Peristiwa Internasional

Pesawat NASA Akan Lakukan Misi Bunuh Diri Menabrak Asteroid

Sabtu, 24 September 2022 - 11:21 | 42.40k
Ilustrasi ini menggambarkan pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART) NASA sebelum menabrak sistem asteroid biner Didymos.(FOTO: NASA).
Ilustrasi ini menggambarkan pesawat ruang angkasa Double Asteroid Redirection Test (DART) NASA sebelum menabrak sistem asteroid biner Didymos.(FOTO: NASA).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pesawat NASA, DART (Double Asteroid Redirection Test) atau Uji Pengalihan Asteroid Ganda, Senin (26/9/2022) besok akan melakukan bunuh diri dengan menabrak asteroid biner Didymos.

'Bunuh diri' DART NASA menabrak asteroid Didymos itu adalah bagian dari uji coba yang dinanti-nantikan selama puluhan tahun dalam rangka upaya menyelamatkan bumi dari kejatuhan asteroid di masa depan.

Asteroid Didymos sendiri merupakan bulan kecilnya asteroid besar,  Dimorphos

Asteroid Didymos sebenarnya tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi, tetapi misi ini akan menjadi sangat penting karena untuk menguji teknologi yang bisa digunakan untuk mempertahankan planet kita dari potensi bahaya asteroid atau komet yang mungkin terdeteksi meluncur ke arah bumi di masa depan.

Dimorphos berjarak 11 juta kilometer (6,8 juta mil) jauhnya dari Bumi dan bulannya asteroid Didymos tidak menimbulkan ancaman. Misi 'bunuh diri' ini adalah uji coba jika suatu hari nanti dunia perlu membelokkan asteroid agar tidak menuju ke Bumi.

nasa-b.jpgPara astronom di seluruh dunia akan menyaksikan dampak DART dan efeknya akan diikuti dengan cermat untuk melihat apakah misi tersebut lulus ujian. (FOTO: Al Jazeera/NASA via AFP)

Para astronom di seluruh dunia akan menyaksikan dampak DART saat menabrak asteroid Didymos, dan efeknya akan diikuti dengan cermat untuk melihat apakah misi tersebut lulus dalam ujiannya

Setelah misi bunuh diri menabrak asteroid itu, akan dilanjutkan dengan misi Hera oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Sebuah misi yang namanya mengambil nama ratu para dewa Yunani kuno.

Pesawat ruang angkasa Hera akan diluncurkan pada bulan Oktober 2024, dan tiba di Dimorphos pada tahun 2026 untuk mengukur dampak DART saat menabrak asteroid Didymos.

Tetapi para ilmuwan tidak hanya akan  melihat kawah yang ditimbulkan oleh misi bunuh diri DART NASA itu saja, namun juga akan menjelajahi objek yang sangat jauh dari dunia ini.

Dimorphos, yang mengorbit asteroid Didymos yang lebih besar saat mereka meluncur bersama melalui ruang angkasa, tidak hanya memberikan "kesempatan pengujian sempurna untuk eksperimen pertahanan planet, tetapi juga lingkungan yang sama sekali baru," kata manajer misi Hera ESA, Ian Carnelli.

Hera akan dilengkapi dengan kamera, spektrometer, radar, dan bahkan satelit nano berukuran pemanggang roti untuk mengukur bentuk, massa, komposisi kimia asteroid, dan banyak lagi. 

Bhavya Lal dari NASA mengatakan, bahwa sangat penting untuk memahami ukuran dan komposisi asteroid semacam itu.

"Jika sebuah asteroid terdiri dari, misalnya, kerikil lepas, pendekatan untuk mengganggunya mungkin berbeda dibandingkan jika itu adalah logam atau jenis batu lainnya," katanya kepada Kongres Astronautika Internasional di Paris, minggu ini.

"Sangat sedikit yang diketahui tentang Dimorphos sehingga para ilmuwan akan menemukan "dunia baru" pada saat yang sama dengan publik pada hari Senin," kata penyelidik utama misi Hera, Patrick Michel.

"Asteroid bukanlah batuan luar angkasa yang membosankan. Mereka sangat menarik karena memiliki keragaman yang besar dalam ukuran, bentuk, dan komposisi," tambah Michel.

Karena mereka memiliki gravitasi yang rendah dibandingkan dengan Bumi, maka materi di sana bisa berperilaku sangat berbeda dari yang diharapkan. "Kecuali Anda menyentuh permukaan, Anda tidak dapat mengetahui respons mekanisnya," katanya.

Seperti misalnya, ketika penyelidikan Jepang menjatuhkan bahan peledak kecil di dekat permukaan asteroid Ryugu pada 2019, yang semula diperkirakan akan membuat kawah setinggi dua atau tiga meter, ternyata hanya meledakkan lubang 50 meter.

"Tidak ada perlawanan. Permukaan berperilaku hampir seperti cairan," bukan batuan padat, tambahnya. "Bagaimana bisa aneh begitu?," kata Michel.

Salah satu cara misi Hera akan menguji Dimorphos adalah dengan mendaratkan satelit nano di permukaannya, sebagian untuk melihat seberapa banyak ia memantul.

Sistem biner seperti asteroid Dimorphos dan asteroid Didymos mewakili sekitar 15 persen asteroid yang diketahui, tetapi belum dieksplorasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES