Positive News from Indonesia

Abdya Aceh Jadi 'Target Operasi', Pasukan Khusus TNI Ditugaskan Wujudkan Mimpi

Jumat, 22 Maret 2024 - 14:41 | 18.91k
Salah seorang warga tani duduk di jembatan plat seraya menatap tajam arah pembukaan jalan program TMMD di Alue Manggota, Abdya. (FOTO: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)
Salah seorang warga tani duduk di jembatan plat seraya menatap tajam arah pembukaan jalan program TMMD di Alue Manggota, Abdya. (FOTO: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, ACEH – Fajar kian menyingsing. Dari ufuk timur, gemulai sang surya mulai menunjukkan binar. Kilau yang dipancarkan elegan, bak kerlap-kerlip lampu hiasan. Indah, ya memang indah, seindah kenangan cinta yang tak mudah dilupakan. Namun ini bukanlah kisah percintaan dua insan, akan tetapi harap yang telah sekian purnama diimpikan dan ingin terwujudkan.

Kokokan ayam yang terdengar sejak fajar telah buyar. Kicauan burung merdu sahut-sahutan, mereka seakan bernyanyi riang untuk menyambut hari yang cerah nan gemilang. Butiran embun yang tadinya tersangkut di dedaunan pun berguguran namun tidak dengan harapan, karena pantasnya cita-cita dan impian digantung di tempat yang sangat tinggi menjulang.

Begitu pun dengan warga pedalaman Desa Alue Manggota, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Provinsi Aceh. Terlebih inginnya petani, mereka tidak berharap banyak. Pejuang kesuburan tanah Indonesia hanya berhasrat lebih sejahtera dan bisa menikmati indahnya kemerdekaan seperti yang dirasakan masyarakat di perkotaan. Inilah impian, diharap akan menjadi kenyataan dan tersampaikan.

Pagi itu, suara 'plup plup plup' sayup-sayup terdengar serempak kaki kuat menapak. Samar-samar sekelompok tubuh berbadan tegap dan gagah terlihat tampak. Mereka mengenakan atribut lengkap, baik baret, seragam, juga perlengkapan 'perang'. Diselimuti kabut keremangan, suasana terkesan seram dan menakutkan. Hawa sejuk yang dipasung sunyi di daerah pegunungan Kota Dagang itu terasa semakin dingin menusuk ari-ari. Bulu yang tumbuh di permukaan kulit pun menjuntai, entah ketakutan atau karena kegirangan.

Di bawah komando pimpinan, sepasukan elit berseragam loreng kehijauan berjalan kompak. Dengan penuh semangat perjuangan dan gelagatnya serta didukung senjata perang, tak ayal meraka dipastikan akan menang saat menggempur medan pertempuran. Mereka memiliki senjata canggih, dimungkinkan kalibernya bisa menyasar jarak hingga 3.032 meter saat bertempur.

Alat-berat-jenis-bulldozer.jpgAlat berat jenis bulldozer yang digunakan untuk membuka jalan tani di Alue Manggota, Abdya. (FOTO: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

Selang beberapa waktu, seorang pria yang berjalan di kanan barisan memerintahkan senada berteriak, "hentiiii grak,". Usai diberikan aba-aba peringatan, suara hentakan sepatu yang terdengar cukup nyaring di gendangan hilang bersamaan. Usai itu, pasukan yang masih dalam barisan diarahkan untuk beristirahat seraya menikmati sejuknya hawa dingin di kaki gunung Alue Rameulah dan gunung Bate Meugapu di desa setempat. Mereka akan melakukan aksi heroik yang akan dikenang dan menjadi bukti catatan sejarah.

Usut punya usut, mereka adalah personel Kodim 0110/Abdya. Mereka dipastikan akan bertempur di arena pengharapan. Senjata yang dibawa tim ini juga tidak sembarang, dimulai dari martil, sungkur, pacul, wagon.  Memang lain dari yang lain. Lawan pasukan tempur terlatih ini pun bukanlah musuh kenegaraan, tetapi rasa takut akan perubahan dan ketidakpastian, seperti janji mantan dalam kisah percintaan. Ya cinta. Mereka punya rasa, cinta, kasih dan sayang.

Bukannya takut, kedatangan pasukan ini malah membuat warga haru. Paras yang telah sekian lama tampak layu kini kembali subur. Wajah warga tidak seperti biasa, senyumnya tampak semakin jelas. Dengan sumringah dan penuh kegembiraan, satu-persatu warga mulai berjalan menuju 'padang ban' (lapangan bola kaki), tujuannya untuk menjadi saksi bahwa tanah leluhur mereka akan menjadi tempat mengucurnya peluh pasukan. Bukan itu saja, kehadiran personel TNI juga untuk 'membantai' musuh bebuyutan petani sejak puluhan tahun silam. Bahkan, terdengar kabar bahwa para pasukan akan melakukan operasi khusus yang ditugaskan langsung dari atasan.

Ternyata, perlengkapan perang yang dibawa oleh personel khusus ini tidak digunakan untuk memporak-porandakan benteng pertahanan musuh, namun demi kemajuan dan mewujudkan cita-cita yang telah lama diimpikan warga. Dibawakan martil atau palu, sungkur atau sekop, pacul atau angkul, dan wagon adalah gerobak sorong semata-mata untuk menjalankan tugas mulia yang telah diprogramkan dalam TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-119 Reguler Tahun 2024.

Kedatangan mereka disambut hangat oleh warga. Rasa syukur dan haru menyelimuti dinginnya suasana. Bukan tanpa alasan, warga telah lama menginginkan adanya japan akses untuk bepergian ke ladang pertanian. Sehingga nantinya mereka bisa lebih mudah mengangkut hasil panen bahkan dengan menggunakan kendaraan. Kini, TNI akan menjawab secercah asa warga untuk mencapai kesejahteraan melalui program TMMD di Bumi Persada Abdya.

Beni-Maradona.jpgDandim Abdya Letkol Inf Beni Maradona menyapa seorang nenek-nenek yang hendak melintasi jembatan plat yang dibangun TNI. (FOTO: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

Pada Selasa, 20 Februari 2024 lalu, berbagai tahapan untuk menyelesaikan pembukaan jalan dalam program TMMD ke-119 yang mengusung tema "Darma Bakti TMMD Mewujudkan Percepatan Pembangunan di Wilayah" mulai dikerjakan. Memang berat, namun TNI bersama dengan rakyat terus berpacu dengan waktu yang telah ditentukan selama 30 hari, yaitu akan berakhir pada 20 Maret 2024. Semangat perjuangan kian ditingkatkan, bahkan berbagai tahapan pekerjaan dilakukan dengan riang. Bukan hanya terlihat dari raut warga saja, namun juga terpampang jelas dari wajah personel TNI. Senyumnya manis dan ikhlas habis, gak ada obat pokoknya.

Berawal dari cinta TNI untuk kemajuan Indonesia, para personel mulai mengukur panjang dan lebar lahan yang akan dijadikan jalan untuk memperlancar transportasi di ladang pertanian. Setelah pengkavlingan dilalui, tim gabungan TMMD mulai memanfaatkan 'senjata pamungkas' pembangunan. Sekop dan cangkul digunakan untuk menggali dan meratakan bahu jalan, sedangkan gerobak sorong sebagai sarana pengangkut tanah urug galian. Sementara, martil yang tadinya tidak berfungsi, kini telah ada manfaatnya. Dentuman keras suara martil menumbuk paku di papan pondasi, seakan menjadi alunan musik bergenre country.

Tak lepas dari itu, kicauan burung di daerah pedesaan seolah ikut bernyanyi untuk menyemangati masyarakat dan personel TNI. Puasa Ramadan bukanlah penghalang, semangat perjuangan semakin terpatri di hati demi bumi pertiwi. Sengatan matahari yang hampir pecah di ubun-ubun pun tidak membuat mereka gerah, karena semua pekerjaan dilakukan penuh gairah. Warga dan personel bekerja dengan ikhlas dan penuh harap demi pembangunan daerah.

Peluh keringat memang mengucur, namun hasrat personel TNI untuk membangun negeri ini tidaklah hancur. Sesuai dengan slogannya, 'Bersama Rakyat, TNI Kuat' menjadi sebuah acuan dalam pembangunan jalan penghubung desa itu. Kini, jalan yang dibangun TNI dengan panjang keseluruhan 3.032 meter tersebut telah dapat dirasakan manfaatnya oleh warga. Terlebih petani, mereka mulai lancar membawa hasil panen pertanian untuk dijual kepada agen dan tengkulak.

Pelaksanaan program TMMD di Desa Alue Manggota penuh perjuangan. Pasalnya, dengan menempuh jarak sekitar sekitar 358 kilometer dari Kota Banda Aceh yang merupakan pusat ibu kota Provinsi Aceh tersebut, maka akan menyita waktu sekira 6 jam 15 menit menuju ke Blangpidie, Abdya. Setelahnya, untuk mencapai titik lokasi pembangunan program TMMD dari Blangpidie, sekitar 10 kilometer jarak temput harus kembali dilalui sehingga bisa mencapai desa yang berpenduduk 1.124 jiwa itu.

Sasaran Insfrastruktur Jawab Asa Petani

petani-Alue-Manggota.jpgSeorang petani Alue Manggota, Blangpidie melintasi jalan yang baru dibuka dalam program TMMD ke-119 Kodim Abdya. (Foto: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

Di atas jembatan plat berwarna putih yang berdiri kokoh dan termasuk dalam program TMMD ke-119 ini, Safrial (65) seorang petani warga Desa Alue Manggota, Blangpidie kepada TIMES Indonesia memulai pembicaraan. Pria berbadan kekar itu menceritakan bahwa jauh sebelum adanya tahapan program ini, lahan pertanian warga merupakan kawasan perkebunan produktif. Namun lambat laun, warga diberatkan dengan sulitnya akses untuk menuju ke lahan kebun sehingga sebagian lahan menjadi semak belukar bahkan di antaranya juga ditelantarkan.

Dalam kilas balik Safrial mengungkapkan, selama ini warga mengidamkan adanya program-program positif yang bisa membuka badan jalan di daerah tersebut, akan tetapi impian tersebut terpaksa harus diurungkan dengan alasan berbagai hal. Setelah adanya rencana program TMMD ke-119 Kodim 0110/Abdya, warga petani kembali bergairah untuk menjadikan lahan pertanian sebagai tempat peruntungan demi meningkatkan perekonomian.

"Jika diibaratkan, warga menginginkan program ini bagaikan pungguk merindukan bulan. Syukur Alhamdulillah, sekarang bulan telah ada dipangkuan. Kita akan bekerja sama dan nanti juga akan menjaganya," kata Safrial seraya tersenyum bahagia.

Seraya duduk dengan tumpuan tangan di jembatan plat itu, pria berkaos loreng pemberian kerabatnya personel TNI tersebut menatap badan jalan yang telah hampir selesai dikerjakan dengan rasa haru. Lengan tangannya yang berurat menandakan dia pekerja keras. Safrial yang kesehariannya mengabdi di lahan pertanian kini telah memiliki harapan, ya dia berharap dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Apalagi di usianya yang telah matang itu, kakek dua cucu tersebut dapat menikmati hari tuanya dengan menghirup udara segar dan menghasilkan pundi-pundi rupiah dari hasil penen di lahan kebunnya.

"Jika boleh saya jujur, program TMMD ini terobosan luar biasa yang dilakukan TNI. Jika TNI kuat bersama rakyat, maka bersama TNI rakyat merasakan nikmat," kias Safrial.

Bagi warga Desa Alue Manggota yang dominannya berprofesi sebagai petani itu, pembangunan jalan yang akan segera rampung tersebut sangat menguntungkan. Mereka tidak lagi harus bertaruh nyawa untuk untuk menyusuri jalan setapak yang rimbun dengan semak belukar. Akhirnya mimpi mereka bisa merasakan nikmatnya keindahan atas program peningkatan dan pembangunan jalan usaha pertanian dari TNI terwujud.

"Dulu kita takut-takutan untuk ke kebun. Selain harus bertarung dengan tumbuhan liar, kita juga harus mampu melawan rasa takut jika tiba-tiba muncul binatang buas. Alhamdulillah sekarang kami petani sudah berani, bahkan bisa berlalu lalang di jalan yang telah dibangun oleh TNI," ujarnya.

Dari pernyataan Safrial, setelah program TMMD ini direncanakan, banyak warga yang berencana akan kembali memanfaatkan lahan tidur untuk program penggarapan. Padahal sebelumnya masyarakat juga berniat untuk memanfaatkan lahan subur tersebut namun harus diurung, penyebabnya karena tidak tersedia akses menuju lahan pertanian. Dengan adanya program tersebut, dipastikan lahan produktif akan kembali bertambah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga.

Suasana sejuk yang disuguhkan kaki pegunungan Kota Dagang, Abdya menambah kesan romantika. Hamparan tanaman yang menjadi pusat perhatian juga menjadikan durasi perbincangan TIMES Indonesia dengan Safrial bertambah. Petani itu menuturkan, kabupaten yang dikenal dengan julukan 'Bumoe Breuh Sigupai' dan berada di garis globe yang subur. Bahkan sejak dulu tambahnya, daerah tersebut juga merupakan wilayah termashur. Dengan hasil ladang seperti rempah-rempah berkategori unggul, maka dimungkinkan hasil tani dan kebun warga akan kembali menjadi incaran. Dia yakin, perekonomian masyarakat akan kembali bangkit karena hasil pertanian dan perkebunan bisa didiangkut dengan mudah.

"Terima kasih saya ucapkan kepada jajaran TNI, bapak Dandim 0110/Abdya, personel yang telah membantu, dan untuk semua pihak yang telah menjawab asa kami petani Alue manggota," pungkas Safrial seraya beranjak karena hampir tibanya waktu salat Zuhur.

Kemanunggalan Wujudkan Mimpi

Sementara itu, Komandan Kodim (Dandim) 0110/Abdya, Letkol Inf Beni Maradona menjelaskan, kegiatan program TMMD yang dikerjakan pihaknya sebagai bentuk terobosan percepatan pembangunan pedesaan, selain itu juga untuk meningkatkan kemanunggalan TNI dengan masyarakat. Selain itu, program tersebut juga sebagai upaya kemanunggalan antara TNI dan masyarakat untuk meningkatkan rasa kekompakan dan tali persaudaraan.

Selain dengan menggunakan anggaran yang bersumber dana dari Mabes TNI dan dari Pemkab Abdya, untuk melaksanakan semua rangkaian item yang telah diprogramkan baik fisik maupun non fisik, Dandim Abdya itu juga telah menugaskan personel Kodim Abdya sebanyak 129 personel, dibantu personel Polres Abdya 5 personel, dari Pemkab Abdya 16 orang sedangkan masyarakat juga diutuskan dalam kegiatan ini sebanyak 15 orang. Tujuannya, agar program TMMD di Abdya kali ini dapat lebih maksimal.

Dansatgas TMMD Reguler ke-119 Kodim 0110/Abdya itu berharap agar program pembanguan fisik yang dilaksanakan tersebut dapat memberi manfaat untuk warga sekitar, terutama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Apalagi pada pelaksanaan TMMD kali ini TNI memiliki beberapa item yang akan dibangun di Alue Manggota, seperti pembukaan jalan ruas 1 sepanjang 1.132 meter dengan lebar 8 meter, pembukaan jalan ruas 2 sepanjang 1.900 meter dengan lebar juga 8 meter.

Pada program TMMD kali ini juga, jelas Maradona, para personel Kodim Abdya dibantu masyarakat dan Pemkab Abdya juga akan melakukan penimbunan jalan ruas 1 sepanjang 175 meter luas 5 meter, timbun jalan ruas 2 dengan panjang 150 meter dan lebar 5 meter. Selain itu, program fisik lainnya juga menyasar gorong-gorong dua titik, pembangunan jembatan darurat dan jembatan plat serta pembangunan satu unit rumah layak huni untuk dhuafa.

"Program ini merupakan bentuk perhatian dan kepedulian TNI kepada masyarakat. Kita menginginkan warga lebih maju. Program ini juga untuk meningkatkan rasa empati terhadap sesama. Seperti pembukaan jalan perkebunan, diharapkan dapat memudahkan warga terutama dalam hal transportasi," ujar Letkol Inf Maradona kepada TIMES Indonesia.

Maradona menambahkan, permasalahan yang dihadapi warga di Alue Manggota sebenarnya sudah terjadi sejak lama, penyebabnya karena jalan akses tidak tersedia. Akibatnya, hasil pertanian warga yang telah dipanen di kebun tidak bisa dibawa pulang untuk dijual atau dimanfaatkan. Selama ini, lahan yang seharusnya bisa menghasilkan panen melimpah karena kesuburan tanah terpaksa menjadi lahan tidur.

"Program TMMD ke-119 Reguler Kodim 0110/Abdya ini kita jadikan sebagai momentum untuk melakukan percepatan pembangunan dan kemajuan untuk desa. Karena warga berharap, InsyaAllah TNI akan menjawab dengan memberikan hal positif dan terbaik untuk masyarakat," pungkas Maradona.

RTLH Milik Janda Jadi Istana

Kasdam-IM-bersama-Forkopimkab-Abdya.jpgKasdam IM bersama Forkopimkab Abdya meninjau RTLH yang telah direhab dalam program TMMD ke-119. (Foto: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

Selain pembangunan fasilitas umum, TMMD kali ini juga menyasar pembangunan dan rehab rumah tidak layak huni (RTTH) milik Arjunawati (42), warga Desa Alue Manggota, Blangpidie, Abdya. Pembangunan rumah layak huni untuk seorang janda beranak tiga tersebut dikerjakan secara gotong royong. Kegiatan ini tidak hanya akan memberikan Arjunawati bersama keluarganya tempat tinggal yang layak, akan tetapi juga dapat meningkatkan semangat kebersamaan dan gotong royong di antara warga dengan TNI.

Rezeki tidak akan tertukar karena Tuhan Maha Tahu. Hal itu dirasakan Arjunawati dan ketiga belahan hatinya. Selama ini, mereka terpaksa tinggal di rumah tidak layak huni setelah berpisah dengan suaminya sekitar 25 tahun yang lalu. Diceritakannya, anak sulung kesayangannya saat ini tengah mengadu nasib ke perantauan Negeri Jiran Malaysia, anak kedua membantu pekerjaan rumah, sedangkan anak sulungnya bernama Hetti Anjela (17) masih duduk di bangku pendidikan.

Perjuangan pedih nan menyanyat hati yang dialami Arjunawati akhirnya terjawab. Bagaikan ketiban rezeki nompok, tiba-tiba ia mendapat kabar bahwa rumah yang telah lama ditempatinya akan direhab karena termasuk dalam program kemanunggalan TNI. Kini, berkat program TMMD ke-119 Kodim Abdya, Arjunawati bersama keluarganya akan segera memiliki dan menempati rumah layak huni dan nyaman.

Dengan terbata-bata, Arjunawati meluapkan isi hatinya. Linangan air matanya pecah menceritakan kepedihan hidupnya selama ini. Kondisi bangunan rumah semi permanen yang ditempatinya itu berkontruksi papan yang telah lapuk dan bocor saat hujan. Bahkan terkadang, ia terpaksa harus rela pasang badan untuk melindungi anak-anaknya dari terpaan angin dan dinginnya air ketika musim hujan melanda.

"Mau bagaimana lagi, hanya ini rumah yang kami punya untuk kami tempati. Alhamdulillah TNI telah manjadikan rumah kami sebagai istana," keluh Arjunawati saat dijumpai TIMES Indonesia dikediamannya.

Meski dikatakan tak layak huni, rumah itu tempat ternyaman menurutnya. Akan tetapi, Kak Wati --sapaan akrab Arjunawati__ khawatir sewaktu-waktu anaknya yang masih sekolah akan terganggu suasana belajarnya. Menjadi orang tua tunggal bagi Arjunawati bukanlah perkara yang gampang, puluhan tahun dia terpaksa harus mengolah otak untuk tetap bisa membesarkan dan berharap anak-anaknya 'jadi orang', sehingga bisa memperbaiki perekonomian keluarga.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ibu dari Hetti tersebut harus rela bekerja serabutan, seperti menjadi tukang cuci, tukang sapu, berjualan, hingga membantu petani baik saat tanam padi maupun panen. Dari hasil bekerja serabutan, Arjunawati akan membeli kebutuhan pokok, agar anak-anaknya tetap bisa makan. Tak kuasa, air mata ibu tiga anak itu kembali meratapi tentang kepahitan hidup yang ia alami. Pernah suatu hari ketika anaknya masih kecil-kecil, tambahnya, ketika ia sakit anak-anaknya terpaksa harus menahan lapar karena tidak ada persediaan makanan. Dari itu, semangat Arjunawati bertambah bangkit untuk menjadi tulang punggung keluarga.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada TNI yang akan membangun kembali rumah saya. Sekarang saya dan anak-anak bisa tinggal di tempat yang nyaman dan aman," kata Arjunawati dengan suara bergetar sambil menyeka air mata dan tersenyum bahagia.

Bangun Kesadaran dari TMMD

TMMD Reguler ke-119 Kodim 0110/Abdya tidak melulu semuanya pada pembangunan fisik semata, program TNI-AD tersebut juga menyasar pembangunan kesadaran masyarakat. Dengan berbagai sosialisasi dan pelaksanaan yang disiapkan dengan matang, program non fisik pun tak kalah menarik dan pastinya dibutuhkan juga bermanfaat untuk warga. Bahkan, beberapa item Program Unggulan Kasad TNI-AD juga dilaksanakan.

Untuk kegiatan nonfisik, Kodim Abdya juga telah melaksanakan berbagai item seperti penyuluhan pertanian, penyuluhan kehutanan, penyuluhan posbindu, penyuluhan stunting, penyuluhan narkoba, penyuluhan hukum, penyuluhan wasbang. Kemudian, program non fisik lainnya dan termasuk dalam program unggulan Kasad ialah penaburan bibit ikan, penanaman bibit pohon, ketahanan pangan, serta manunggal air. Kesemua program-program tersebut telah berhasil dilaksanakan oleh Satgas TMMD Kodim Abdya sebelum tiba waktu yang telah ditetapkan.

Dampak Positif TMMD

Dalam program sasaran fisik pembukaan jalan perkebunan petani pastinya dapat memberikan manfaat banyak pihak, seperti warga terutama petani dan pekebun. Dalam hal ini, petani bisa dengan mudah mengakses lahan perkebunan dan membawa hasil panen dengan kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan warga dan bisa meningkatkan perekonomian. Selanjutnya manfaat langsung dari pembangunan jembatan plat dan jembatan darurat adalah untuk meningkatkan kelancaran transportasi.

Di tempat yang sama, dalam program TMMD ke-119 Kodim Abdya ini juga dilakukan pemasangan gorong-gorong. Tujuan utama pembangunan untuk memudahkan warga dan bisa menanggulangi bencana banjir karena terjadinya sumbutan air. Selama ini, warga setempat harus menempuh jalan tersebut dengan menyeberangi sungai. Dengan adanya pemasangan gorong-gorong dan pembangunan jembatan, kini warga petani sudah bisa mengangkut hasil kebun melalui jalan tanpa harus menyeberangi sungai.

Pembangunan fisik lainnya menyasar perehaban rumah milik janda anak tiga atas nama Arjunawati (42). Dengan adanya bantuan rumah rehab dari program TMMD untuknya, maka janda tersebut bisa mendapatkan rumah layak huni dan nyaman untuk diitempati.

Sementara dampak positif sasaran non fisik seperti penyuluhan pertanian akan berdampak sebagai upaya untuk menghasilkan SDM yang mampu membangkitkan semangat pembangunan pertanian yang kompeten. Sehingga nantinya akan tercipta petani yang tanggung, better farming, better bussines, better living dan lingkungan lebih baik. Kemudian, dalam penyuluhan ini petani dan pekebun juga mendapatkan pelajaran dan mengetahui informasi terbaru tentang dunia pertanian dan perkebunan.

Untuk penyuluhan kehutanan yang juga termasuk dalam program ini, berguna agar masyarakat dapat mengetahui tentang hutan dan tidak merusaknya. Penguluhan ini bertujuan agar warga dapat menjaga kelestarian hutan. Kemudian, juga sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan sehingga warga mengetahui tata cara tantang kehutanan dan manfaatnya.

Sementara penyuluhan posyandu dan posbindu yang dilaksanakan di Desa Alue Manggota, tujuannya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini terkait penanganan kesehatan. Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Selanjutnya juga dilaksanakan penyuluhan stunting, pada kegiatan ini penyuluh mensosialisasikan tentang pelayanan dan peninjauan KB dan antisipasi stunting, warga dapat mengetahui masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama terhadap anak, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (stunting) dari standar usianya. Karena pada dasarnya, stunting dapat berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak. 

Sudah sejak lama, narkoba menjadi musuh negara dan musuh semua. Oleh karenanya, sebagai upaya dan kepedulian Kodim 0110 terhadap anak bangsa, dalam program TMMD juga melakukan penyuluhan narkoba kepada siswa dan siswi. Dengan adanya penyuluhan ini, peserta dapat mengetahui dan menambah wawasan terhadap akibat bahaya narkoba. Tujuan utamanya agar mereka juga dapat menjaga diri dan menjadi penggiat yang anti akan narkoba di lingkungannya.

Penyuluhan yang termasuk dalam program TMMD Kodim Abdya juga menyasar pada penyuluhan hukum yang dilaksanakan di Desa Alue Manggota. Penyuluhan ini bertujuan untuk dapat berkembangnya pengetahuan hukum sehingga akan tercipta kesadaran dan kepatuhan hukum demi tegaknya supremasi hukum di NKRI. Dengan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan anak bangsa dapat menjaga diri dari perbuatan yang melanggar hukum dalam kehidupan bermasyarakat.

Terakhir, dalam program ini juga meliputi penyuluhan wawasan kebangsaan (wasbang) di SMAN 1 Blangpidie, Abdya. Tujuan dari penyuluhan ini untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga, para peserta penyuluhan dapat meningkatkan kecintaannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam program TMMD Reguler ke-119 Kodim 0110/Abdya ini juga menyasar Program Unggulan Kasad TNI-AD, yaitu program manunggal air yang dilaksanakan di Desa Alue Dawah, Babahrot. Terakhit program penaburan bibit ikan dan penanaman pohon di Desa Panton Abdya, Blangpidie, Abdya. Suksesnya seluruh kegiatan yang telah diprogramkan hanya dengan bermodalkan peralatan perang canggih yang dikerahkan, untuk TNI di Aceh 'bantai musuh' demi meraih kemerdekaan. Hal itu juga berlandaskan cinta, dengan program TMMD di pegunungan Kota Dagang mampu mewujudkan harapan warga.

Puncak TMMD ke-119 di Abdya

Pelaksanaan-apel-penutupan-TMMD-ke-119.jpgPelaksanaan apel penutupan TMMD ke-119 Kodim Abdya di lapangan bola kaki Desa Alue Manggota. (Foto: T. Khairul Rahmat Hidayat/TIMES Indonesia)

Setiap adanya kata pertemuan dipastikan ada perpisahan, namun tetap dengan komitmen untuk merajut kekompakan dan kebersamaan. Hal itu menggambarkan program TMMD di Alue Manggota yang diinisiasi oleh Kodim 0110/Abdya telah mencapai puncaknya. Secara resmi, penutupan kegiatan tersebut ditandai dengan upacara di Lapangan Bola Kaki Alue Manggota, Blangpidie yang dipimpin oleh Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) Iskandar Muda Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Hadi Basuki.

Dalam upacara tersebut, jenderal bintang satu itu menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah daerah dan masyarakat, yang ikut berpartisipasi sehingga program TMMD tersebut berjalan sukses. Lulusan Akmil tahun 1991 dari kecabangan Infanteri ini menyebutkan bahwa, program TNI-AD ini bertujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan merangkul berbagai elemen mulai dari masyarakat, prajurit TNI, anggota kepolisian, dan pemerintah daerah, telah bekerja sama dengan semangat gotong royong untuk menyelesaikan program kerja TMMD ke-119. Dia juga menyebutkan, pentingnya sinergitas dan kerja sama antara TNI dan rakyat untuk membangun pertahanan negara yang tangguh untuk dapat mendukung pembangunan nasional. 

"Penutupan TMMD ke-119 ini merupakan simbol dari keberhasilan dan dampak positif yang telah diberikan kepada masyarakat di Desa Alue Manggota, Abdya, menandai langkah maju dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat," kata Basuki.

Apresiasi Tokoh

Program TMMD yang diinisiasi Kodim 0110/Abdya mendapat respon positif dan apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya Penjabat (Pj) Bupati Abdya, H Darmansah, SPd. Kepada awak media ia mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi atas kepedulian TNI yang telah membantu daerah dalam menyelesaikan persoalan daerah. Terlebih memilih Desa Alue Manggota yang terletak di desa terpencil sebagai sasaran TMMD ke-119 ini, Kodim Abdya dinilai mampu merajut asa petani dan warga. Dengan adanya prgram tersebut, maka pemerintah daerah juga akan terbantu.

"Pastinya kita sangat bersyukur. Semoga program-program positif seperti ini sering-sering diadakan di Abdya, guna untuk mempercepat pembangunan daerah," ujar Pj Bupati Darmansah.

Selanjutnya, hal serupa juga disampaikan Kepala Desa (kades/keuchik) Alue Manggota, Teuku Fakri. Disebutkan bahwa melalui program kepedulian TNI terhadap kemajuan, impian yang telah lama diidamkan masyarakat akhirnya dapat terwujud. Apalagi sebelumnya, banyak fasilitas tersedia yang tidak berfungsi kini telah dapat difungsikan dengan baik. Seperti misalnya jalan perkebunan, rumah layak huni serta telah dapat menambah wawasan warga dalam hidup bermasyarakat.

Menurutnya, kekuatan militer bukan hanya diukur dari lengkapnya persenjataan saja. Akan tetapi lebih dari itu, TNI bisa berbaur dengan rakyat untuk bekerja sama menciptakan kesejahteraan adalah kekuatan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Mengenai program TMMD yang bernilai positif ini, Teuku Fakri menilai bahwa hal itu dapat meningkatkan akselerasi pembangunan di pedesaan. Karena sesungguhnya, apa bila rakyat di desa sejahtera maka kekuatan secara nasional juga akan tumbuh dengan sendirinya.

"Alhamdulillah, walaupun program yang telah dimulai sejak tahun 80-an laku, namun hingga saat ini program tersebut masih berjalan dan dapat sangat menguntungkan masyarakat. Jika program-program positif seperti ini terus digalakkan, maka saya yakin seluruh daerah akan maju dan lebih berkembang," katanya.

Ia juga mengapresiasi semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh warga dan Satgas TMMD 119 dalam membangun sejumlah infrastruktur pada program tersebut. Kegiatan ini tidak hanya membangun rumah dan jalan, tetapi juga membangun semangat kebersamaan dan gotong royong di antara warga. Program TMMD juga meliputi pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, pemanfaatan, serta kesadaran warga.

"Program TMMD merupakan wujud nyata kepedulian TNI terhadap masyarakat. Program ini telah membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Terima kasih TNI," kata Teuku Fakri.

Kegiatan kemanunggalan yang dulu dikenal dengan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Masuk Desa tersebut merupakan wujud kepedulian TNI untuk membantu pemerintah daerah dalam memberdayakan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi warga yang berada di daerah desa terpencil. Program TMMD sebagai bentuk sinergi dan dedikasi TNI yang dilaksanakan di Desa Alue Manggota, Blangpidie, Abdya ini juga dapat mendukung dan mendongkrak perekonomian masyarakat, daerah bahkan nasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES