Peristiwa Nasional

Aksara Nusantara, Tradisi Tulisan yang Mulai Punah

Selasa, 27 Juni 2017 - 20:13 | 698.46k
Aksara Pallawa dan sejumlah aksara Nusantara. (Foto: wikipedia)
Aksara Pallawa dan sejumlah aksara Nusantara. (Foto: wikipedia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Nusantara ini begitu kaya. Keanekaragaman bahasanya sangat beragam. Bahkan ada sebuah suku yang mampu mengembangkan bahasanya sendiri, sebagian juga mengembangkan aksara. Aksara hasil olah-padu berbagai budaya tersebut dikenal sebagai aksara Nusantara.

Penggunaan aksara Nusantara dalam tradisi tulis sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu sebelum aksara Arab dan alfabet Latin muncul. Kuatnya tradisi tulisan Nusantara tampak dari berbagai cerita tentang tulisan yang ada. Cerita-cerita tersebut menggambarkan minat masyarakat Nusantara pada kekuatan kata-kata tertulis.

Aksara Nusantara ditulis dengan media prasasti dan naskah. Media tulis prasasti biasanya terbuat dari batu, kayu, tanduk hewan, lempengan logam tertentu. Tulisan dibuat dengan alat pahat. Sementara media naskah menggunakan bahan daun lontar, daun nipah, janur, bilah bambu, kulit kayu, kertas, dan kain. Tulisan pada naskah dibuat dengan alat tulis berupa pisau, pena, dan tinta.

Aksara-aksara Nusantara tidaklah bersifat statis, tapi tumbuh, berkembang, dan punah seiring gerak zaman. Banyak aksara Nusantara yang telah punah dan digantikan dengan yang baru. Kegiatan intelektual dan kemampuan seni artistik masyarakat Nusantara yang terus hidup dan berkembang menjadi penyebabnya.

Setidaknya sejak abad ke-4, wilayah Nusantara telah mengenal tradisi tulis. Aksara yang digunakan oleh masyarakat Nusantara saat itu adalah aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Hal ini didasarkan atas temuan prasasti-prasasti dari kerajaan Kutai (Kalimantan) dan Tarumanegara (Jawa Barat). Huruf Pallawa ini menduduki posisi penting dalam sejarah aksara Nusantara karena memengaruhi perkembangan beberapa aksara setelahnya.

Beberapa temuan lain bahkan membuktikan bahwa sebenarnya tradisi tulisan di Nusantara berumur lebih tua dari itu. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa aksara tertua yang menyebar di Nusantara adalah aksara Sidhhamatrika (Siddham) atau Prenagari.

Aksara ini dipergunakan khusus untuk menulis ajaran atau mantra-mantra keagamaan pada media tablet, materai, atau stupika yang terbuat dari tanah liat yang dibakar atau dijemur di matahari. Meski tablet yang ditemukan tidak mencantumkan tanggal pembuatan, tapi berdasarkan penelitian bisa diperkirakan bahwa tablet tersebut berasal dari abad pertama sampai ketiga Masehi.

Menjadi pertanyaan adalah apakah lahirnya aksara di Nusantara sepenuhnya karena pengaruh dari budaya India? Budaya India memang memengaruhi perkembangan tradisi tulisan Nusantara, tapi tidak bisa dipastikan apakah memang kebudayaan India berperan sepenuhnya pada kelahiran aksara-aksara Nusantara kuno. Ada dugaan kuat bahwa saat budaya India masuk ke Nusantara, masyarakat Nusantara telah mengenal aksara sehingga yang terjadi adalah akulturasi atau perpaduan budaya.

Artinya, lahir dan berkembangnya aksara di Nusantara tidak terlepas dari peran para intelektual lokal. Sama seperti bidang kebudayaan lain, perkembangan aksara terjadi dengan menyerap, memadukan, dan mengolah apa yang datang dari luar dengan apa yang sudah ada sehingga lahirlah karya inovasi yang sesuai dengan budaya setempat.

Saat ini, aksara-aksara Nusantara asli ini tidak dipakai lagi, dan jika tidak kita lestarikan akan menuju kepunahan. Aksara yang dominan dipakai bangsa Indonesia saat ini adalah aksara Latin dan Arab. Tulisan Latin kita terima dan kita gunakan karena pengaruh dari bangsa Eropa yang menjajah negeri kita dan karena tulisan tersebut digunakan secara internasional. Tulisan Arab diterima seiring perkembangan agama Islam di Nusantara.

Membuang aksara asli Indonesia sebenarnya sama saja dengan melupakan akar peradaban kita. Aksara adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan peradaban. Aksara Nusantara tidak hanya sekadar tanda grafis yang kita gunakan untuk berkomunikasi, tapi terdapat pula pemikiran filosifis di dalamnya. Nilai-nilai filosofis tersebut turut membentuk jati diri kita sebagai bangsa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES