Pendidikan

Renungan Hardiknas: Tantangan Berselancar dalam Gelombang AI dan VUCA

Kamis, 02 Mei 2024 - 08:34 | 15.00k
Ilustrasi. (Foto: Akademi AI Indonesia)
Ilustrasi. (Foto: Akademi AI Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di era gemuruh AI dan gelombang VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang bergulung tanpa kenal lelah, nasib pendidikan Indonesia layaknya perahu kecil yang bersiap menghadapi ombak besar samudra. Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2024 hari ini, ada panggilan mendesak untuk membongkar pasang sistem pendidikan yang ada, mendefinisikan ulang kursinya di tengah arus perubahan.

Zaman yang sering dilukiskan sebagai siluet gelap yang menakutkan oleh banyak pihak, sejatinya menyimpan lukisan fajar yang cerah bagi yang berani mendekat. Kita berdiri di ambang revolusi kelima (5.0), di mana teknologi dan manusia bertemu dan bercengkerama dalam harmoni yang tak terduga.

Adalah sebuah kekeliruan besar jika pendidikan hanya diorientasikan pada pencapaian akademis tanpa memperkaya siswa dengan keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, dan ketangkasan digital yang menjadi sandaran penting di masa depan.

Pendidikan Indonesia, dengan segala keunikan dan tantangannya, harus menari bersama teknologi. Bukan terinjak olehnya. Lembaga pendidikan seyogianya menjadi laboratorium inovasi, tempat di mana guru dan siswa bersama-sama memecahkan kode-kode baru pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hafalan, tapi lebih kepada aplikasi praktis dalam kehidupan nyata. Pembelajaran yang mendalam akan mengubah murid menjadi kapten-kapten yang siap mengarungi lautan VUCA dengan peta yang mereka gambar sendiri.

Tantangan yang dihadirkan oleh VUCA dan AI tidak dapat dijawab dengan pendekatan yang stagnan. Seperti air yang terus mengalir, demikian pula pendidikan harus terus bergerak dan beradaptasi. Dalam gelombang besar perubahan, keterampilan berpikir kritis menjadi dayung, kreativitas adalah layar, dan keahlian teknologi adalah kompas yang akan memandu mereka ke pulau kesuksesan.

Saatnya para pendidik di Indonesia melepaskan diri dari belenggu metode pengajaran tradisional yang kaku. Kreativitas dalam mengajar, penggunaan teknologi dalam kelas, dan metodologi yang menekankan pada pembelajaran berbasis projek adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memastikan bahwa pendidikan tidak hanya bertahan namun juga berkembang di era baru ini.

Kerja sama antara institusi pendidikan dan industri juga perlu diperkuat untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap kerja tapi siap mengubah dunia.

Merayakan Hari Pendidikan Nasional, ini, marilah kita bersama-sama menanam benih-benih optimisme dan inovasi dalam dunia pendidikan. Pendidikan bukan hanya soal memindahkan informasi dari satu kepala ke kepala lain, melainkan soal membangkitkan jiwa-jiwa yang berani, inovatif, dan tangguh yang mampu merangkul masa depan dengan tangan terbuka. Dengan begitu, bukan hanya nasib yang kita tunggu, melainkan masa depan yang kita bina dengan tangan-tangan terampil dan pikiran-pikiran cemerlang.

Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi momen refleksi dan transformasi, bukan hanya perayaan. Kita, sebagai bangsa, memiliki kemampuan untuk memastikan bahwa pendidikan kita tidak hanya responsif tapi juga proaktif dalam menghadapi tantangan yang ditawarkan oleh dunia yang bergerak cepat ini.

Mari kita bersiap tidak hanya untuk bertahan tapi untuk berjaya di era baru ini dengan pendidikan yang berani dan visioner. Bangsa yang mampu berselancar indah di tengah gelombang AI dan VUCA. (*)

* Penulis adalah M. Theofany Aulia Anwar, alumnus Filkom UB Malang, peneliti di Akademi AI Indonesia (AAI)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES