Ekonomi

Alat Musik Bambu dari Purbalingga yang Tetap Eksis

Selasa, 26 April 2016 - 19:45 | 460.53k
Dwi Cahyo Listiono Di Tempat Usahanya “Pengrajin Alat Musik Bambu Kingsan” (foto : Edi Siswanto/PURBALINGGA TIMES)
Dwi Cahyo Listiono Di Tempat Usahanya “Pengrajin Alat Musik Bambu Kingsan” (foto : Edi Siswanto/PURBALINGGA TIMES)

TIMESINDONESIA, PURBALINGGA – Bisnis alat musik tradisional yang digeluti Dwi Cahyo Listiono yang dirintisnya sejak 2005 ternyata bisa bertahan hingga kini. Pria yang bergabung dengan Sanggar Seni Kentongan Kingsan Purbalingga ini memang salah satu perajin alat musik tradisional dari bambu.

Kini usaha Dwi Cahyo Listiono, warga kelurahan Purbalingga Wetan sudah hampir 11 tahun dan tetap eksis. Dengan label “Pengrajin Alat Musik Bambu Kingsan”, Ia telah memproduksi berbagai macam jenis alat musik berbasis bambu. Seperti angklung, dendem, kenong, gambang, kentong, dan lain-lain.

Bersama 4 karyawannya, dalam satu minggu mampu memroduksi 1 paket alat musik yang terdiri dari 12 buah. Ada dua paket alat musik bambu yang dijual, paket 12 buah alat musik bambu dijual berkisar Rp4 sampai Rp4,5 juta dan untuk paket lengkap 30 buah alat musik bambu dijual berkisar Rp 6 sampai Rp 7 juta.

Menurut pria yang karib disapa Lilis ini, selain membuat, ia juga melayani perbaikan. Alat musik bambu buatannya juga bergaransi. Pembelinyapun ada yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Kalimantan dan Sumatera.

Bambu yang sengaja didatangkan dari wilayah Purbalingga, Banjarnegara dan Purwokerto adalah jenis bambu wulung hitam dan bambu wulung kuning yang sudah kering. Setelah disortir, bambu diproses sesuai nada bunyi dan jenis alat musik yang dikehendaki, kemudian dibersihkan, dan agar mengkilap diberi vernis.

“Alat musik ini telah dipakai oleh Sanggar Seni Kentongan Kingsan Purbalingga, yang sering tampil di wilayah Banyumas , Cilacap, Banjarnegara serta Temanggung dan meraih juara satu," katanya, Selasa (26/4/2016). 

Perajin cum Koordinator Sanggar Seni Kentongan Kingsan Purbalingga ini berharap, dengan sering deselenggarakannya festival musik tradisonal dari bambu atau musik kentongan. Kesenian musik tradisional dari bambu tetap eksis dan lebih dikenal masyarakat luas. "Sejak tahun 2010, peminat alat musik dari bambu khas Banyumas sudah menasional,” ujar Lilis bangga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Sumber : Purbalingga TIMES

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES