Cara Suntik Baru Temuan Belanda ini Bikin Kamu tak Lagi Phobia Jarum

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Belanda tengah mengembangkan jarum virtual untuk memudahkan tenaga medis menangani pasien, terutama bagi mereka yang phobia atau takut akan jarum suntik. Digadang-gadang jarum yang dikembangkan ini tak akan meninggalkan rasa sakit bagi pasien yang disuntik. Para peniliti menamakan alat ini sebagai Bubble Gun.

Buble Gun merupakan alat suntik yang menggunakan teknologi sinar laser yang menginjeksikan cairan ke lapisan kulit tanpa rasa sakit. Diperkirakan terobosan baru ini akan mempermudah proses penyuntikan dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi pada alat medis.

"Tak sampai sedetik, tabung yang berisi cairan injeksi akan dipanaskan oleh laser, kemudian busa atau gelembung akan diproduksi dalam cairan, busa ini akan mendorong cairan meluncur masuk ke dalam kulit dengan kecepatan 100 km/jam," ungkap David Fernandez Rivas seorang dosen di Twente University seperti dilansir dari Reuters.

Rivas yang juga merupakan angggota penelitian di Massachusetts Institute of Technology merupakan salah satu penemu ide penilitian Buble Gun ini. Dirinya juga mengatakan bahwa proses penyuntikan dengan Bubble Gun ini lebih cepat dari gigitan nyamuk.

Rivas menambahkan bahwa temuan ini masih dalam proses penelitian lebih lanjut. Sebuah perusahaan start-up termuka bahkan sudah menyuntikkan dana dan bekerja sama dengan industri farmasi di Belanda untuk mengecek kualitas Bubble Gun ini. Kelompoknya juga mendapatkan dana sekitar 20 Milyar dari Uni Eropa.

Dengan dana tersebut mereka juga telah berhasil melakukan pengujian kemampuan Bubble Gun dengan menyuntikkannya ke jaringan kulit. "Pengujian menunjukkan alat tersebut menembus jaringan kulit tanpa menimbulkan kerusakan. Kami tidak mendapatkan luka atau lubang bekas tusukan," ungkapnya.

Hal ini tentunya merupakan angin segar bagi mereka yang phobia atau takut akan jarum suntik. Namun, anda perlu bersabar, karna diperkirana Buble Gun atau jarum suntik virtual yang tak meninggalkan rasa sakit ini baru akan selesai ditelliti hingga 2 atau 3 tahun mendatang.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement