Ekonomi

Djumain, Ubah Pinus Jadi Kerajinan Kayu Bermutu

Senin, 21 Desember 2015 - 11:36 | 76.27k
Djumain perajin kerajinan dari kayu asal Dusun Ngemplak Desa Beji, kecamatan Junrejo, Batu, Senin (21/12/2015). (foto: m agus salim/batutimes)
Djumain perajin kerajinan dari kayu asal Dusun Ngemplak Desa Beji, kecamatan Junrejo, Batu, Senin (21/12/2015). (foto: m agus salim/batutimes)

TIMESINDONESIA, MALANG – Tekun dan terus belajar menjadi kunci pengrajin kayu asal Kota Batu, Djumain dalam berbisnis kerajinan kayu.  

Bertempat jalan Damun, Dusun Ngemplak Desa Beji, kecamatan Junrejo, Batu pria 52 tahun ini memulai bisnisnya sejak 1997 lalu. Sebelumnya Djumain merupakan pegawai di tempat pembuatan kerajinan dari kayu.

Kerajinan kayu yang Ia tekuni bervariatif, mulai dari hiasan dinding, kaligrafi, cindera mata, dan mebeler seperti kursi, pintu, lemari. Djumain membuat kerajinan dari kayu pinus, mahoni, randu, dan jenis kayu lainnya.

Dalam satu bulan, Ia menerima pesanan hasil kerajinan kayu hingga ratusan biji dan itu hanya untuk satu jenis kerajinan, dan pada bisnis yang Djumain tekuni memiliki puluhan jenis hasil kerajinan kayu.

"Satu jenis bisa 300 sampai 400 biji perbulanannya. Dan harganya bervariatif, mulai dari Rp 5000 sampai Rp 100 ribu per bijinya," ujar Djumain saat ditemui di tempat kerjanya, Senin, (21/12/2015). Dalam satu bulan Ia bisa memperoleh omset hingga puluhan juta.

Permintaan hasil kerajinan kayunya dari berbagai daerah di Indonesia juga sampai di luar negeri, mulai dari Kota Batu sendiri, Kalimantan, Sumatera hingga Brunai dan Malaysia.

Menurut Djumain, hingga saat ini banyak orang memesan kerajinan dari dirinya karena kerajian yang Ia buat bisa menyesuaikan dengan kemampuan dan desain yang diminta dari pemesan.

"Desainnya bisa dari yang memesan. Kadang ada yang membawa contoh desain, dan dengan sedikit tambahan biar tidak sama seperti contoh yang dibawa," ungkapnya.

Tingginya angka tersebut, tak semua Djumain penuhi, bukan karena bahan yang tidak ada melainkan tenaga kerja atau pegawai yang masih minim.

"Kalau banyak, malah saya membatasi, karena tenaga kerja hanya 6 orang saat ini," ujarnya.

Tekun, ulet dan jujur dalam bekerja. Menurutnya hal itu harus dimiliki oleh pegawai yang bekerja di tempat kerajinannya.

"Jika kayu 1 meter bisa jadi 10 kerajinan, ya harus jadi segitu. Jika pegawai yang tidak jujur bisa kurang dari itu. Dan sisa-sisa kayu harus bisa dimanfaatkan juga," jelasnya.

Hal itulah yang membuatnya harus benar-benar selektif dalam memilih pegawai. "Lebih baik membatasi diri dari pesanan melihat kemampuan pengerjaan, dari pada nanti malah merugi dan membuat kecewa dengan melihat hasil kerajinan," ungkapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : =

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES