Forum Guru

Pendidikan Bencana: Elegi yang Terlupakan

Selasa, 26 Maret 2024 - 11:20 | 18.23k
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Kejadian bencana alam di Indonesia setiap tahun mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang dihimpun dari BNPB selama tahun 2023 telah terjadi 4.940 bencana alam. Kejadian bencana itu mengalami kenaikan sebesar 39,39% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.544 kejadian bencana alam.

Dari data bencana tahun 2023 mayoritas kejadian bencana alam karena ada pengaruh faktor manusia yaitu karhutla sebanyak 1802 kejadian, banjir sebanyak 1170 kejadian, tanah longsor 579 kejadian. Hal ini sebenarnya sudah menjadi peringatan bagi kita semua sebegitu banyaknya kejadian bencana alam di Indonesia yang dipengaruhi oleh faktor manusia.

Kejadian bencana yang ada di Indonesia tidak berbanding lurus dengan pelaksanaan pendidikan kebencanaan di Indonesia. Ketika kita menoleh pada kurikulum pendidikan di Indonesia, justru pendidikan bencana ini bukan menjadi prioritas dalam muatan pembelajaran intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler.  

Di Negara lain, materi mengenai pendidikan kebencanaan sudah mulai dimasukkan dalam pembelajaran sekolah, misalnya di New Zealand anak-anak dilatih kepekaannya terhadap bencana melalui kisah-kisah heroik untuk menanamkan nilai-nilai moral saat terjadi bencana.

Contoh lain di Taiwan mulai dikembangkan permainan edukasi interaktif kebencanaan agar anak memiliki kepekaan terhadap bencana banjir. Di Negara Jepang lebih dulu memulai pendidikan kebencanaan, mereka mengembangkan berbagai model pendidikan kebencanaan sejak mereka kalah dalam perang dunia kedua.

Di Indonesia pendidikan bencana ini seolah terabaikan. Salah satu alasan utama mengapa pendidikan bencana seringkali terabaikan adalah karena kurangnya pemahaman akan pentingnya persiapan menghadapi bencana. Banyak yang menganggap bahwa bencana hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu atau pada waktu-waktu tertentu saja. Namun, realitanya adalah bencana dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Pentingnya pendidikan kebencanaan sudah saatnya disadari oleh pemerintah. Bukan hanya sekadar materi opsional dalam kurikulum sekolah, tetapi sebuah keharusan yang mendasar dalam mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.

Pendidikan bencana penting diberikan pada generasi saat ini karena melalui pendidikan kebencanaan dapat mempersiapkan individu, keluarga, dan masyarakat untuk menghadapi berbagai resiko dan dampak dari bencana alam maupun yang disebabkan oleh manusia. Hal ini mencakup pemahaman tentang jenis-jenis bencana, cara merespons saat terjadi, upaya pencegahan, dan pemulihan pasca-bencana.

Selain itu, pendidikan bencana juga memiliki peran penting dalam membangun ketahanan komunitas. Ketika masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang bencana dan cara menghadapinya, mereka lebih mampu bekerja sama dalam situasi darurat, mengurangi tingkat kerusakan, dan mempercepat proses pemulihan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan satuan pendidikan untuk meningkatkan kapasitas peserta didik dalam menghadapi bencana adalah mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam kurikulum sekolah. Ini bukan hanya tentang memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga mengajarkan keterampilan praktis dan membangun sikap yang tepat dalam menghadapi bencana. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan integrasi ini:

Pertama, Pengembangan kurikulum lokal satuan pendidikan. Salah satu langkah awal dalam integrasi pendidikan kebencanaan adalah dengan mengembangkan kurikulum yang komprehensif dan terstruktur dengan baik. Kurikulum ini harus mencakup berbagai aspek, termasuk pemahaman tentang jenis-jenis bencana, prosedur evakuasi, pertolongan pertama, mitigasi risiko, dan pemulihan pasca-bencana. Dengan kurikulum yang tersusun dengan baik, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi berbagai situasi darurat.

Kedua, Pelatihan untuk guru. Guru memegang peran kunci dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan kepada siswa. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pelatihan yang memadai kepada guru agar mereka dapat mengajar materi ini dengan efektif. Pelatihan ini harus mencakup pemahaman tentang bencana, metode pengajaran yang tepat, serta cara mengelola situasi darurat di lingkungan sekolah.

Ketiga, Mengintegrasikan dalam mata pelajaran yang ada. Pendidikan kebencanaan tidak harus menjadi mata pelajaran mandiri. Sebaliknya, itu bisa diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial, atau bahkan matematika. Dengan cara ini, siswa dapat melihat keterkaitan antara pendidikan kebencanaan dengan mata pelajaran lainnya dan memperoleh pemahaman yang lebih holistik tentang masalah tersebut.

Keempat, Mengintegrasikan dengan program P5. Salah satu pendekatan yang efektif dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan adalah melalui pembelajaran berbasis proyek. Dalam pembelajaran ini, siswa diberikan proyek-proyek yang memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam situasi nyata. Misalnya, mereka dapat merancang rencana evakuasi untuk sekolah mereka sendiri atau mengidentifikasi risiko bencana di lingkungan mereka.

Kelima, Kerja sama dengan komunitas lokal. Sekolah tidak bisa bekerja sendiri dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan kepada siswa. Penting untuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, lembaga penyelamat, dan organisasi masyarakat sipil, untuk menyelenggarakan pelatihan, simulasi bencana, dan program-program lain yang mendukung pendidikan kebencanaan di sekolah.

Melalui upaya integrasi pendidikan kebencanaan di sekolah, kita dapat mengubah persepsi tentang bencana dari sesuatu yang menakutkan menjadi sesuatu yang dapat dihadapi dan diatasi dengan kesiapan yang tepat. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan siswa, tetapi juga membantu membangun ketahanan komunitas yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.

***

*) Oleh : Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES