Indonesia Positif

Promosi Hasil Riset untuk Ketahanan Pangan

Jumat, 20 Oktober 2017 - 11:00 | 163.87k
Pohon Dioscorea sumber pangan alternatif yang potensial (FOTO: Shofiyatul M for TIMES Indonesia)
Pohon Dioscorea sumber pangan alternatif yang potensial (FOTO: Shofiyatul M for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Selamat Hari Pangan Sedunia ke-37. Secara nasional Kementerian Pertanian memusatkan kegiatan peringatan Hari Pangan Sedunia di Markas Komando Militer (Makodam) Tanjung, 19-22 Oktober ini. 

Hal ini membuktikan besarnya perhatian pemerintah akan pentingnya ketahanan pangan. Presiden Joko Widodo memprediksi urusan pangan menjadi sangat penting melebihi urusan politik dan hukum. 

Sebagaimana juga dikutip timesindonesia.co.id (6/9), Jokowi menyampaikan pesan khusus tentang kedaulatan pangan ini pada Dies Natalis Institut Pertanian Bogor. Menurutnya, siapa yang nantinya memiliki ketahanan pangan, dia yang mengendalikan jalannya persaingan nasional maupun global. Berbagai hasil riset dapat menopang ketahanan pangan ini, salah satunya dalam diversifikasi pangan. 

Banyak hasil riset menyebutkan banyak jenis sumber daya alam yang bernilai gizi tinggi tetapi belum dijadikan pangan alternatif.  

Dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan didefinisikan sebagai "kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap masyarakat yang tecermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, terjangkau, dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal". 

Dalam UU. No.7 Tahun 1996 diatas menyebutkan tentang  terkelolanya keragaman sumber daya lokal sebagai prakondisi pemenuhan pangan nasional. Banyak sumber daya lokal yang dapat dimanfaatkan. Masalahnya, perkembangan modernisasi telah melupakan sebagian besar masyarakat untuk bertani menanam tanaman lokal.  

Padahal banyak hasil riset sumber pangan dari berbagai daerah di nusantara ini yang mencukupi untuk dijadikan pangan alternatif. 

Masyarakat tidak harus mengkonsumsi tergantung pada satu jenis makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. 

Karena kebutuhan karbohidrat harian dapat ditunjang dari sumber lain selain beras. Pengetahuan masyarakat tentang gizi pangan alternatif masih kurang dan penerapan teknologi bahan olahan kurang terdiseminasi sehingga belum banyak diterapkan. 

Diseminasi hasil riset menjadi salah satu kunci penerapannya di masyarakat. Bersosialisasi dengan petani menjadi penting dilakukan oleh lembaga riset. Seperti salah satunya yang dilakukan oleh LIPI dalam banyak kesempatan. 

Contoh nyata misalnya sebagaimana yang dilaksanakan oleh peneliti LIPI di Kebun Raya Purwodadi. Tim Peneliti Dioscoreaceae Kebun Raya Purwodadi telah melakukan diseminasi kepada beberapa kelompok tani. Selain menjelaskan tentang keunggulan gizi uwi-uwian, diseminasi dilakukan untuk mengajak petani agar mengenal dan mau menanam kembali tanaman lokal yang kaya manfaat dan dapat menjadi alternatif.

Sejak 2011, Dioscoreaceae menjadi salah satu riset unggulan di Kebun Raya Purwodadi LIPI. Dioscoreaceae atau uwi-uwian bukan tanaman baru bagi para penduduk di Indonesia. Sebagian besar masyarakat¸  khususnya di Pulau Jawa sudah mengenal uwi dari orang tua mereka. 

Namun, saat ini tanaman uwi sudah jarang dijumpai karena dianggap kurang bernilai secara ekonomi. Sebabnya, produk pertanian lokal seperti uwi, belum didukung oleh hasil riset dan inovasi teknologi untuk pengembangan produk olahannya. 

Padahal, prospek uwi sebagai bahan diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan proses pembuatan tepung yang selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan beragam produk olahan. Sosialisasi keunggulan uwi dari sisi nilai gizi juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan nilai ekonominya. 

Fauziah, koordinator tim riset Dioscoreaceae Kebun Raya Purwodadi menjelaskan potensi umbi uwi sebagai pangan alternatif. Dalam salah satu publikasinya Fauziah menyampaikan umbi uwi memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah dengan kentang, ubi jalar dan talas. 

Kandungan protein pada umbi uwi lebih tinggi jika dibandingkan pada tanaman berumbi lainnya. Selain itu, tanaman uwi memiliki sifat tahan terhadap kekeringan sehingga dapat ditanam di lahan marjinal atau minim hara. 

Melalui kegiatan diseminasi ini, para petani diajak kembali untuk melestarikan kembali uwi dengan menanam dan memanfatkan uwi sebagai salah satu dari keragaman sumber daya lokal.  Selain diseminasi hasil riset dan inovasi teknologi, peran pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mengatur tata niaga dan produksi dibutuhkan untuk mendorong peningkatan ekonomi uwi dan bahan pangan alternatif lainnya.

Di Indonesia, pemanfaatan uwi hanya sebatas dikonsumsi dengan cara dikukus saja, belum dimanfaatkan dalam bentuk produk pangan yang lain. 

Namun di Jepang, uwi sudah diolah dalam berbagai varian makanan diantaranya adalah Mie, Biskuit dan lain-lain. Indonesia yang notabene memiliki keragaman uwi cukup besar seharusnya juga dapat memanfaatkan dan mengolah uwi menjadi produk pangan yang lain. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES