Pendidikan

Mahasiswa Asing Apreasiasi Kegiatan I-YES 2022 Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang

Sabtu, 19 November 2022 - 20:05 | 26.93k
Beberapa peserta program Humaniora I-YES sedang mengambil camilan (FOTO: Hafiidh Anggar Wisasono/TIMES Indonesia)
Beberapa peserta program Humaniora I-YES sedang mengambil camilan (FOTO: Hafiidh Anggar Wisasono/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Humaniora International Youth Enhancing Study (I-YES) merupakan acara internasional yang digelar Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang. Acara ini diikuti oleh delegasi mahasiswa dari 12 negara dan berlangsung selama lima hari dari tanggal 14-18 November 2022.

Negara yang berpartisipasi diantaranya Sudan, Madagaskar, Palestina, Tunisia, Turkmenistan, Afghanistan, Yaman, Pakistan, Zimbabwe, Mesir, India, dan Bangladesh.

Program I-YES bertujuan untuk memberikan para peserta program pengenalan dan pemahaman tentang budaya Indonesia. Aktivitas budaya dan sosial ini memberikan warna baru pada acara bertema kebudayaan. Karena dengan adanya program seperti ini, kebudayaan Indonesia akan lebih dikenal secara masif oleh masyarakat dunia.

Pada awalnya, acara ini mengundang para mahasiswa dari Deakin University, Australia. Namun karena terhambat pandemi Covid-19, terpaksa hanya mengundang mahasiswa asing yang berkuliah di Indonesia.

"Saya mencari para peserta melalui informasi yang disebarkan di beberapa kota. Lalu teman-teman saya di sana menyebarkan informasi tersebut. Sehingga diperoleh sejumlah 12 mahasiswa dari negara yang berbeda." kata CO Volunteer, Rizka Andriyani.

Rizka juga menambahkan, jika kerja sama dengan Deakin University terealisasi, maka program ini akan terlaksana selama 40 hari.

Menariknya, untuk transportasi dari tiap peserta adalah biaya mandiri. Mereka sangat antusias dan tertarik mengikuti program Humaniora I-YES ini dan rela merogoh kocek untuk datang jauh-jauh.

Seperti yang diungkapkan oleh Samsonsari, mahasiswa asal India, menurutnya acara seperti ini harus terus ada karena acara kebudayaan adalah yang terbaik.

"Sangat menarik bagi saya, karena India ada culture, tapi di sini juga ada dan berbeda. Sangat bagus dan pengalaman pertama saya." ujarnya.

Meskipun ia juga pernah melihat kebudayaan lokal di Kota Bandung. Tentu akan terasa berbeda, karena budaya tiap daerah di Indonesia sangat beragam.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Panashe, mahasiswa asal Zimbabwe. "Saya sangat bersyukur menjadi partisipan di program ini. Bisa berkontribusi hingga berhasil. Dan saya bersyukur kepada mereka semua." kata Panashe kepada Tim Magang TIMES Indonesia.

Tak ketinggalan juga, Asma dan Nesya, masing-masing berasal dari Tunisia dan Madagaskar. 

Mereka selalu tampak ceria dan bersemangat selama program berlangsung. Bahkan Asma berencana untuk mempelajari budaya negara lain juga suatu saat nanti.

"Bagus untuk pergi ke negara lain. Lihat orang dan budaya yang beda. Indonesia sangat kaya karena ada suku yang bermacam-macam." ujar Asma.

Nesya ikut menambahkan, bahwa apa yang telah ia pelajari dan pahami dari program ini adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan.

"Sukses dan yang terbaik untuk negara ini, karena negara yang bagus." ujar Nesya.

Seperti halnya para peserta, beberapa pendampingnya juga sangat bersemangat karena Humaniora I-YES adalah hal yang baru bagi mereka. 

"Kegiatan ini menjadi pengalaman paling berkesan bagi saya. Bahkan kata-kata tidak bisa mewakili perasaan saya. Karena sangat berharga, yang mana saya dapat bertemu mahasiswa asing dari beberapa negara. Ini menjadi pengalaman bagus bagi saya." kata Alif Zakaria

Setiap hal baru pasti ada tantangan yang tak kalah seru dan menengangkan. Bagi Nurul Izzah Azzahra selaku pendamping, mengaku harus bekerja ekstra karena pendamping dituntut memahami karakter dan komunikasi tiap peserta dampingannya.

"Itu sangat menantang sekali. Awalnya terasa menegangkan, tapi lama-lama mulai terbiasa, karena orangnya juga baik-baik." kata Zahra.

Permasalahan komunikasi sering terasa selama program berlangsung, terlebih para peserta yang tidak semuanya lancar berbahasa Indonesia, bahkan ada yang baru tinggal di Indonesia selama dua bulan.

Hal ini yang justru menimbulkan banyak momen lucu. Seperti logat yang tak sesuai, atau intonasi bicara yang tak serasi.

Kendati demikian, menurut Hasby Asshidiqi yang juga pendamping tidak merasa keberatan. Justru dapat membantunya dalam sisi akademik.

"Ini menjadi pengalaman yang berharga untuk saya. Karena di perkuliahan, saga mengambil penjurusan profesi pariwisata." kata Hasby.

Hal ini juga berdampak pada perkembangan bahasa bagi para peserta, yang mana harus lebih mahir berbahasa Indonesia setelah mengikuti program Humaniora I-YES. 

Selain karena mereka (peserta) tinggal di Indonesia, juga untuk lebih mengenal hal-hal tentang Indonesia sehingga bisa menjadi cerita dan pengalaman terbaik ketika mereka pulang ke kampung halaman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES