penyakit.

“Yang datang bukan saja dari Banyuwangi, kadang dari Surabaya, Malang, Jember sampai Bali,” ucap Kholid, warga setempat, Sabtu (11/6/2016).

Lokasi Sumber Penawar, sebenarnya cukup tersembunyi. Berada ditengah area pesawahan dan dikelilingi rimbunnya pepohonan. Untuk datang, pengunjung harus melewati jalan setapak dan pematang sawah. Sekitar sepuluh menit berjalan kaki, pengunjung akan disambut jalanan menurun dengan pepohonan lebat.

Sampai disini, siapapun bulu kuduknya pasti akan merinding. Kesan angker sangat terasa. Seperti di dalam gua, di kanan kiri setapak yang ada semak belukar dan pepohonan, Sedang dibagian atas tertutup rimbunnya dedaunan sehingga kesan rimbun dan gelap yang terasa.

Tak lama, nampak bangunan mirip plengsengan sungai berbentuk persegi yang nyaris tertutup tumbuhan menjalar.

“Dulu disitu tempat pemandiannya, tapi sekarang sudah rusak,” cetus Kholid.

Yang masih terlihat terawat hanyalah bagian sudut bangunan, yakni letak Sumber Penawar berada. Untuk memudahkan pengambilan air, oleh warga sekitar disitu dipasang pancuran terbuat dari batang pohon bambu.

Tempat ini dikeramatkan, karena diyakini sebagai peninggalan masa kerajaan Blambangan. Saat zaman penjajahan, Sumber Penawar dibangun oleh Belanda, dan dijadikan tempat pemandian menir dan noni Belanda.

Sekitar 30 tahun lalu pemugaran sempat dilakukan. Namun sayang, karena kurang mendapat perhatian, kini jadi terbengkalai.

“Tapi masih banyak orang yang kesini, selain membasuh diri mereka juga mengambil air untuk diminum di rumah, dijadikan obat,” pungkas Kholid. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Pasuruan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES