Ekonomi

Petani Budidaya Kerapu Menjerit

Jumat, 25 Maret 2016 - 14:51 | 102.62k
Petani budidaya ikan kerapu asal Desa Labuan, Kecamatan Brondong, Lamongan memeriksa ikan di tambak. (Foto: Ardiyanto/LamonganTIMES)
Petani budidaya ikan kerapu asal Desa Labuan, Kecamatan Brondong, Lamongan memeriksa ikan di tambak. (Foto: Ardiyanto/LamonganTIMES)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Ratusan petani tambak budidaya ikan kerapu macan dan kerapu cantang di Kecamatan Brondong dan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur terancam gulung tikar.

Penyebabnya, peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang mencabut izin peredaran kapal asing di perairan Lamongan. Kebijakan itu membuat petani budidaya ikan kerapu tidak bisa mengekspor hasil panennya ke Hongkong.

"Ikan sudah siap panen, tapi gak bisa ekspor ke Hongkong," ungkap Sukarno, petani budidaya ikan kerapu dari Desa Labuan, Kecamatan Brondong, Jumat (25/3/2016).

Bahkan, lanjut Sukarno, dirinya dan petani budidaya ikan kerapu lainnya bisa mengalami kerugian hingga puluhan miliar rupiah, jika tak ada perubahan kebijakan dari pemerintah.

"Bisa-bisa rugi banyak, apalagi sekarang karena dibiarkan saja setiap hari ikannya mati, mati dua, tiga," bebernya.

Untuk di ketahui, di Desa Labuan ini ada sebanyak 200 hektar yang dimanfaatkan petani sebagai lahan budidaya ikan kerapu. "Rata-rata panennya kita dapat 20 ton satu bulan, untuk harganya 1 kilo 100 ribu rupiah," ujarnya.

Disamping di hadapkan pada kematian ikan, petanj budidaya juga setiap hari masih harus mengeluarkan biaya untuk memberi pakan.

"Pekerjanya juga tetap kita bayar tiap hari," jelas Sukarno yang sudah menggeluti budidaya ikan kerapu selama 16 tahun silam.

Ia pun menyarankan pemerintah mau menyelamatkan nasib petani dengan menyediakan kapal pengangkut, sehingga petani budidaya ikan kerapu bisa mengekspor hasil panennya ke Hongkong.

"Supaya ekspor ikan kerapu bisa jalan lagi," pungkas Sukarno. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES