Peristiwa

Jimpitan, Sumbangan Sukarela yang Membuat Warga Kediri Mulai Sejahtera

Jumat, 26 Februari 2016 - 13:19 | 589.55k
Sutiyani, warga, menunjukkan rekap jimpitan. (Foto: Hakim/KediriTIMES)
Sutiyani, warga, menunjukkan rekap jimpitan. (Foto: Hakim/KediriTIMES)

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Jimpitan atau sumbangan sukarela yang jamak dilakukan masyarakat, biasanya di tingkat rukun tetangga, ternyata mempunyai daya guna tinggi. Modelnya pun berkembang seiring waktu.

Model yang umum digunakan, biasanya berupa beras sejimpit atau segenggam, yang dikumpulkan tiap sehari sekali.

Selain beras, biasanya juga berupa sejumlah uang tunai. Biasanya uang koin. Untuk nominal biasanya mulai dari Rp 500 atau sesuai dengan kesepakatan warga.

Jimpitan itu biasanya diletakkan pada wadah yang posisinya mudah dijangkau, misalnya ditempel di tembok bagian depan rumah.

Saban hari pula, ada petugas khusus yang mengumpulkannya. Petugas pengumpul itu juga multi fungsi. Biasanya adalah warga setempat yang kebagian tugas ronda jaga kampung. 

Sehingga, saat mengambil beras jimpitan, mereka otomatis akan berkeliling kampung dengan mengunjungi tiap rumah. Dengan demikian, pengawasan lingkungan juga menjadi maksimal.

Fungsi beras tersebut juga beraneka ragam. Saat jumlahnya sudah cukup banyak, bisa menjadi modal kas lingkungan. Sehingga bisa untuk menutup kebutuhan kegiatan-kegiatan sosial atau kegiatan sesuai kesepakatan warga.

Jimpitan Berkembang

Seiring waktu, tujuan maupun model jimpitan itu berkembang. Jika umumnya adalah beras dan uang tunai yang jumlahnya sangat minim, kini sudah melebar pada jenis uang tunai yang nominalnya lebih besar.

Bahkan jimpitan itu ada yang berkembang menjadi semacam tabungan dari masyarakat. Pengelolaannya dilakukan oleh lembaga struktur desa setempat. 

Seperti yang dilakukan oleh warga di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota Kediri, Kota Kediri ini. Di kelurahan itu, hampir setiap RT mempunyai jimpitan.

"Kami melakukannya sejak kisaran tahun 1997-1998 silam," ujar Jahroni saat ditemui, Kamis (25/2/2016).

Jahroni Lurah Rejomulyo menuturkan, pada awalnya, jimpitan yang berlaku di lingkungannya merupakan jimpitan pada umummnya. Lalu mulai dikembangkan ke jenis tabungan.

Dia menambahkan, salah satu ide yang mendasari pengembangan itu adalah, tidak semua anggota masyarakatnya mempunyai penghasilan tetap. 

Kondisi itu, cukup mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakatnya. Misalnya saja timbul kesan semacam jurang pembatas antara yang kaya dan miskin. 

"Kalau yang jadi karyawan, setiap tahun, kan dapat THR. La, kalau yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, kasihan, karena tidak ada uang untuk pemenuhan kebutuhan, " ujarnya.

Dari situ, kemudian muncul ide untuk membuat jimpitan tabungan. Teknisnya sama dengan jimpitan pada umumnya. Hanya pengelolaan dan tujuannya yang berbeda. 

Karena tabungan, uang tersebut tetap menjadi hak penabung.  Uang tersebut biasanya dibagikan setahun sekali, atau sewaktu-waktu jika penabungnya membutuhkannya.

Untuk nominal, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing penabung. Setiap kali jimpitan, petugas penjemput akan mencatatnya. Catatan itu tertempel di dinding rumah sebagaimana jimpitan umumnya.

Hanya saja, untuk petugas penjimpit, adalah warga sekitar yang mempunyai tanggung jawab khusus. Dia digaji dari uang yang dipotong dari tabungan tersebut. Potongan setiap penabung, biasanya Rp 50.000 pertahun.  

"Total saldo tabungan masyarakat, setiap tahunnya terus bekembang. Tahun kemarin mencapai Rp.1,39 miliar," aku Lurah Jahroni.

Tabungan itu, terus berkembang. Diantaranya dengan adanya simpan pinjam dan pola lainnya. Sistem dan manajemen yang baik inilah yang kemudian mampu terus bertahan.

Bagi Sutiyani, seorang warga, jimpitan ini membuatnya cukup terbantu. Setiap hari, dia mampu menyisihkan Rp 10.000 dari usahanya berjualan es, untuk jimpitan.

Hasil jimpitan selama ini juga sudah dia rasakan. Yakni dapat diandalkan dan pencairannya tidak ribet saat tiba-tiba ada keperluan mendesak.

"Kalau nabung sendiri di rumah, gak pernah bisa terkumpul uangnya. Keambil terus." kata warga RT 04 RW 04 ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES